Kaskus

News

infonitascomAvatar border
TS
infonitascom
Bisnis di Jalan Cengkeh Sejak Jaman VOC
Bisnis di Jalan Cengkeh Sejak Jaman VOC

TAMAN SARI - Dahulu nama jalan ini Prinsenstraat (Jalan Cengkeh), di kawasan Kota Tua Jakarta Barat, menjadi jalan masuk ke Amsterdamsche Poort (Gerbang Amsterdam), menuju Kota Batavia.

Di era kolonial kawasan ini menjadi jalan keluar masuk kaum elite Batavia. Gerbang tersebut dibuat era Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen dan sudah dibongkar pada 1950 dengan dalih pelebaran jalan.

"Sebelum dibongkarnya Kasteel Batavia di Sunda Kelapa, kaum elite Batavia menggunakan jalan ini untuk menuju Stadhuis (balai kota) yang sekarang Museum Sejarah Jakarta," kata Sejarawan Candrian Attahiyat. Setelah Kasteel Batavia dibongkar pada 1806, menurutnya, kawasan ini berubah menjadi jalur perdagangan.

Para pedagang menuju Pelabuhan Sunda Kelapa atau sebaliknya, menggunakan jalan tersebut. "Kawasan ini ramai dilalui para pedagang, baik yang mau ke Sunda Kelapa maupun ke Kota Batavia," tuturnya. Tak ubahnya dahulu, kini Jalan Cengkeh di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat itu, juga disesaki para pedagang.

Demografi area yang minim dilintasi kendaraan justru dimanfaatkan pengusaha tenda. Itu tak hanya untuk mempercantik gedung perkantoran, hotel, restoran, maupun apartemen. Produk kantong mayat pun meraup omzet cukup menggiurkan.

Seorang pemilik toko Dwi Jaya Indoterpal, Kwan Lie Yen, pengusaha spesialis penyedia tenda peleton atau tenda pengungsian dan kantong mayat ini, sudah berjualan di Jalan Tongkol sejak 25 tahun. Saat tsunami Aceh, 25 Desember 2004, usahanya melejit. Omzetnya naik ratusan kali lipat. Begitulah, bisnisnya justru kian menguntungkan pascabencana besar nasional terjadi.

"Saat tsunami Aceh itu, pesanan kantong mayat dan tenda peleton untuk pengungsian masing-masing mencapai 10.000 unit. Saya juga sempat kewalahan. Waktu gempa bumi Yogyakarta juga sampai 5.000 unit," kata ibu yang akrab di sapa Dewi ini.

Namun, seluruh pesanan dari berbagai perusahaan itu tak sekadar dimaksudkannya untuk mencari untung. "Sebagian besar juga kami beri bantuan kepada para korban. Harga juga miring," ujar perempuan berusia 60 tahunan itu.

Meningkat Saat Bencana

Saat bencana, pesanan pun membeludak. Tenaga kerja yang dia miliki tidak mencukupi. Dia menyiasatinya dengan membagi-bagi orderan tersebut ke toko lain. Harga per kantong mayat, tenda peleton dan bivak datar, juga tergantung bahan. Termahal, per unit kantong mayat sekitar Rp 80.000.

Untuk tenda peleton, ukuran 6x14 meter harganya sekitar Rp 4 juta, ukuran 6x4 meter Rp 2 juta. "Awal bisnis, kami banyak kenalan perusahaan untuk sumbangan bencana," katanya.

Mantan guru menjahit pakaian ini mengutarakan, bisnis tenda miliknya awalnya menerima pesanan berbagai perusahaan ekspedisi, juga payung pantai dan tenda gazebo untuk pedagang.

"Pesanan terus masuk, mulai dari rumah sakit dan kapal-kapal, juga mulai menerima suplai kantong mayat," ucapnya. Harga terpal juga tergantung bahan. Dewi mematok harga sesuai dengan ukuran per meter persegi. Bahan terpal dihargai mulai Rp 5.000-52.000, bahan impor dari Jepang. Begitu pun dengan jaring proyek yang dihargainya Rp 5.000 per meter.

Maraknya pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan tenda modern berbentuk gazebo juga berbuah manis. Untuk ukuran 3x3 meter dihargainya Rp 1,2 juta, 4x4 meter seharga Rp 6,5 juta, dan 5x5 meter seharga Rp 7,5 juta. Seluruh terpal berbahan impor dari Korea, China, dan Jerman. "Sekarang lebih banyak tenda untuk kaki lima. Bisa dipakai juga untuk pesta pernikahan karena bisa dipasang air conditioner di dalamnya," ujarnya.

Sementara itu, pemilik toko Hary Eka Mandiri, FG Merry mengatakan, bisnisnya diawali dari menyediakan properti tenda yang dipesan berbagai perusahaan. Biasanya, bahan terpal plastik ini untuk penutup truk ekspedisi, kapal, post bag dan jaring untuk proyek bangunan gedung maupun jalan tol.

"Spesialisasi kami menyediakan awning gulung dan kanopi lipat, baik yang manual maupun otomatis menggunakan remote control. Pesanan terbesar, pernah dapat order untuk jaring proyek lapangan golf Senayan. Luas sekelilingnya lebih dari 200 meter, itu tahun 1997," tuturnya.

Sebelum membuka usaha sejak 1996, bisnis tenda tumbuh besar di sepanjang jalan itu. Krisis ekonomi 1998-2000, membuat dia berputar otak. Dia melebarkan sayap demi mencari pasar baru. Desain tenda pun mulai berinovasi.

Lebih jauh, ketertarikan para pengembang bisnis properti justru mengandalkan desainawning gulung buatan Merry. Ia mulai menerima pesanan dari kanopi rumah mewah, hotel, apartemen, restoran sampai kendaraan promosi produk ternama.

Era maraknya teror bom tahun 2000 justru mengubah kebutuhan kanvas peneduh ini sebagai bagian desain interior pesta para artis maupun bos-bos besar. "Saat itu, para pengusaha yang biasa mengadakan pesta di hotel-hotel mulai berkurang. Mereka takut teror bom. Mereka pilih menggelar pesta di rumah atau apartemennya seperti di kolam renang," ucap Merry.

SUMBER

Asal usul jalan cengkeh Gan emoticon-Cool emoticon-Matabelo
0
1.5K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan