Pada senja yang dipaksakan terang.
Aku bergelumut pada satu masa.
Masa dimana aku merindukan fajar tanpa merasakan malam.
Masa dimana aku merindukan bintang tanpa gelap.
Masa dimana aku merindukan kesejukan tanpa angin.
Dan aku terperangah.
Ini bukanlah harapan kosong.
Tapi mimpi yang dipaksakan untuk jadi nyata.

Pada dia yang kian kusisipkan dalam doa,
aku ingin menjadi bagian kecil dalam bahagiamu
Aku ingin menjadi bagian kecil dalam khawatirmu
Dan aku ingin kau menatap, menyusup pada pandanganku yang menghamba.

Pada dia yang tanpa sadar kuselipkan dalam doa,
Aku ingin kita tersenyum tanpa menangis
Aku ingin kita tertawa tanpa berteriak
Aku ingin kita bahagia tanpa masalah
Aku ingin kita menjadi nyata tanpa bermimpi

Pada senja yang kian meredup,
Aku berlutut menghamba agar dikabulkan
Aku berlutut agar coretanku dihapuskan
Aku berlutut agar malam menuntunku menuju fajar
Aku berharap tetap bahagia meski kaki terkilir bebatuan

Pada malam dan pada dirinya yang selalu ku rindukan,
Aku terdiam sepi menungu fajar tatap datang
Aku tertahan menahan tangis permohonan
Aku ingin kita ditakdirkan bersama
Aku ingin kau menjadi imamku kelak
Aku ingin kau jadikan aku tulang rusukmu
Hingga fajar berganti senja
Hingga detak berhenti harap


Jaksel, 2 april 2016