- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Melongok Kampung Glintung, Dulu Kumuh dan Banjir Kini Hijau


TS
namimii
Melongok Kampung Glintung, Dulu Kumuh dan Banjir Kini Hijau
Quote:

Malang - Selama dua tahun terakhir Kota Malang berubah dratis. Banyak sekali perubahan di daerah yang dihuni 800 ribu jiwa ini. Salah satunya, bidang lingkungan. Wali Kota Moch Anton giat mengajak warga menjaga lingkungan serta mempopulerkan Gerakan Menabung Air (GEMAR).
Glintung adalah yang pertama melakukan perubahan, khususnya di bidang lingkungan. Perkampungan padat penduduk dihuni 800 KK, kini telah menjadi pioner GEMAR hingga tenar berjuluk Glintung Go Green.
Di tahun 2013, Glintung atau tepatnya di Kelurahan Purwantoro RW 23, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, menjadi daerah langganan banjir. Jalan kampung yang posisinya rendah tidak bisa dilewati karena ketinggian air mencapai 1 meter. Bertahun-tahun berdekatan dengan lingkungan kumuh, banjir, serta tingkat kriminalitas tinggi, menggugah Bambang Irianto (58), selaku Ketua RW bersama beberapa warga untuk mengubah wajah kampungnya.
"Kami awalnya mengajak warga untuk penghijauan di setiap masing-masing rumah. Bahkan, dengan terpaksa jika memerlukan stempel RW syaratnya harus menanam dahulu," kenang Bambang kepada detikcom, Selasa (12/4/2016).
Bukan hal mudah kala itu bagi Bambang untuk mengubah perilaku warganya. Bambang bersama pengurus RW tidak jarang mendapatkan cibiran dan tudingan miring dari warganya.
Namun, dengan kegigihannya, mimpi besarnya itu menjadi kenyataan. "Ada yang pakai kaleng bekas, botol, menanam segala jenis tanaman di depan rumahnya. Hampir setiap malam kita rapat dengan warga, kerja bakti, hanya itu dilakukan yang akhirnya berhasil," tutur Bambang.
Melihat potret ini, pengurus RW 23 terus melangkah ke depan. Mereka menggandeng stakeholder di luar wilayahnya. Beberapa universitas langsung merespon, pada mulanya Universitas Brawijaya dengan membawa konsep biopori serta sumur injeksi.
Sudah ada enam sumur injeksi bersama ratusan biopori, sumur resapan di Kampung Glintung saat ini. Alhasil, wilayah dulunya langganan banjir, kini sudah terbebas dari bencana musiman itu.
"Rektor UB (Universitas Brawijaya) datang langsung untuk membantu membangun sumur injeksi. Kami mencoba kembangkan dan berinovasi dengan kerja bakti warga. Jadi kini, sudah banyak biopori dengan model atau desain hasil kreasi warga, termasuk sumur injeksinya," jelasnya.
"Untuk penghijauan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan), Balai Penelitian Benih Jawa Timur turut menurunkan penyuluhnya, dan dinas pertanian Kota Malang. Jadi dukungan eksternal mempercepat mimpi kami agar kampung bersih, sehat, dan nyaman," cerita Bambang.
Biopori di RW 23 atau Kampung Glintung dibuat dengan melubangi tanah, kemudian menggunakan pipa paralon sedalam 1 meter untuk menyimpan air. Pipa bisa dibuka-tutup sehingga memungkinkan sampah organik, seperti daun, masuk ke lubang resapan.
Sampah organik dalam lubang resapan akan berproses menjadi kompos setengah jadi, dan biota tanah atau serangga bisa hidup di dalamnya. Aktivitas biota dalam tanah menjadikan fungsi resapan air maksimal. Kompos didapat dari olahan sampah organik yang dibuang warga ke dalam biopori. Hasil dari setiap lubang 10 kilogram kompos. Dengan total hampir 503 lubang biopori, setiap akhir kemarau warga mendapatkan kompos 5 ton. Kompos diolah lalu dijual Rp 2.000 per kg. Sebagian kompos digunakan sendiri oleh warga untuk menyuburkan tanaman sayur, buah, dan bunga di rumahnya. Dari awalnya hanya sebatang tanaman di depan rumah, kini aneka bunga, buah, dan sayur mudah dijumpai di setiap rumah warga.
Seperti cita-cita diawal, warga juga menata kampung hijau dan asri. Dengan melibatkan warga yang memiliki ketrampilan, pengurus RW berhasil menciptakan vertical garden (taman gantung) Vergola (taman melingkar) mulai dari gang masuk perkampung sampai lorong-lorong jalan sempit. Maklum permukiman yang padat, menjadi kampung Glintung banyak memiliki jalan lorong.
Hampir di setiap sudut rumah, terdapat beragam tanaman. Warga dulunya 'bisu' akan menjaga lingkungan. Kini sudah berubah total.
Malang termasuk kota dengan pertumbuhan lumayan. Di bawah kepemimpinan Wali Kota Moch Anton, ruang publik seperti taman ditata dan dipercantik.
Menjelang Pilgub DKI tahun 2017, banyak pihak mendorong kepala daerah yang berhasil membangun daerah untuk maju. Bahkan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berharap kepala daerah yang sukses ikut meramaikan Pilgub DKI supaya warga Ibu Kota punya banyak pilihan calon kepala daerah.
Selain Moch Anton, beberapa kepala daerah yang dinilai berhasil memimpin daerahnya antara lain Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo, Bupati Bojonegoro Suyoto, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dan Wali Kota Pangkalpinang M Irwansyah. Siapakah di antara mereka akan jadi cagub DKI terbaik?
(fat/try)
http://news.detik.com/berita/3185985...jir-kini-hijau
mantep nih...

0
3.9K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan