- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?


TS
hebatpart2
Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?
Kenapa Pabrik Semen di Rembang Menuai Kontroversi?
TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia meneruskan pembangunan pabrik di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Rencananya, pabrik tersebut bakal beroperasi pada akhir tahun depan.
Pembangunan pabrik tersebut menuai kontroversi panjang. Sebagian penduduk Pegunungan Kendeng Utara menolak rencana pembangunan tersebut. Sempat kalah di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang, kini mereka mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya.
Tak hanya melibatkan sebagian besar penduduk Pegunungan Kendeng Utara, kontroversi tersebut juga melibatkan para pakar dan akademikus. Mantan Kepala Badan Geologi Surono mengatakan kawasan yang bakal menjadi lokasi penambangan merupakan Cekungan Air Tanah. “Kawasan yang menjadi lokasi penambangan telah ditetapkan sebagai Cekungan Air Tanah,” kata Mbah Rono, panggilannya.
Cekungan Air Tanah merupakan daerah resapan, aliran, dan pelepasan air tanah. Intinya, kawasan tersebut merupakan penyimpan air tanah yang ikut menyuplai kebutuhan air di Pegunungan Kendeng Utara dan sekitarnya.
Peneliti geologi asal Institut Pertanian Bogor, Untung Sudadi, mengatakan kawasan Kendeng Utara juga merupakan karst. Mirip dengan Cekungan Air Tanah, karst juga berfungsi menyerap air. “Karst ini sangat penting menjaga pasokan air,” katanya. Menurut Untung, penambangan karst bakal merusak lingkungan.
PT Semen Indonesia punya pendapat berbeda. Koordinator penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandung, Budi Sulistijo, yang membuat studi kelayakan untuk perusahaan pelat merah tersebut, mengatakan karst yang terkandung di lokasi tambang berjenis karst biasa.
“Itu kawasan karst biasa, batu gamping yang berongga. Tak ada penetapan kawasan itu sebagai bentang alam karst yang dilindungi,” ujarnya.
Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni, saat berkunjung ke kantor Tempo, Rabu, 16 September 2015, mengklaim tak akan merusak lingkungan. Ia menyatakan perusahaannya telah berpengalaman menambang batu kapur di sejumlah daerah, seperti Gresik dan Tuban. “Kami lakukan dengan penuh kehati-hatian,” ujarnya.
http://nasional.tempo.co/read/news/2...ai-kontroversi
Baca Juga Ini Alasan Semen Indonesia Ngotot Bangun Pabrik di Rembang
Tolak Pabrik Semen, 9 Kartini Pegunungan Kendeng Mengecor Kaki di Depan Istana

JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan petani perempuan yang kerap disebut Kartini Pegunungan Kendeng, mengecor kaki mereka di seberang Istana Negara pada Selasa (12/4/2016).
Hal ini merupakan bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia. Sembilan Kartini Pegunungan Kendeng tersebut merupakan para petani sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.
"Kami ingin bertemu dan berdialog dengan Presiden Jokowi," ungkap Deni Yulianti (28), petani asal Grobogan diselingi isak tangis.
Melalui aksi ini, Deni berharap tidak adanya pabrik semen yang berdiri di Jawa Tengah. Keinginan Deni ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya, Pabrik semen akan berdampak pada kondisi lingkungan sekitar. Menurut Deni, sudah banyak sumber mata air yang mati di Grobogan.
"Kalau alam sudah rusak, bagaimana anak cucu kita nantI," kata Deni.
Sebagai petani, Deni sudah tidak bisa mengandalkan musim yang dulunya bisa diperhitungkan.
Pagi tadi, Staf Kepresidenan Teten Masduki datang ke Kontras tempat para "Kartini" menginap. Teten memperingatkan bahaya yang datang dari aksi yang mereka lakukan. Namun, kesembilan "kartini" kompak tetap melaksanakan aksi mereka.
"Jika pabrik semen terus berdiri justru lebih berbahaya buat saya dan generasi mendatang," tambah Deni.
http://nasional.kompas.com/read/2016...ampaign=Kaitrd
Didatangi Teten dan Mensesneg, Ibu-ibu Pendemo Lepas Cor Semen di Kakinya
Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki bersama Mensesneg Pratikno mendatangi sembilan ibu-ibu pendemo yang mengecor kakinya dengan semen. Setelah didatangi Teten dan Pratikno, ibu-ibu dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah itu melepaskan cor semen di kakinya.
Teten dan Pratikno mendatangi kesembilan ibu-ibu itu di halaman Monas, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (13/4/2016) pukul 18.35 WIB. Teten dan Pratik langsung menyalami ibu-ibu itu.
"Tadi kami masih berusaha keras untuk bicara dengan Pak Presiden karena Pak Presiden padat betul jadwalnya. Kami berharap Presiden bisa menemui. Tapi karena beliau sangat padat dan beberapa agenda tidak bisa digeser," kata Teten.
Teten lalu menjanjikan akan mengagendakan pertemuan para petani dari Pegunungan Kendeng dengan Presiden. Pertemuan akan diusahakan dilakukan setelah Presiden pulang dari kunjungan kerja ke Eropa.
"Suatu saat kita atur pertemuan dengan Presiden. Presiden akan ke Eropa dan pulang tanggal 24 April. Mungkin bisa diagendakan di waktu yang lain, Pak Presiden akan menyediakan waktunya," jelas Teten.
Setelah itu, ibu-ibu yang telah melepas cor semen di kakinya bertepuk tangan. Beberapa dari mereka sempat menitihkan air mata. Mereka kemudian membubarkan diri.
Kesembilan ibu-ibu itu mencor kakinya dengan semen sebagai wujud protes pembangunan pabrik semen di daerahnya. Sebagai petani, mereka keberatan didirikan pabrik semen di wilayah pertaniannya.
http://news.detik.com/berita/3187349...men-di-kakinya
-------------------------------------------------------
ibu-ibu pegunungan kendeng menunggu emak Ratna bersuara..
TEMPO.CO, Jakarta - PT Semen Indonesia meneruskan pembangunan pabrik di Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Rencananya, pabrik tersebut bakal beroperasi pada akhir tahun depan.
Pembangunan pabrik tersebut menuai kontroversi panjang. Sebagian penduduk Pegunungan Kendeng Utara menolak rencana pembangunan tersebut. Sempat kalah di Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang, kini mereka mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya.
Tak hanya melibatkan sebagian besar penduduk Pegunungan Kendeng Utara, kontroversi tersebut juga melibatkan para pakar dan akademikus. Mantan Kepala Badan Geologi Surono mengatakan kawasan yang bakal menjadi lokasi penambangan merupakan Cekungan Air Tanah. “Kawasan yang menjadi lokasi penambangan telah ditetapkan sebagai Cekungan Air Tanah,” kata Mbah Rono, panggilannya.
Cekungan Air Tanah merupakan daerah resapan, aliran, dan pelepasan air tanah. Intinya, kawasan tersebut merupakan penyimpan air tanah yang ikut menyuplai kebutuhan air di Pegunungan Kendeng Utara dan sekitarnya.
Peneliti geologi asal Institut Pertanian Bogor, Untung Sudadi, mengatakan kawasan Kendeng Utara juga merupakan karst. Mirip dengan Cekungan Air Tanah, karst juga berfungsi menyerap air. “Karst ini sangat penting menjaga pasokan air,” katanya. Menurut Untung, penambangan karst bakal merusak lingkungan.
PT Semen Indonesia punya pendapat berbeda. Koordinator penelitian Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandung, Budi Sulistijo, yang membuat studi kelayakan untuk perusahaan pelat merah tersebut, mengatakan karst yang terkandung di lokasi tambang berjenis karst biasa.
“Itu kawasan karst biasa, batu gamping yang berongga. Tak ada penetapan kawasan itu sebagai bentang alam karst yang dilindungi,” ujarnya.
Direktur Utama PT Semen Indonesia Suparni, saat berkunjung ke kantor Tempo, Rabu, 16 September 2015, mengklaim tak akan merusak lingkungan. Ia menyatakan perusahaannya telah berpengalaman menambang batu kapur di sejumlah daerah, seperti Gresik dan Tuban. “Kami lakukan dengan penuh kehati-hatian,” ujarnya.
http://nasional.tempo.co/read/news/2...ai-kontroversi
Baca Juga Ini Alasan Semen Indonesia Ngotot Bangun Pabrik di Rembang
Tolak Pabrik Semen, 9 Kartini Pegunungan Kendeng Mengecor Kaki di Depan Istana

JAKARTA, KOMPAS.com - Sembilan petani perempuan yang kerap disebut Kartini Pegunungan Kendeng, mengecor kaki mereka di seberang Istana Negara pada Selasa (12/4/2016).
Hal ini merupakan bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik semen PT. Semen Indonesia. Sembilan Kartini Pegunungan Kendeng tersebut merupakan para petani sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, Blora, dan Grobogan, Jawa Tengah.
"Kami ingin bertemu dan berdialog dengan Presiden Jokowi," ungkap Deni Yulianti (28), petani asal Grobogan diselingi isak tangis.
Melalui aksi ini, Deni berharap tidak adanya pabrik semen yang berdiri di Jawa Tengah. Keinginan Deni ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya, Pabrik semen akan berdampak pada kondisi lingkungan sekitar. Menurut Deni, sudah banyak sumber mata air yang mati di Grobogan.
"Kalau alam sudah rusak, bagaimana anak cucu kita nantI," kata Deni.
Sebagai petani, Deni sudah tidak bisa mengandalkan musim yang dulunya bisa diperhitungkan.
Pagi tadi, Staf Kepresidenan Teten Masduki datang ke Kontras tempat para "Kartini" menginap. Teten memperingatkan bahaya yang datang dari aksi yang mereka lakukan. Namun, kesembilan "kartini" kompak tetap melaksanakan aksi mereka.
"Jika pabrik semen terus berdiri justru lebih berbahaya buat saya dan generasi mendatang," tambah Deni.
http://nasional.kompas.com/read/2016...ampaign=Kaitrd
Didatangi Teten dan Mensesneg, Ibu-ibu Pendemo Lepas Cor Semen di Kakinya
Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki bersama Mensesneg Pratikno mendatangi sembilan ibu-ibu pendemo yang mengecor kakinya dengan semen. Setelah didatangi Teten dan Pratikno, ibu-ibu dari Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah itu melepaskan cor semen di kakinya.
Teten dan Pratikno mendatangi kesembilan ibu-ibu itu di halaman Monas, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (13/4/2016) pukul 18.35 WIB. Teten dan Pratik langsung menyalami ibu-ibu itu.
"Tadi kami masih berusaha keras untuk bicara dengan Pak Presiden karena Pak Presiden padat betul jadwalnya. Kami berharap Presiden bisa menemui. Tapi karena beliau sangat padat dan beberapa agenda tidak bisa digeser," kata Teten.
Teten lalu menjanjikan akan mengagendakan pertemuan para petani dari Pegunungan Kendeng dengan Presiden. Pertemuan akan diusahakan dilakukan setelah Presiden pulang dari kunjungan kerja ke Eropa.
"Suatu saat kita atur pertemuan dengan Presiden. Presiden akan ke Eropa dan pulang tanggal 24 April. Mungkin bisa diagendakan di waktu yang lain, Pak Presiden akan menyediakan waktunya," jelas Teten.
Setelah itu, ibu-ibu yang telah melepas cor semen di kakinya bertepuk tangan. Beberapa dari mereka sempat menitihkan air mata. Mereka kemudian membubarkan diri.
Kesembilan ibu-ibu itu mencor kakinya dengan semen sebagai wujud protes pembangunan pabrik semen di daerahnya. Sebagai petani, mereka keberatan didirikan pabrik semen di wilayah pertaniannya.
http://news.detik.com/berita/3187349...men-di-kakinya
-------------------------------------------------------
ibu-ibu pegunungan kendeng menunggu emak Ratna bersuara..

Diubah oleh hebatpart2 14-04-2016 04:22
0
6.6K
56
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan