- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
'Eksperimen Tempe dan Padi' Karya Anak Bangsa Menuju Luar Angkasa


TS
budakbaleg
'Eksperimen Tempe dan Padi' Karya Anak Bangsa Menuju Luar Angkasa

Quote:
Eksperimen Siswa Indonesia Dikirim ke Antariksa
Dua eksperimen siswa Indonesia diluncurkan ke antariksa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Rabu (23/3/2016) pukul 11.05 WIB.
Perangkat eksperimen tersebut dibawa dengan Cygnus Cargo Freighter di atas roket Atlas 5 menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Salah satu eksperimen yang dibawa ke antariksa dibuat oleh siswa-siswa SMA Unggul Del di Lagubotti, Samosir, Sumatera Utara.
Tim siswa sekolah tersebut ingin mengetahui pertumbuhan ragi di antariksa, mengetahui apakah ada perbedaan dengan di muka bumi.
"Ini merupakan eksperimen pendahuluan sebelum meluncurkan eksperimen berikutnya untuk mempelajari how to grow tempe in space," kata JW Saputro yang memimpin proyek pelibatan siswa Indonesia dalam riset antariksa ini.
Satu eksperimen lain yang dikirim ke antariksa berasal dari tim siswa Jakarta dan Bandung. Eksperimen itu untuk mengetahui pertumbuhan padi di antariksa.
Setelah sampai ke antariksa, perangkat eksperimen akan dipindahkan ke Nanoracks, fasilitas penelitian milik United States National Lab di ISS.
Perangkat eksperimen yang dirancang oleh siswa-siswa Indonesia dilengkapi dengan kamera digital dan pengontrol mikro sehingga pertumbuhan padi dan ragi bisa diamati dari wilayah mana pun di bumi yang terhubung internet.
Beberapa hari setelah peluncuran ini, tim siswa akan mulai melakukan pengamatan. Caranya ialah dengan mengunduh foto-foto perkembangan eksperimen yang dikirim langsung dari ISS.
Tim siswa akan mempresentasikan hasil penelitian di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Research di Washington DC dalam bulan November 2016.
Perangkat eksperimen dari siswa Indonesia diluncurkan bersama sejumlah perangkat canggih lainnya milik NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAEA).
Jepang, misalnya, menyertakan alat sentrifugasi guna mempelajari biologi sel pada kondisi nir-gravitasi. Sementara itu, ESA mengirimkan perangkat ENERGY untuk mempelajari kebutuhan energi bagi astronot untuk perjalanan antariksa jangka panjang.
NASA mengirimkan perangkat eksperimen penting bernama Spacecraft Fire Experiment I (SAFFIRE). Perangkat itu akan mempelajari pembentukan api.
Di situs webnya, NASA menyatakan bahwa riset itu penting untuk mempelajari pola pembentukan api di kondisi nir-gravitasi sehingga berguna bagi perjalanan antariksa masa mendatang.
http://nationalgeographic.co.id/beri...m-ke-antariksa
Quote:
Bangganya Siswa SMA yang Karyanya Diangkut NASA dan Cita-cita Jadi Astronot
Jakarta - Rasa bangga terpancar dari siswa-siswa SMA Unggul Del, Toba Samosir, Sumatera Utara. Hasil penelitian mereka dibawa oleh NASA ke luar angkasa dan mereka juga diapresiasi oleh Mendikbud Anies Baswedan.
Dalam telekonferensi di Kantor Kemendikbud, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/3/2016), Anies bertanya perasaan para siswa karena penelitian mereka dengan nama 'Micro-Aerobic Fermentation In Space With Micro Gravity' dibawa ke luar angkasa. Salah satu siswa, Gomos Manalu mengaku bangga karena mereka masih di bangku SMA.
"Kalau dari kami sendiri bangga baru SMA bisa ikut penelitian internasional bahkan peneliti ulung belum tentu ikut seperti ini," kata Gomos.
Dia merupakan salah satu siswa yang mengikuti test flight bersama peneliti dari Amerika Serikat. Kepada Anies, Gomos mengatakan bahwa sebenarnya orang Indonesia tidak kalah hebat dengan peneliti asing.
"Sebenarnya orang Indonesia hebat tapi alat-alatnya itu susah dan terbatas," ujarnya.
Hagai pun meminta bantuan kepada Anies untuk mewujudkan cita-citanya itu. Anies lalu berpesan bahwa ada tes-tes yang harus dilewati.
"Kalau anda mau jadi astronot, tapi harus lolos dulu seleksi," tutur Anies.
Penelitian mereka itu bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi near-zero gravity. Ada 10 orang siswa SMA dalam tim ini yang dibagi menjadi tiga yakni untuk konseptor, engineering, dan pemrogram. Eksperimen itu menjadi pijakan untuk penelitian berikutnya yang mereka beri judul 'How to Grow Tempe in The Space'. (imk/nrl)
Bangganya Siswa SMA yang Karyanya Diangkut NASA dan Cita-cita Jadi Astronot
Jakarta - Rasa bangga terpancar dari siswa-siswa SMA Unggul Del, Toba Samosir, Sumatera Utara. Hasil penelitian mereka dibawa oleh NASA ke luar angkasa dan mereka juga diapresiasi oleh Mendikbud Anies Baswedan.
Dalam telekonferensi di Kantor Kemendikbud, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/3/2016), Anies bertanya perasaan para siswa karena penelitian mereka dengan nama 'Micro-Aerobic Fermentation In Space With Micro Gravity' dibawa ke luar angkasa. Salah satu siswa, Gomos Manalu mengaku bangga karena mereka masih di bangku SMA.
"Kalau dari kami sendiri bangga baru SMA bisa ikut penelitian internasional bahkan peneliti ulung belum tentu ikut seperti ini," kata Gomos.
Dia merupakan salah satu siswa yang mengikuti test flight bersama peneliti dari Amerika Serikat. Kepada Anies, Gomos mengatakan bahwa sebenarnya orang Indonesia tidak kalah hebat dengan peneliti asing.
"Sebenarnya orang Indonesia hebat tapi alat-alatnya itu susah dan terbatas," ujarnya.
Hagai pun meminta bantuan kepada Anies untuk mewujudkan cita-citanya itu. Anies lalu berpesan bahwa ada tes-tes yang harus dilewati.
"Kalau anda mau jadi astronot, tapi harus lolos dulu seleksi," tutur Anies.
Penelitian mereka itu bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi near-zero gravity. Ada 10 orang siswa SMA dalam tim ini yang dibagi menjadi tiga yakni untuk konseptor, engineering, dan pemrogram. Eksperimen itu menjadi pijakan untuk penelitian berikutnya yang mereka beri judul 'How to Grow Tempe in The Space'. (imk/nrl)
Bangganya Siswa SMA yang Karyanya Diangkut NASA dan Cita-cita Jadi Astronot
Quote:
Keren, siswa SMA Indonesia kirim eksperimen ke stasiun luar angkasa
Merdeka.com - Hari ini menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Indonesia, utamanya siswa SMA di Sumatera Utara, Jakarta dan Bandung. Mereka berhasil mengirimkan dua paket eksperimen untuk diteliti di stasiun luar angkasa, yang diberangkatkan dengan menggunakan rocket Atlas 5 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Dalam rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (23/3), kedua paket eksperimen tersebut dikirim bersama paket eksperimen dari banyak peneliti di dunia dan berhasil melalui seleksi ketat yang diberlakukan NASA. Seluruhnya dimasukkan ke dalam Cygnus cargo freighter yang baru diterbangkan sekitar pukul 11.05 WIB atau 23.05 waktu setempat.
Eksperimen yang pertama disiapkan oleh satu team siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara. Benda yang dikirim ke luar angkasa ini untuk mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi near-zero gravity. Ini merupakan eksperimen pendahuluan sebelum meluncurkan eksperimen berikutnya untuk mempelajari how to grow tempe in space.
Kedua kelompok siswa ini menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk micro-lab tersebut selama 6 bulan terakhir dan bulan Januari berhasil lolos flight-test NASA yang sangat ketat dan boleh diluncurkan ke International Space Station (ISS) dengan ditumpangkan pada Cygnus cargo freighter.
Eksperimen kedua disiapkan oleh team siswa gabungan dari beberapa SMA di Jakarta dan Bandung untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa (how to grow rice in space). Sebelum mencapai stasiun antariksa internasional, roket tersebut akan mengorbit terlebih dahulu pada ketinggian 400 km, sebelum mencapai docking/rendezvous ISS.
Para astronot yang sedang tinggal di ISS akan memindahkan perangkat eksperimen tersebut ke Nanoracks, suatu fasilitas penelitian di US National Lab di dalam ISS. Stasiun angkasa luar ISS ini jika diletakkan di Bumi, bentangannya menutupi seluas lapangan sepak bola.
ISS yang mengorbit dengan kecepatan 8 km/detik dan mengitari Bumi 15-16 kali dalam 24 jam ini dihuni oleh beberapa astronot yang berasal dari beberapa negara yang tinggal bergantian selama beberapa bulan.
Perangkat micro-lab yang dirancang oleh para siswa SMA tersebut dilengkapi dengan kamera digital dan perangkat micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi dalam selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari Bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet, dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke Bumi.
Beberapa hari dari sekarang, para siswa di Laguboti dan di Jakarta/Bandung tersebut akan mulai mengamati dan mencatat eksperimen mereka. Para siswa SMA Indonesia tersebut sudah mendapat undangan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Research di Washington DC dalam bulan November 2016.
Peristiwa ini menjadi sejarah penelitian pertama yang dilakukan putra putri Indonesia dari luar angkasa, dan mereka masih duduk di bangku SMA. Peluncuran misi OA-6 dapat disaksikan langsung melalui video streaming di situs spaceflightnow.
http://m.merdeka.com/peristiwa/keren...r-angkasa.html
Merdeka.com - Hari ini menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Indonesia, utamanya siswa SMA di Sumatera Utara, Jakarta dan Bandung. Mereka berhasil mengirimkan dua paket eksperimen untuk diteliti di stasiun luar angkasa, yang diberangkatkan dengan menggunakan rocket Atlas 5 dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Dalam rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (23/3), kedua paket eksperimen tersebut dikirim bersama paket eksperimen dari banyak peneliti di dunia dan berhasil melalui seleksi ketat yang diberlakukan NASA. Seluruhnya dimasukkan ke dalam Cygnus cargo freighter yang baru diterbangkan sekitar pukul 11.05 WIB atau 23.05 waktu setempat.
Eksperimen yang pertama disiapkan oleh satu team siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara. Benda yang dikirim ke luar angkasa ini untuk mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi near-zero gravity. Ini merupakan eksperimen pendahuluan sebelum meluncurkan eksperimen berikutnya untuk mempelajari how to grow tempe in space.
Kedua kelompok siswa ini menyiapkan perangkat eksperimen dalam bentuk micro-lab tersebut selama 6 bulan terakhir dan bulan Januari berhasil lolos flight-test NASA yang sangat ketat dan boleh diluncurkan ke International Space Station (ISS) dengan ditumpangkan pada Cygnus cargo freighter.
Eksperimen kedua disiapkan oleh team siswa gabungan dari beberapa SMA di Jakarta dan Bandung untuk mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa (how to grow rice in space). Sebelum mencapai stasiun antariksa internasional, roket tersebut akan mengorbit terlebih dahulu pada ketinggian 400 km, sebelum mencapai docking/rendezvous ISS.
Para astronot yang sedang tinggal di ISS akan memindahkan perangkat eksperimen tersebut ke Nanoracks, suatu fasilitas penelitian di US National Lab di dalam ISS. Stasiun angkasa luar ISS ini jika diletakkan di Bumi, bentangannya menutupi seluas lapangan sepak bola.
ISS yang mengorbit dengan kecepatan 8 km/detik dan mengitari Bumi 15-16 kali dalam 24 jam ini dihuni oleh beberapa astronot yang berasal dari beberapa negara yang tinggal bergantian selama beberapa bulan.
Perangkat micro-lab yang dirancang oleh para siswa SMA tersebut dilengkapi dengan kamera digital dan perangkat micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi dalam selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari Bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet, dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke Bumi.
Beberapa hari dari sekarang, para siswa di Laguboti dan di Jakarta/Bandung tersebut akan mulai mengamati dan mencatat eksperimen mereka. Para siswa SMA Indonesia tersebut sudah mendapat undangan untuk mempresentasikan hasil penelitian mereka di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Research di Washington DC dalam bulan November 2016.
Peristiwa ini menjadi sejarah penelitian pertama yang dilakukan putra putri Indonesia dari luar angkasa, dan mereka masih duduk di bangku SMA. Peluncuran misi OA-6 dapat disaksikan langsung melalui video streaming di situs spaceflightnow.
http://m.merdeka.com/peristiwa/keren...r-angkasa.html
Quote:
Memperjuangkan Tempe Jadi Makanan Pokok Luar Angkasa
VIVA.co.id – Indonesia boleh berbangga hati, karena sebuah eksperimen karya anak bangsa telah dibawa oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA) dengan menumpang roket Atlas 5, Rabu 23 Maret 2016.
Roket tersebut terbang dari Cape Canaveral menuju orbit rendah bumi. Tidak tanggung-tanggung, ada dua eksperimen buatan siswa Indonesia yang berhasil dibawa NASA, yakni untuk meneliti kemungkinan menciptakan ragi dan untuk mencari kemungkinan menumbuhkan padi di ruang hampa.
Kedua eksperimen itu bisa menjadi awal untuk menciptakan makanan yang bisa bertahan di luar angkasa, nasi dan tempe.
Kebanggaan ini terungkap jelas dari sisi pemerintah (dalam hal ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) maupun penyelenggara (Indonesia Space Research Group).
Menurut mereka, yang menjadi pencapaian tidak hanya upaya untuk menjadikan nasi dan tempe sebagai makanan pokok di luar angkasa, melainkan lebih dari itu.
“Lebih dari itu. Ini bagian dari kampanye bahwa Indonesia juga punya peneliti yang bagus, dan punya obyek asli Indonesia (tempe). Saya kira, ini berita bagus bagi bangsa indonesia. Terutama kalangan anak muda, yang punya prestasi bisa masuk dan dikawal NASA. Kita tahu, untuk penelitian masuk ke NASA itu prosedurnya tidak mudah,” ujar Muhammad Dimyati selaku Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, saat dihubungi Viva.co.id, Rabu 23 Maret 2016.
Kebanggaan yang sama juga disampaikan Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain. Selain sebagai sebuah prestasi, hal ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan di Indonesia, untuk memberikan perhatian dan pemikiran yang serius, guna mendorong tumbuh kembang semangat meneliti di kalangan generasi muda sejak dini.
Sayangnya, Iskandar mengaku belum mengetahui apa target dari hal ini. Ia mengatakan, belum mendapatkan informasi terbaru terkait eksperimen-eksperimen bangsa yang dibawa NASA itu.
“Targetnya belum bisa saya pastikan, apakah padi akan menjadi sumber makanan di luar angkasa nantinya? Dan, karena ini desain anak-anak SLTA, maka kemungkinan ini lebih kepada pemanfaatan program yang ditawarkan oleh NASA bagi mereka,” papar Iskandar.
Meski LIPI mengaku belum mendapatkan informasi lengkap, Kemenristek Dikti justru terkesan mengetahui segalanya. Bahkan, mereka berencana untuk menjadikan siswa-siswa berprestasi ini sebagai salah satu pihak yang akan dikunjungi dalam program kunjungan ke peneliti dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).
“Saya rencana akan berkunjung ke berbagai peneliti dan LPNK yang berprestasi, termasuk siswa-siswa ini. Soal berhasil atau tidak, tingkat keberhasilan penelitian itu tergantung. Kan, baru mengorbit hari ini. Tapi saya yakin, mereka punya kepercayaan diri untuk berhasil,” ujar Dimyati.
Terkait dengan bantuan dana dari pemerintah untuk keberhasilan penelitian ini, Dimyati mengungkapkan, saat ini ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan anggaran penelitian. Hal ini, karena anggaran baru bisa diberikan jika peneliti bergabung ke konsorsium, atau perguruan tinggi.
“Kalau siswa, bisa kita bantu, kalau mereka gabung ke konsorsium atau perguruan tinggi. Saat ini, kami sedang menyusun Perpres UU pada sub bab penelitian. Jadi, nanti mereka (siswa) bisa diberikan anggaran APBN untuk di luar perguruan tinggi, atau LPNK,” katanya
http://m.news.viva.co.id/news/read/7...k-luar-angkasa
VIVA.co.id – Indonesia boleh berbangga hati, karena sebuah eksperimen karya anak bangsa telah dibawa oleh Badan Antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA) dengan menumpang roket Atlas 5, Rabu 23 Maret 2016.
Roket tersebut terbang dari Cape Canaveral menuju orbit rendah bumi. Tidak tanggung-tanggung, ada dua eksperimen buatan siswa Indonesia yang berhasil dibawa NASA, yakni untuk meneliti kemungkinan menciptakan ragi dan untuk mencari kemungkinan menumbuhkan padi di ruang hampa.
Kedua eksperimen itu bisa menjadi awal untuk menciptakan makanan yang bisa bertahan di luar angkasa, nasi dan tempe.
Kebanggaan ini terungkap jelas dari sisi pemerintah (dalam hal ini Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) maupun penyelenggara (Indonesia Space Research Group).
Menurut mereka, yang menjadi pencapaian tidak hanya upaya untuk menjadikan nasi dan tempe sebagai makanan pokok di luar angkasa, melainkan lebih dari itu.
“Lebih dari itu. Ini bagian dari kampanye bahwa Indonesia juga punya peneliti yang bagus, dan punya obyek asli Indonesia (tempe). Saya kira, ini berita bagus bagi bangsa indonesia. Terutama kalangan anak muda, yang punya prestasi bisa masuk dan dikawal NASA. Kita tahu, untuk penelitian masuk ke NASA itu prosedurnya tidak mudah,” ujar Muhammad Dimyati selaku Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti, saat dihubungi Viva.co.id, Rabu 23 Maret 2016.
Kebanggaan yang sama juga disampaikan Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain. Selain sebagai sebuah prestasi, hal ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan di Indonesia, untuk memberikan perhatian dan pemikiran yang serius, guna mendorong tumbuh kembang semangat meneliti di kalangan generasi muda sejak dini.
Sayangnya, Iskandar mengaku belum mengetahui apa target dari hal ini. Ia mengatakan, belum mendapatkan informasi terbaru terkait eksperimen-eksperimen bangsa yang dibawa NASA itu.
“Targetnya belum bisa saya pastikan, apakah padi akan menjadi sumber makanan di luar angkasa nantinya? Dan, karena ini desain anak-anak SLTA, maka kemungkinan ini lebih kepada pemanfaatan program yang ditawarkan oleh NASA bagi mereka,” papar Iskandar.
Meski LIPI mengaku belum mendapatkan informasi lengkap, Kemenristek Dikti justru terkesan mengetahui segalanya. Bahkan, mereka berencana untuk menjadikan siswa-siswa berprestasi ini sebagai salah satu pihak yang akan dikunjungi dalam program kunjungan ke peneliti dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK).
“Saya rencana akan berkunjung ke berbagai peneliti dan LPNK yang berprestasi, termasuk siswa-siswa ini. Soal berhasil atau tidak, tingkat keberhasilan penelitian itu tergantung. Kan, baru mengorbit hari ini. Tapi saya yakin, mereka punya kepercayaan diri untuk berhasil,” ujar Dimyati.
Terkait dengan bantuan dana dari pemerintah untuk keberhasilan penelitian ini, Dimyati mengungkapkan, saat ini ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan anggaran penelitian. Hal ini, karena anggaran baru bisa diberikan jika peneliti bergabung ke konsorsium, atau perguruan tinggi.
“Kalau siswa, bisa kita bantu, kalau mereka gabung ke konsorsium atau perguruan tinggi. Saat ini, kami sedang menyusun Perpres UU pada sub bab penelitian. Jadi, nanti mereka (siswa) bisa diberikan anggaran APBN untuk di luar perguruan tinggi, atau LPNK,” katanya
http://m.news.viva.co.id/news/read/7...k-luar-angkasa
Quote:
Eksperimen Padi Anak SMA Indonesia 'Mampir' di Luar Angkasa
Jakarta, CNN Indonesia -- J.W Saputro mengaku bungah. Lelaki 52 tahun yang lebih ingin dipanggil sebagai ‘tukang kompor’ itu akhirnya berhasil menyaksikan karya anak bimbingannya berupa eksperimen mengorbit di luar angkasa.
Ya, Sabtu pukul 17.51 waktu setempat, Cygnus (kapal kargo) yang mengangkut 2,5 ton beban termasuk perangkat eksperimen micro-lab anak didiknya berhasil ‘ditangkap’ lengan robot yang menjulur dari International Space Station (ISS), tiga hari setelah mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Saputro mengatakan beban berton-ton tersebut dibawa rocket Atlas 5. “Ini merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan di luar angkasa yang pertama kali dari Indonesia yang justru dilakukan para peneliti dari SMA,” kata Saputro kepada CNN Indonesia.com, Ahad (27/3).
Ada dua eksperimen yang dibawa roket Atlas 5. Yang pertama adalah eksperimen mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi dalam posisi hampir nol gravitasi. Eksperimen ini disiapkan siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara. Karya ilmiah ini menurut Saputro adalah pendahuluan sebelum pihaknya meluncurkan bagaimana menanam tempe di luar angkasa.
Adapun eksperimen kedua yang dibawa ke ISS adalah mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa. Ini dipersiapkan tim gabungan SMA dari Jakarta, Bandung, Jayapura.
“Kedua kelompok siswa ini menyiapkan lab mikro eksperimen dalam waktu 6 bulan,” kata Saputro. Setelah itu katanya eksperimen ini mendapat lampu hijau tes penerbangan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang membolehkan eksperimen ini diluncurkan ke ISS.
Perangkat micro-lab yang dirancang siswa SMA tersebut dilengkapi kamera digital, sensor, dan micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet. Hal itu bisa dilakukan dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke bumi.
Saputro mengaku beruntung bisa membawa eksperimen anak-anak binaannya ke luar angkasa. Hal ini dikarenakan hubungannya yang sudah terjalin dengan koleganya para pensiunan NASA. Pensiunan itu awalnya menawarkan dirinya untuk bisa mengirim eksperimen anak SMA ke atas.
Eksperimen ini katanya sudah pernah dilakukan anak-anak di California. “Ongkos kirim barang ke luar angkasa normalnya seharga Rp 4 miliar per kilogram. Namun kita mendapat diskon khusus. Khusus biayanya kami dapat dari para donatur,” ujar Saputro.
Bagi Saputro keberhasilan ini merupakan langkah awal pihaknya dalam berinvestasi buat masa depan. Ia melihat mayoritas penemuan ilmiah ditemukan para peneliti luar negeri. Ia ingin melihat suatu hari nanti anak negeri bisa membuat Indonesia bangga dengan menemukan penelitian yang berguna bagi manusia.
“Kita (Indonesia) sudah memiliki beberapa ahli peneliti. Tapi kita perlu lebih banyak lagi,” kata lelaki yang menghabiskan 21 tahun berada di Abang Sam sebagai pendidik itu.
http://m.cnnindonesia.com/teknologi/...-luar-angkasa/
Jakarta, CNN Indonesia -- J.W Saputro mengaku bungah. Lelaki 52 tahun yang lebih ingin dipanggil sebagai ‘tukang kompor’ itu akhirnya berhasil menyaksikan karya anak bimbingannya berupa eksperimen mengorbit di luar angkasa.
Ya, Sabtu pukul 17.51 waktu setempat, Cygnus (kapal kargo) yang mengangkut 2,5 ton beban termasuk perangkat eksperimen micro-lab anak didiknya berhasil ‘ditangkap’ lengan robot yang menjulur dari International Space Station (ISS), tiga hari setelah mengangkasa dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Saputro mengatakan beban berton-ton tersebut dibawa rocket Atlas 5. “Ini merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan di luar angkasa yang pertama kali dari Indonesia yang justru dilakukan para peneliti dari SMA,” kata Saputro kepada CNN Indonesia.com, Ahad (27/3).
Ada dua eksperimen yang dibawa roket Atlas 5. Yang pertama adalah eksperimen mempelajari pertumbuhan ragi (yeast) di luar angkasa dalam kondisi dalam posisi hampir nol gravitasi. Eksperimen ini disiapkan siswa SMA Unggul Del di Laguboti, Sumatera Utara. Karya ilmiah ini menurut Saputro adalah pendahuluan sebelum pihaknya meluncurkan bagaimana menanam tempe di luar angkasa.
Adapun eksperimen kedua yang dibawa ke ISS adalah mempelajari pertumbuhan padi di luar angkasa. Ini dipersiapkan tim gabungan SMA dari Jakarta, Bandung, Jayapura.
“Kedua kelompok siswa ini menyiapkan lab mikro eksperimen dalam waktu 6 bulan,” kata Saputro. Setelah itu katanya eksperimen ini mendapat lampu hijau tes penerbangan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang membolehkan eksperimen ini diluncurkan ke ISS.
Perangkat micro-lab yang dirancang siswa SMA tersebut dilengkapi kamera digital, sensor, dan micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi dan padi selama eksperimen berlangsung dapat diamati dari bumi atau di manapun tempat asal terhubung dengan Internet. Hal itu bisa dilakukan dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke bumi.
Saputro mengaku beruntung bisa membawa eksperimen anak-anak binaannya ke luar angkasa. Hal ini dikarenakan hubungannya yang sudah terjalin dengan koleganya para pensiunan NASA. Pensiunan itu awalnya menawarkan dirinya untuk bisa mengirim eksperimen anak SMA ke atas.
Eksperimen ini katanya sudah pernah dilakukan anak-anak di California. “Ongkos kirim barang ke luar angkasa normalnya seharga Rp 4 miliar per kilogram. Namun kita mendapat diskon khusus. Khusus biayanya kami dapat dari para donatur,” ujar Saputro.
Bagi Saputro keberhasilan ini merupakan langkah awal pihaknya dalam berinvestasi buat masa depan. Ia melihat mayoritas penemuan ilmiah ditemukan para peneliti luar negeri. Ia ingin melihat suatu hari nanti anak negeri bisa membuat Indonesia bangga dengan menemukan penelitian yang berguna bagi manusia.
“Kita (Indonesia) sudah memiliki beberapa ahli peneliti. Tapi kita perlu lebih banyak lagi,” kata lelaki yang menghabiskan 21 tahun berada di Abang Sam sebagai pendidik itu.
http://m.cnnindonesia.com/teknologi/...-luar-angkasa/
Ayo penerus bangsa, jangan pernah berhenti berkarya untuk Indonesia

0
5.2K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan