- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jadi 'Manusia Perahu' atau Berdesakan di Rusun?


TS
act.id
Jadi 'Manusia Perahu' atau Berdesakan di Rusun?

ACTNews, JAKARTA - Tak bisa dimungkiri, di manapun lokasinya, urusan penggusuran ‘paksa’ apalagi melibatkan ribuan warga pasti akan menyisakan argumen-argumen kuat. Pro dan kontra bersahutan. Penyebabnya datang dari dampak pascapenertiban kawasan Pasar Ikan Luar Batang, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Terlepas dari argumen kuat Pemprov DKI Jakarta, kini pascapenggusuran, ribuan warga Pasar Ikan masih berjibaku dengan masalah kompleks yang tak bisa dilupakan begitu saja. Bagi mereka yang hidup sebenar-benarnya marjinal (keras mencari nafkah dan mukim di pinggir laut) kehilangan tempat tinggal menjadi urusan serius. Apalagi jika solusi rumah susun yang ditawarkan makin tak jelas, karena pengajuannya yang sulit dan alokasi rumah susun yang terbatas.
Tak sedikit dari mereka yang tergusur memilih tetap bertahan di sekitar lokasi penggusuran. Ada yang nekat berbaring alakadarnya di atas puing reruntuhan. Ada pula yang secara ironis bertahan hidup satu keluarga di atas perahu.
Ratusan “manusia perahu” ini pun terjebak dalam pilihan yang sulit. Rasanya tak mungin bagi mereka tetap berbaring menjadikan perahu kecil sebagai tempat bernaung. Namun apa mau dikata, tak ada pilihan lain. Himpitan ekonomi yang menyesakkan ditambah dengan rumah yang kini hancur digusur, memaksa mereka bertahan di atas perahu. Kebanyakan dari “manusia perahu” ini mengaku tak mampu jika harus membayar ratusan ribu rupiah sebagai biaya bulanan di rumah susun yang disediakan Pemprov DKI Jakarta.
Lain lagi bagi mereka yang sudah mendapat alokasi tempat tinggal pengganti di rumah susun Rawa Bebek. Walau nasib setidaknya lebih baik dibanding harus tinggal di atas puing bangunan atau di atas perahu, namun masih harus merasakan banyak masalah di rumah susun Rawa Bebek.
Dari enam blok yang terdapat di Rusun Rawa Bebek, Cakung Jakarta Timur, dua unit blok menjadi jatah bagi warga eks pemukiman Pasar Ikan, meliputi blok A dan F. Ratusan unit kamar di Rusun Rawa Bebek ini kini mau tak mau menjadi pilihan terbaik warga Pasar Ikan.
Sebagian warga Pasar Ikan di Rusun Rawa Bebek terpaksa harus menempati lokasi ini, walau menurut mereka rumah pengganti ini jauh dari memuaskan. Satu masalah yang nampak jelas di Rusun Rawa Bebek adalah kondisi warga yang berhimpit kumuh, berdesakan dengan keluarga lainnya.
Cici, perempuan berumur 37 tahun, warga eks Pasar Ikan yang kini menempati unit nomor 127 di Blok A Rusun Rawa Bebek mengakui kondisi Rusun jauh lebih padat bahkan lebih sempit dibandingkan dengan rumahnya dulu di Pasar Ikan.
Apalagi, menurut Cici, Rusun Rawa Bebek tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tak memilii kamar tidur, tak ada dapur untuk memasak. Rusun yang baru berumur beberapa tahun ini memang tak memiliki sekat untuk membagi ruangan per unit berukuran 4 x 6 meter. Akibatnya ruang tamu, ruang keluarga dan kamar tidur menjadi satu. Untuk satu unit Rusun, warga eks Pasar Ikan harus membayar biaya sewa sebesar Rp300 ribu tiap bulannya.
Kini pascapenggusuran, warga Pasar Ikan Luar Batang hanya punya dua pilihan. Nekad tinggal di atas perahu yang senantiasa berayun-ayun mengikuti gelombang air atau memilih hidup berdesakan di Rusun Rawa Bebek. Beragam masalah baru yang tercipta pascapenggusuran ini tak bisa diabaikan begitu saja. Apapun alasan logis untuk melakukan penggusuran ini, tetap harus memperhatikan beragam isu kemanusiaan yang kini membelit ribuan warga marjinal Pasar Ikan.[]
Editor: Shulhan Syamsur Rijal
Bahan: dari berbagai sumber
Ayo Berpartisipasi
0
695
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan