Terbang diam tak menengok arah.
Kedua telapak tangan saling menutup rapat.
Awal bertemu tidak ada kata terucap.
Siapa kamu, asalmu, tertutup tujuan awal.
Presepsi benar, kelakuan salah mu di semester awal.

Ruang kelas telah bersaudara dengan pertunjukan sirkus.
Beberapa secarik kertas petaka berhasil dibuat oleh mereka.
Diantara semua, beberapa merasa bangga yang membuat.
Menunjuk kearah ku, membuka sangat sedikit siapa aku.

Bait kedua sama dengan bait ketiga.
Hay kawan, ingatkah kamu awal tahu kita berasal dari kota sama.
Wajah usang terlihat diwajahmu.
Menerima Permintaan maaf karena ketidaktahuanmu.

Matahari melewati siang.
Malam menelanjangi bulan.
Kau ingin lebih mengenalku.
Ku katakan sedikit.
Mengatakan apa yang aku katakan untuk kau mengerti.
Hanya sebatas menghargai mu, teman.
Hay kawan, mengatakan cantik pun munafik.
Manis mungkin statis.

Dan kehidupan mulai memainkan pensil.
Menggambar penuh cerita bocah lelaki ingusan.
Yang terjebak lingkaran setan yang disebut cinta.
Sampai tulisan ini dibuat cerita belum berakhir.

Menjaga komitmen tidak menjalin kasih dengan teman.
Menghargai itu karena menghormatimu.
Seperti menutup mata yang tahu akan didepannya.
Seperti memegang bunga mawar walaupun banyak durinya.

Aku tahu ini.
Tapi belum tentu kamu.
Perasaan ini baru muncul.
Ketika aku berbuat salah denganmu.
Semakin menjadi saat kau marah denganku.

Aku bodoh, egois.
Maaf,

salam GWM