BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Tantangan berat untuk Foxconn usai mengakuisisi Sharp


Setelah berjuang selama empat tahun, Hon Hai Precision Industri Co Ltd --lebih dikenal dengan nama Foxconn Technology Group--, mewujudkan keinginan mereka untuk mengakuisisi Sharp, raksasa teknologi Jepang yang tengah terpuruk.

Pada Sabtu (2/4/2016) di Osaka, Jepang, kedua perusahaan menandatangani kesepakatan pembelian 66 persen saham Sharp oleh Foxconn dengan nilai JPY389 miliar (Rp46,6 triliun). Jumlah ini lebih kecil dari angka USD6,2 miliar (Rp81,96 triliun) yang sempat diumumkan oleh Sharp pada Februari 2016. Foxconn langsung membayar deposit sebesar JPY100 miliar pada Rabu (30/6).


Business Standard mengabarkan terjadi negosiasi alot pada menit-menit akhir setelah CEO Foxconn, Terry Gou, setelah melihat kondisi keuangan terkini dari perusahaan Jepang tersebut, meminta harga yang lebih rendah. Pada Rabu (30/3), Sharp mengumumkan mengantisipasi terjadi kerugian operasional sebesar JPY170 miliar (Rp20,3 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2016.

Kini tantangan berat terbentang di hadapan raksasa manufaktur barang teknologi dari Taiwan itu untuk dapat membalikkan peruntungan Sharp yang telah merugi hingga USD10 miliar (Rp132,2 triliun) selama empat tahun terakhir.

"Saya tidak akan menutupi tantangan dengan gula-gula," kata Guo, seperti dikutip Reuters, usai penandatangan perjanjian. "Tetapi saya memiliki rencana jalan yang jelas di hati saya."

Didirikan oleh Tokuji Hayakawa pada 1912, Sharp berkembang menjadi salah satu produsen peralatan rumah tangga dan elektronik terbesar di Jepang, bahkan dunia. Namun kemudian Sharp kesulitan bersaing dan mengalami kerugian besar, USD4,7 miliar, pada 2012.

Sejak saat itu performa bisnis Sharp terus menurun walau masih mempertahankan posisi sebagai produsen TV terlaris di Jepang. Saat ini bisnis mereka terbentang mulai dari mesin cuci, layar ponsel, hingga panel matahari.
Fokus mengembangkan layar OLED
Walau belum menjelaskan secara rinci rencana apa yang dimiliki Foxconn untuk mengangkat Sharp dari keterpurukan, akan tetapi Gou dan Foxconn bakal fokus pada pengembangan teknologi layar ponsel.

"Saya berkomitmen untuk berinvestasi dengan cepat di Sharp guna membantu pengembangan teknologi layar generasi selanjutnya," kata Gou, dinukil The Wall Street Journal.

Sharp telah lama mengembangkan teknologi layar bernama IGZO (indium gallium zinc oxide), namun sebagian besar gawai saat ini lebih memilih untuk menggunakan layar OLED (organic light-emitting diode). Kelebihan OLED adalah gambarnya yang tajam dan bisa dirancang relatif fleksibel. Contohnya, layar berujung melengkung seperti pada ponsel Samsung Galaxy S7 Edge.

Samsung kini menguasai 95 persen pasar layar OLED di dunia, dan tampaknya Foxconn akan mencoba menggerus pasar perusahaan dari Korea Selatan tersebut.
Embed from Getty Images




Foxcon telah lama menjadi manufaktur produk-produk Apple, termasuk iPhone, dan, tentu saja, mereka bisa memanfaatkan kedekatan tersebut untuk mendorong Apple menggunakan OLED produksi Sharp pada produk-produk terbarunya.

Saat ini Apple masih menggunakan layar berteknologi IPS (in-plane switching), tetapi 9To5Mac mengabarkan kemungkinan mulai 2017, iPhone dan iPad akan menggunakan layar OLED.


Untuk itu Sharp telah mengumumkan sebagian besar dana yang didapat dari Foxconn, JPY200 miliar (Rp23,9 triliun), akan digunakan untuk mengembangkan dan memproduksi layar OLED. Target mereka, layar tersebut sudah bisa dijual pada 2019.

Walau bisnis layar tampak menjanjikan, tetapi Foxconn juga mesti menghadapi tantangan pada produk lain yang diproduksi Sharp. Ada juga lebih dari 44.000 karyawan yang mesti diperhatikan.

Gou, seperti dikutip Bloomberg, telah berjanji untuk mempertahankan bisnis-bisnis Sharp, pun mencoba mempertahankan seluruh karyawan.

Oleh karena itu, Alberto Moel, analis teknologi di Sanford C. Bernstein & Co., memperkirakan Foxconn butuh waktu lebih lama untuk menentukan strategi dan melaksanakannya.

Gou menyadari hal itu tetapi menegaskan bahwa manajemen memiliki rencana ambisius untuk menjadi pemain penting dalam produk konsumen di masa datang, termasuk Internet of Things dan perlengkapan rumah tangga yang "pintar".

"Kalau kami tidak bisa mendorong perubahan di Sharp, kompetitor akan memakan kami hidup-hidup," kata Gou.

Sebagai seorang negosiator ulung, Gou tentu saja memiliki rencana cadangan. Salah satu poin pada perjanjian tersebut menyatakan bahwa jika sebelum 5 Oktober 2016 kesepaka

Baca Selengkapnya : https://beritagar.id/artikel/berita/...akuisisi-sharp

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
9.2K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan