- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jalur Utama Putus, Jalan Setapak Pun Jadi


TS
act.id
Jalur Utama Putus, Jalan Setapak Pun Jadi

BANJARNEGARA – Sebelumnya, lebih dari sepekan lalu, tak terhitung ribuan kendaraan lalulalang di atas jembatan kecil di Kecamatan Madukara ini. Jembatan tak bernama ini juga jadi andalan satu-satunya ratusan warga Madukara yang ingin beraktivitas menuju kecamatan lain di sebelah timur dan utara sampai ke Kota Banjarnegara. Namun sejak pergerakan tanah di bawah Dusun Clapar, Madukara mengakibatkan longsor, Jum’at (25/3) silam, jembatan yang berdiri di atas anak sungai yang bermuara ke Sungai Serayu ini, buntung.
Praktis, akses jalan raya utama di Kecamatan Madukara ini putus total. Sejak itu pula ratusan warga Dusun Clapar, termasuk anak-anak usia sekolah dari berbagai jenjang, harus berpikir mencari jalan alternatif. Beruntung, berkat kehadiran para relawan yang ‘menggeruduk’ Clapar untuk berlomba memberi bantuan pada warga, jalan alternatif itu langsung tersedia.
Sejumlah warga Clapar yang mengerjakan jalan alternatif itu, pada Senin (28/3) mendapatkan suntikan tenaga baru dari para relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT), termasuk relawan gabungan dari BPBD dan TNI-Polri dan gabungan relawan. Sehari penuh di hari Senin itu perlahan tapi pasti jalan alternatif itu purna bisa dilalui. “Sejak jalan utama itu retak dan membuat jembatan patah, jalur utama di jalan raya sudah ndak bisa dilewati total. Jalan setapak inilah yang sekarang menghubungkan warga keluar desa,” ungkap Koordintaor Relawan ACT, Muhtadi (40).
Jalan setapak ini, hanya berupa papasan tanah yang diratakan dengan pacul. Jalurnya menembus perbukitan dengan kontur naik dan turun, melewati hutan kecil di sekitar bukit. Sejak ada jalan alternatif itu, imbuh Muhtadi, anak-anak usia sekolah di Dusun Clapar kembali bisa pergi ke sekolah meski harus berputar kurang lebih 3 kilometer jauhnya. Ada sekitar 50-an anak-anak usia sekolah dasar dari Clapar yang memanfaatkan jalan setapak ini.
“Kalau biasanya mereka pergi sekolah hanya butuh waktu 30 menit, sekarang dengan berjalan kaki seperti itu perlu waktu 1 jam. Untuk ukuran anak-anak butuh waktu tambahan 30 menit,” jelas Muhtadi.
Tak hanya anak-anak sekolah dasar dari Clapar saja yang memanfaatkan jalan tembus ini, ratusan anak-anak sekolah (dari SD sampai SMA) dari tetangga dusun juga memanfaatkan jalur ini untuk pergi bersekolah ke kecamatan tetangga seperti Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Pagentang atau Sigaluh atau di Kota Banjarnegara. “Tidak hanya siswa, para guru yang mengajar di daerah Aribaya, Larangan, Pagentang juga lewat jalan setapak itu,” tambah Chafid, Koordinator Relawan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Wilayah Semarang yang mengusahakan jalur tersebut bersama relawan lain.
“Sekarang ya agak susah (jauh) kalau mau ke sekolah. Tapi ndak apa-apa, yang penting bisa sekolah,” Saiful Bahri alias Ipul, siswa kelas 3 sekolah dasar dari Clapar mengomentari kehadiran jalur alternatif yang cukup membuat siapapun yang melewatinya berkeringat.
Ayo Berpartisipasi
0
1.2K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan