BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Sumpah para politikus mengorbankan (anggota) tubuhnya

Abraham Lunggana, wakil ketua DPRD DKI Jakarta, baru saja menjanjikan potong telinga jika Gubernur Jakarta, Basuki T. Purnama mau menggugat BPK.
Politisi agaknya emoh meyakini perkataannya sendiri. Contohnya, omongan Taslim Chaniago pada 2014 saat membela Muhammad Amien Rais. Konteksnya, khalayak ramai saat itu menagih janji Amien yang bakal jalan kaki ulang-alik dari Yogyakarta ke Jakarta jika Joko Widodo terpilih sebagai presiden.

Dalam hemat Taslim, mantan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) itu hanya berkelakar.

"Barangkali saja Pak Amien menyampaikan saat bergurau, memotivasi kader untuk berjuang keras" untuk menang dalam pemilihan presiden, ujarnya. "Janji itu tidak perlu ditanggapi secara serius karena itu biasa dalam guyon-guyon politik untuk bekerja keras," kata Taslim dikutip oleh Liputan6.

Di tahun penuh manipulasi yang kait-berkait itu, seorang sukarelawan untuk pemenangan Jokowi--yang bernazar akan berjalan kaki ke Jakarta jika jagoannya menang--mampir ke kediaman Amien. Ia bertujuan mengajak sang calon tuan rumah untuk berjalan kaki bareng ke ibu kota Indonesia. Tapi, niatnya mesti diuapkan.

"Saya punya nazar yang sama dengan Pak Amien Rais, jalan kaki ke Jakarta. Tapi dia tak ada. Saya sangat kecewa," ujar pria 38 tahun itu dikutip Tempo.

Dalam urusan sumpah fisik, Amien tidak sendiri. Kasus terbaru pelontaran janji yang melibatkan jasmani diuarkan oleh Abraham Lunggana alias Lulung. Pihak yang menjadi dasar munculnya pernyataan adalah Gubernur DKI Jakarta, Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama. Selama ini, keduanya diketahui kerap saling beradu statement, yang tentunya dilahap oleh media massa. Adu pernyataan itu terutama berkenaan dengan kasus pengadaan UPS (uninterruptible power supply) untuk sekolah-sekolah di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat yang terdapat di APBD Jakarta 2014.

Soal perseteruan Ahok versus Lulung terhangat muncul sebagai reaksi atas silang sengkarut perkara audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas pembelian Rumah Sakit Sumber Waras oleh pemerintah Jakarta pada akhir 2014. Menurut Ahok, pengujian BPK kacau. Namun, Ketua BPK Harry Azhar Azis meminta Gubernur Basuki untuk menggugat hasil audit jika tidak puas dengan hasilnya.

"Kalau ngaco, silakan saja diadukan ke pengadilan. Keputusan kami adalah final," ujar Harry dikutip Tempo, Selasa (12/4).

Menanggapi hal demikian, Lulung berjanji akan memotong telinganya jika Ahok berani melayangkan gugatan atas audit BPK termaksud.

"Kalau dia berani (gugat BPK ke pengadilan), bilang Ahok, gue potong kuping gue. Haji Lulung minta dipotong (kupingnya). Kalau dia berani nih ke pengadilan tuntut BPK, potong kuping gue," kata Lulung dikutip Kompas, Kamis (15/4).

Yang ditantang hanya mendengus. "Saya mau bawa ke pengadilan nunggu Lulung potong kupingnya tuh, tipis atau putus. Saya mau tunggu juga. Terus kalau dia tidak motong, apa sanksinya?" kata Ahok, Jumat (16/4).

Sebelum Amien dan Lulung, politikus dari Partai Demokrat Anas Urbaningrum lebih dulu kesohor lewat ungkapannya "gantung Anas di Monas".

Pernyataan bersumbar itu berkaitan dengan tudingan korupsi pembangunan fasilitas olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, oleh mantan koleganya, Muhammad Nazaruddin.

Disangka demikian, Anas berkelit. Ia yakin takkan terbukti bersalah.

"Saya yakin. Yakin. Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas," ujarnya di Kantor DPP Demokrat, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2012).

Pada September 2014, Anas Urbaningrum divonis hukuman 8 tahun pidana penjara oleh majelis hakim peradilan tindak pidana korupsi karena terbukti korupsi menerima hadiah dan tindak pidana pencucian uang. Ia uga harus membayar denda sebesar Rp300 juta dan uang penganti kerugian negara sedikitnya Rp57,5 miliar.

Setelah mengajukan banding, vonis bagi Anas justru diperberat menjadi 14 tahun penjara. Ia pun harus membayar denda Rp5 miliar subsider satu tahun dan empat bulan kurungan. Selain itu, Anas mesti membayar uang pengganti sebesar Rp 57.592.330.580 kepada negara.

Meski model komunikasi demikian takpantas, masih saja ada yang mempraktikkannya. Ketua DPP Gerindra Habiburokhman juga masuk hitungan. Target yang dibidiknya segaris dengan sasaran Lulung, yakni Ahok.

Pada Februari lalu, seperti dilansir banyak media, politikus itu meragukan informasi dari Teman Ahok yang menyebut sudah ada 730 ribu lebih KTP dukungan untuk Ahok. "Saya ini sangat tidak yakin KTP yang diklaim sudah 700 ribu itu beneran. Karena enggak ada metode apapun yang sudah dilakukan untuk memverifikasi itu," katanya dikutip Detik (27/2).

Lewat akun Twitternya, ia bahkan bercakap besar bakal "terjun bebas dari puncak Monas kalau KTP dukung Ahok beneran cukup untuk nyalon."

Lalu, pada April, diberitakan bahwa Teman Ahok mengklaim telah mengumpulkan lebih dari 533 ribu Kartu Tanda Penduduk (KTP), guna mendukung pasangan Basuki T. Purnama (Ahok) dan Heru Budi Hartono pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Perolehan KTP itu, telah melewati ambang batas minimal untuk mengusung calon independen dalam Pilgub DKI Jakarta 2017. Ada pun, ambang batasnya adalah 532.213 atau 7,5 persen dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilu sebelumnya.

Twitter pun beriak. Ombak-ombak kecil olok-olok dari sejumlah pengguna laman microblogging itu taksurut menghampiri akun @habiburokhman.


Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...ggota-tubuhnya

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.4K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan