Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

disconformityAvatar border
TS
disconformity
MENGUPAS TUNTAS APA SAJA PRODUK DAN MENGAPA MASIH "IMPORT KOMODITAS PANGAN"
oke brayy tadi gw abis share bedanya petani lokal sama luar selanjutnya gw bakal bahas mengenai APA SAJA PRODUK DAN MENGAPA MASIH "IMPORT KOMODITAS PANGAN"

oke langsung aje nih ....

Sebagai negara agraris, lahan pertanian Indonesia belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pokok masyarakatnya. Terbukti, Indonesia masih belum bisa keluar dari jeratan importasi bahan pangan sepanjang hampir 2015.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pemerintah Indonesia tercatat mengimpor lebih dari 17 miliar kilogram bahan pokok senilai US$ 8,6 miliar atau setara Rp (kurs: Rp 104,9 triliun).

Ironisnya, sebagian bahan pangan yang diimpor Indonesia justru bisa dihasilkan di negeri sendiri seperti kentang, teh, cengkeh, jagung hingga beras.

Namun permintaan domestik yang melampaui jumlah produksi pangan mendorong pemerintah untuk menerima ekspor dari negara lain.

Langkah tersebut diambil pemerintah guna menghindari adanya kelangkaan pangan di Tanah Air. Lantas apa saja bahan pangan yang masih diimpor pemerintah?.

Berikut daftar lengkap 29 komoditas bahan pangan yang diimpor Indonesia :

1. Beras

Nilai impor: US$ 226,4 juta
Volume impor: 432,8 juta kilogram (kg)
Negara eksportir: Vietnam, Thailand, India, Pakistan, Myanmar, dan lainnya

2. Jagung

Nilai impor: US$ 822,35 juta
Volume impor: 2,8 miliar kg
Negara eksportir: India, Brasil, Argentina, Thailand, Paraguay, dan lainnya

3. Kedelai

Nilai impor: US$ 1 miliar
Volume impor: 1,62 miliar kg
Negara eksportir: Amerika Serikat (AS), Argentina, Malaysia, Paraguay, Uruguay, dan lainnya

4. Biji gandum dan mesin

Nilai impor: US$ 2,26 miliar
Volume impor: 6,21 miliar kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS, India, Ukraina, dan lainnya

5. Tepung terigu

Nilai impor: US$ 74,9 juta
Volume impor: 185,8 juta kg
Negara eksportir: Srilanka, India, Turki, Ukraina, Jepang, dan lainnya

6. Gula pasir

Nilai impor: US$ 44,4 juta
Volume impor: 75,8 juta kg
Negara eksportir: Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru dan lainnya

7. Gula Tebu

Nilai impor: US$ 1,5 miliar
Volume impor: 3,01 miliar kg
Negara eksportir: Thailand, Brasil, Australia, El Salvador, Afrika Selatan dan lainnya

8. Daging sejenis lembu

Nilai impor: US$ 185,8 juta
Volume impor: 41,5 juta kg
Negara eksportir: Australia, Selandia Baru, AS dan Singapura

9. Jenis lembu

Nilai impor: US$ 271,2 juta
Volume impor: 104,4 juta kg
Negara eksportir: Australia

10. Daging ayam

Nilai impor: US$ 30.259
Volume impor: 10.825 kg
Negara eksportir: Malaysia

11. Garam

Nilai impor: US$ 85,6 juta
Volume impor: 1,85 miliar kg
Negara eksportir: Australia, India, Selandia Baru, Jerman, Denmark dan lainnya

12. Mentega

Nilai impor: US$ 93,7 juta
Volume impor: 20,8 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, Belgia, Australia, Prancis, Belanda dan lainnya

13. Minyak goreng

Nilai impor: US$ 77,4 juta
Volume impor: 84,7 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Indonesia dan lainnya

14. Susu

Nilai impor: US$ 772,4 juta
Volume impor: 194,5 juta kg
Negara eksportir: Selandia Baru, AS, Australia, Belgia, Belanda dan lainnya.

15. Bawang merah

Nilai impor: US$ 38,9 juta
Volume impor: 81,3 juta kg
Negara eksportir: India, Thailand, Vietnam, Filipina, China, dan lainnya

16. Bawang putih

Nilai impor: US$ 333,3 juta
Volume impor: 404,2 juta kg
Negara eksportir: China, India, Vietnam

17. Kelapa

Nilai impor: US$ 868.209
Volume impor: 835.941 kg
Negara eksportir: Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam dan lainnya

18. Kelapa Sawit

Nilai impor: US$ 2,4 juta
Volume impor: 3,25 juta kg
Negara eksportir: Malaysia, Papua Nugini, Virgin Island

19. Lada

Nilai impor: US$ 3,4 juta
Volume impor: 371.002 kg
Negara eksportir: Malaysia, Vietnam, Belanda, AS dan lainnya

20. Teh

Nilai impor: US$ 27,7 juta
Volume impor: 19,5 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Kenya, Iran, India, Srilanka dan lainnya

21. Kopi

Nilai impor: US$ 37,4 juta
Volume impor: 15,2 juta kg
Negara eksportir: Vietnam, Brasil, AS, Italia dan lainnya

22. Cengkeh

Nilai impor: US$ 3,3 juta
Volume impor: 309.299 kg
Negara eksportir: Madagaskar, Brasil, Mauritius, Singapura, dan Comoros

23. Kakao

Nilai impor: US$ 73,2 juta
Volume impor: 29,3 juta kg
Negara eksportir: Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun dan Ekuador

24. Cabai

Nilai impor: US$ 368.361
Volume impor: 293.926 kg
Negara eksportir: Vietnam dan India

25. Cabe (kering)

Nilai impor: US$ 20,9 juta
Volume impor: 17,1 juta kg
Negara eksportir: India, China, Thailand, Jerman, Spanyol dan lainnya

26. Cabe (awet)

Nilai impor: US$ 2,7 juta
Volume impor: 2,6 juta kg
Negara eksportir: Thailand, China, Malaysia dan Turki

27. Tembakau

Nilai impor: US$ 571,6 juta
Volume impor: 111,8 juta kg
Negara eksportir: China, AS, Turki, Brasil, Italia dan lainnya

28. Ubi kayu

Nilai impor: US$ 38.380
Volume impor: 100.798 kg
Negara eksportir: Thailand dan Vietnam

29. Kentang

Nilai impor: US$ 27,6 juta
Volume impor: 44,6 juta kg
Negara eksportir: Australia, Kanada, AS, Mesir, Jerman dan lainnya.

Faktor yang menyebabkan import :


Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam. Ini terbukti dengan keadaan tanah Indonesia yang sangat subur hingga mendapatkan perumpamaan biji yang tak sengaja jatuhpun akan segera tumbuh dengan alaminya.

Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, tidak heran menjadikannya sebagai salah satu negara yan memiliki peran penting sebagai produsen bahan pangan di mata dunia.

Di Indonesia, apapun bisa tumbuh dan berkembang. Apalagi kalau membahas masalah pangan, Indonesia hampir memiliki segala jenis bentuk pangan.

Salah satunya pertanian. Indonesia memiliki potensi yang luar biasa dalam bidang pertanian yang bisa dilihat pada perkembangan elapa sawit, karet, dan coklat yang mulai bergerak menguasai pasar dunia.

Namun, meskipun Indonesia menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil pangan di dunia, hampir setiap tahun Indonesia selalu saja menghadapi masalah yang sama yaitu mengimpor bahan pangan dari negara lain. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. Ada banyak faktor yang mengharuskan Indonesia mengimpor bahan pangan dari negara luar, faktor tersebut antara lain :

1. Meskipun Indonesia memproduksi begitu banyak beras namu belum juga bisa mencukupi kebutuhan penduduknya dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak.

Data statistik menunjukkan sekitar 230-237 juta jiwa penduduk di Indonesia membutuhkan nasi sebagai makanan pokok. Jadi bisa dilihat, mengapa Indonesia mengimpor beras dari negara lain hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dan salah satu negara yang sering mengekspor beras untuk Indonesia adalah Thailand.

2. Faktor lain yang mendorong adanya impor bahan pangan adalah iklim, khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor pertanian pangan, seperti yang terjadi saat ini. Pergeseran musim hujan dan kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih besarta pupuk yang digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak menentu yang dapat menyebabkan kelangkaan karena keterlambatan pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil produksi pangan pada waktu itu menurun.

3. Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan pertanian yang semakin sempit. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah di Jawa seluas 1 Juta Ha di Jawa dan 0,62 juta Ha di luar Jawa. Walaupun dalam periode waktu yang sama dilakukan percetakan sawah seluas 0,52 juta ha di Jawa dan sekitar 2,7 juta Ha di luar pulau Jawa, namun kenyataannya percetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi, tidak mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap beras impor.

4. Faktor selanjutnya adalah mahalnya biaya transportasi di Indonesia yang mencapai 34 sen dolar AS per kilometer. Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand, China, dan Vietnam yang rata-rata sebesar 22 sen dolar AS per kilometer. Sepanjang kepastian pasokan tidak kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka industri produk pangan akan selalu memiliki ketergantungan impor bahan baku.

5. Berkurangnya jumlah lahan pertanian akibat adanya peralihan fungsi lahan dari yang semula untuk pertanian menjadi untuk sektor bisnis lain dan hunian.

6. Tingginya ancaman dari alam terhadap tanaman-tanaman pertanian yang ditanam para petani di Indonesia.

7. Kurang berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap langkah-langkah pengembangan sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi baru di sektor pertanian seperti rekayasa genetik bibit pangan, membuat Indonesia kian sulit memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya

Beberapa faktor diatas sudah cukup menjelaskan mengapa Indonesia masih saja mengimpor banhan pangan dari luar padahal Indonesia terkenal dengan sumber kekayaan alamnya.

BERITA TERKINI MENGENAI IMPORT NEGARA KITA

Pemerintah memastikan akan tetap mengimpor sejumlah komoditas pangan utama tahun depan. Hal ini dilakukan menyusul tingginya kebutuhan pangan di dalam negeri, dan terbatasnya produksi nasional yang menyebabkan Indonesia harus bergantung pada produk-produk luar negeri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, jagung, beras, sapi, kedelai dan gula masih menjadi beberapa komoditas yang akan diimpor dari sejumlah negara tetangga.

Untuk komoditas jagung, Darmin bilang pemerintah memperkirakan pada kuartal I 2016 akan mengimpor 600 ribu ton. Meski begitu, pemerintah memprediksi produksi jagung dalam negeri akan bertambah sebelum akhirnya memutuskan melakukan impor di kuartal selanjutnya.

"Setelah itu sebelum masuk di kuartal II kita lihat perkembangan tanaman di kuartal I, lalu kami putuskan di kuartal II berapa. Dengan begitu kami percaya jumlah harga dari jagung itu tidak terganggu," jelas Darmin di kantornya, Jakarta, Kamis (31/12).

Sedangkan untuk komoditas beras, Darmin bilang keputusan untuk mengimpor beras merupakan sesuatu yang rumit. Pasalnya di sepanjang 2015 Indonesia harus mengahadapi fenomena musim kering atau el nino. yang menjadikan masa tanam padi terlambat dan bergeser.

Dengan posisi cadangan 1 juta ton yang ada di Perum Bulog saat ini, lanjut Darmin, pemerintah tidak ingin terlena dengan jumlah stok yang ada.

"Tapi tidak berarti nanti seluruh perkiraan kekurangan itu akan buru-buru diimpor. Yang penting pesan saja dulu dari luar, kami lihat perkembangannya, biasanya masa tanam itu sebulan," jelasnya.

Sementara untuk komoditas daging sapi, pemerintah berencana mengimpor 238 ribu ton daging sapi potong dan sedikitnya 600 ribu ekor sapi hidup jenis bakalan guna memenuhi kebutuhan konsumsi yang mencapai 675 ribu ton di tahun 2016.

"Yang penting pesan saja dulu dari luar, kami lihat perkembangannya, biasanya masa tanam itu sebulan," jelasnya.

Selain tiga komoditas di atas, sedianya pemerintah juga akan mengimpor gula jenis gula kristal putih (GKP) sebanyak 2,9 juta ton untuk memenuhi kebutuhan tahun depan yang diperkirakan mencapai 2,9 juta ton.

"Stok gula di awal 2016 diperkirakan 840,6 ribu ton. Hanya dpt memenuhi kebutuhan Januari hingga April. Padahal kebutuhan dalam periode itu diperkirakan 1,1 juta ton. Dengan demikian, kami hitung kebutuhan dari impor GKP maupun impor untuk gula," tandas Darmin.


sekali lagi emg gak banyak yang bisa gw tulis disini, hampir semua cuma salinan, tapi niat gw cuma pengen biar lo semua pada tau aje bray

SUMBER 1

SUMBER 2

SUMBER 3
0
3.5K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan