Sabtu, 02 April 2016 | 04:24 WIB

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok menyampaikan pidatonya saat Deklarasi dukungan Partai Hanura di Jakarta, 26 Maret 2016. ANTARA FOTO
TEMPO.CO,Jakarta- Untuk melawan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada DKI 2017 harus dengan keberanian karena inkumben selalu diuntungkan.
"Jadi melawan Ahok bukan dengan cara
mengkritik isu suku, ras, dan agama (sara)," kata pengamat komunikasi politik Benny Susetyo kata dia Jakarta Selatan.
Menurut Benny, bakal calon gubernur yang bisa melawan Ahok adalah yang memiliki
kapasitas selevel. Ia menyebutkan fenomena melawan Ahok harus memiliki marketing politik yang baik. Artinya adalah memanfaatkan berbagai teknologi informasi untuk menjaring perhatian publik.
Ahok telah mendeklarasikan diri maju sebagai calon perseorangan pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017g. Benny mengatakan, keputusan itu harusnya menjadi koreksi bagi para partai. Partai harus segera menyiapkan calon yang memiliki kapasitas sama dengan Ahok.
"Orang itu punya daya jual, tapi lebih dari Ahok," kata dia.
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai Gubernur DKI Jakarta bisa dijadikan bekal untuk maju menjadi presiden. Menurut dia, perlawanan terhadap Ahok sering dilakukan dengan
mengkritik etnis, agama, dan cara bertutur kata. Akibatnya, isu-isu positif seperti kebijakan Ahok jarang menjadi pembahasan.
Ray berujar para partai politik saat ini gagal dalam mengimbangi Ahok. Alasannya, hingga saat ini partai politik belum menentukan pasangan calon. "Cara berpikirnya enggak masuk akal," ujar dia.
Pilkada DKI, Pengamat: Bakal Ada Koalisi Gagap dan Bimbang
Sabtu, 02 April 2016 | 01:06 WIB

Ray Rangkuti. TEMPO/ Yosep Arkian
TEMPO.CO,Jakarta- Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai akan ada tiga pasangan calon pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta. "Dilihat dari peta politiknya, supaya ada adu debatnya," kata dia di Jakarta Selatan, Jumat, 1 April 2016.
Ray memetakan dari tiga pasangan tersebut, Gubernur Basuki Tjahaja Purnama adalah yang paling siap maju. Ia menyebutkan dua koalisi lainnya adalah koalisi gagap dan bimbang.
Koalisi gagap yaitu dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Sementara koalisi bimbang, kata dia, adalah dari Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Demokrat.
Hingga saat ini belum ada partai politik yang mendeklarasikan calonnya maju pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Menurut Ray, itu sebagai kegagalan politik. Kondisi demikian sangat merugikan baik bagi partai politik maupun masyarakat.
Menurut Ray, partai politik akan kesulitan melawan Ahok jika calon yang diusung baru diumumkan menjelang pemilihan. Masyarakat juga akan rugi karena tidak memiliki waktu cukup untuk mengenal pasangan calon gubernur.
"Sangat membuat demokrasi kita menjadi sempit," kata dia. Ray menambahkan perdebatan isu
suku, ras, dan agama tidak akan menjadi jualan yang laku bagi pasangan calon dalam berdebat. Ia menilai justru perdebatan pada
program dan kebijakanlahyang mampu mendorong persaingan menjadi positif dan publik bisa menentukan pasangan yang memiliki kapasitas.
Meski partai belum mengungkap siapa yang bakal mereka usung untuk Pilkada DKI 2017, namun beberapa orang sudah menyatakan diri siap maju. Mereka adalah Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno, Abraham Lunggana, Ahmad Dhani, dan Hasnaeni.
Dalam survei yang dilakukan Charta Politika baru-baru ini, Basuki Tjahaja Purnama masih unggul atas nama-nama tersebut.
https://m.tempo.co/read/news/2016/04...0%2C9755274479 &
https://m.tempo.co/read/news/2016/04...0%2C1867294192