Jakarta lumpuh. Aksi demo yang dilakukan sopir taksi resmi memacetkan jalan. Terjadi tindak anarkhi di beberapa jalur. Ini akibat pemerintah tidak tegas bersikap. Melindungi ‘taksi maling’. Taksi ilegal yang menabrak aturan dan undang-undang.

Hari Selasa ini (22/3), Kota Jakarta seperti neraka. Jalanan porak-poranda. Aksi demo yang dilakukan di berbagai jalanan ibukota terhenti total. Sopir taksi memblokir ruas-ruas itu, dan terlibat perkelahian dengan angkutan yang lain.

Warga yang terusik dengan aksi perkelahian itu ikut menghambur. Maka aksi anarkhisme itu melebar. Sopir berbagai angkutan, Go-Jek, warga saling kelahi dan lempar batu. Berbagai taksi maupun sepeda motor rusak. Orang-orang yang terlibat perkelahian bonyok dan berlumuran darah.

Aksi demo ini memang dikecam. Itu karena membuat kemacetan, menyulitkan pengguna jalan, dan akhirnya merusak fasilitas umum. Tetapi jika tahu akar masalahnya, dan pemerintah bijak menyikapinya, aksi ini tidak akan terjadi. Tidak akan terjadi wong cilik diadu dengan sesama wong cilik.

Taksi Uber yang disusul GrabCar adalah perusahaan asing. Di berbagai negara taksi ini beroperasi selalu menimbulkan masalah. Itu karena taksi ini beroperasi secara ilegal, tanpa mengurus ketentuan pertaksian yang disyaratkan, dan tidak bayar pajak.

Selain di India dan Mexico, negara-negara lain yang ‘kemasukan’ taksi ini pasti ribut.. Itu karena banyak ketentuan yang tidak dipenuhi, hingga memurahkan cost produksi. Karena itu, taksi ini lebih murah, dan mempercepat kaya pemiliknya, Kalanick, yang nilai kekayaannya setara Rp 80 triliun.

Pola ilegal ini yang menyulut kegaduhan, termasuk di Indonesia. Uber taksi tidak mau mengikuti prosedur yang ada. Manajemen taksi ini seperti pongah setiap masuk ke negara-negara yang dijadikan basis baru operasional usahanya.

Di Indonesia, sudah berulangkali taksi ini diminta Kementerian Perhubungan untuk mengikuti prosedur usaha taksi yang disyaratkan negeri ini. Tetapi itu tidak dilakukan. Maka pemilik perusahaan taksi lokal merasa ada ‘penganak-emasan’ terhadap perusahaan asing ini. Mereka dibiarkan mobilnya pakai plat hitam, tidak bayar pajak, dan suka-suka melayani tamunya (mobil dari berbagai merk dengan tarif murah).

Sedang para sopir taksi lokal, kegiatan taksi asing ini makin lama mengurangi nafkahnya. Penumpang pasti memilih yang murah, punya gengsi karena mobilnya berplat hitam, dan layanan yang mudah. Akibat itu di awal masuknya Taksi Uber sudah didemo sopir taksi di berbagai daerah.

Melihat operasional Taksi Uber ini, Barry Korengolci, Presiden San Fransisco Cab Drivers Association menyebut, bahwa Taksi Uber itu maling. “Saya pikir mereka adalah pencuri. Mereka mulai dengan beroperasi secara ilegal, tanpa menaati regulasi dan tidak berkompetisi dengan fair. Itulah sebabnya mereka menjadi besar,” katanya.

Kini Indonesia yangi ribut dengan operasional taksi ini. Taksi asing yang tidak bayar pajak, dan melanggar aturan. Jika taksi ini dibiarkan tetap beroperasi, maka tidak hanya pemasukan negara yang terkurangi, tetapi juga membuat kegaduhan pemilik perusahaan taksi, sopir taksi, serta harga diri bangsa ini dipertaruhkan. Bangsa yang undang-undangnya gampang dilanggar perusahaan asing.

Kemenhub sudah tegas menyebut Taksi Uber adalah taksi ilegal. Taksi gelap. Itu merujuk pada aturan yang ada. Sekarang, bola panas itu ada di Menkominfo. Jika tidak diblokir aplikasi yang dipakai taksi ini, maka keributan yang terjadi hari ini akan terus beranjut entah sampai kapan.

Pemerintah harus tegas, itu demi harkat dan martabat bangsa. Jangan lindungi ‘Taksi Maling’ untuk mengadu antar rakyat jelata. Mereka tidak tahu apa-apa. Yang mereka tahu hanya, jika nafkahnya terancam, mereka akan rela berdemo habis-habisan.

Blokir aplikasi Taksi Uber sebelum kerusuhan yang lebih rusuh lagi terjadi, Menkominfo. Kita tidak ingin bangsa ini diadu untuk berkelahi oleh perusahaan asing yang tidak mematuhi aturan negeri ini. Djoko Su’ud Sukahar.

SUMUR:
http://merdekainfo.com/blokir-aplika...ng-menkominfo/