

TS
Rizkiabachtiar
[KOPERASI] Mengapa Koperasi Karyawan Kurang Berkembang
Seringkali dijumpai koperasi karyawan (Kopkar) yang kantornya hanya satu ruangan dengan satu atau dua orang staf. Atau Kopkar yang sudah sekian tahun tidak pernah membagikan SHU kepada anggotanya. Itu contoh yang dramatis mengenai betapa mirisnya Kopkar di Indonesia. Kebanyakan Kopkar, setelah sampai pada skala tertentu, ia berhenti berkembang. Ada Kopkar yang sudah puluhan tahun kantornya ya masih seperti itu saja, jumlah stafnya juga tidak mengalami perubahan siginifikan semenjak sepuluh tahun lalu. Jangan ditanya bagaimana tentang bisnis dan pengelolaannya, sama memprihatinkannya.
Stagnansi ini terjadi di kebanyakan Kopkar, mengapa demikian? Mengapa Kopkar tidak berkembang menjadi organisasi yang terus bertumbuh dengan skala yang makin hari makin besar, pengelolaan yang makin hari makin profesional, bisnis yang makin hari makin profitable. Disini saya mencoba mengutarakan tiga hal utama yang menjadi penyebab tidak berkembangnya Kopkar
1. Tidak punya rencana strategis yang jelas
Rencana strategis diantaranya terdiri dari visi, misi, nilai, tujuan, strategi. Apa yang hendak dicapai atau ingin menjadi koperasi seperti apa, hal tersebut dicantumkan dalam rencana strategis. Bagaimana Kopkar mau berkembang jika ia sendiri tidak tahu ingin kemana? Yang akhirnya Kopkar hanya bejalan berputar-putar disitu saja. Bagaimana Kopkar bisa menjadi organisasi yang kuat jika tidak punya nilai perusahaan yang dipegang teguh? Jadinya Kopkar hanya mengikuti arus saja, sialnya jika ada arus tsunami maka Kopkar ikut tergulung.
Rencana strategis juga tidak bisa disusun secara serampangan, asal ada, atau hanya sebagai prasyarat organisasi. Rencana strategis yang baik adalah yang sesuai keinginan pemegang kepentingan utama di koperasi, disusun secara seksama dan bersama-sama, dipahami dan dihayati, dan yang terpenting; dilaksanakan.
Menyusun rencana strategis yang baik tentu tidak mudah. Namun jika hal tersebut adalah vital maka kata sulit seharusnya tidak menjadi kendala. Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan.
2. Kurangnya perhatian dari pengurus
Masalah ke dua yang menghalangi Kopkar untuk berkembang adalah dari pengurus itu sendiri. Pengurus di Kopkar biasanya merangkap sebagai karyawan di perusahaan yang juga punya kesibukan. Tenaga, waktu dan pikiran yang dialokasikan untuk Kopkar terbatas, tidak jarang hanya sisa-sisa. Bagaimana mungkin organisasi yang besar bisa tumbuh dari sisa-sisa waktu, tenaga dan pikiran dari eksekutif tertingginya?
Oleh karena itu pengurus perlu mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikiran. Meskipun itu hanya beberapa jam dalam seminggu, namun dalam beberapa jam itu fokus memikirkan dan mengerjakan hal-hal yang sifatnya strategis bagi Kopkar. Biarkan persoalan operasional didelegasikan ke manajer, karenanya disinilah pentingnya merekrut manajer koperasi yang profesional, agar pengurus tidak lagi dipusingkan oleh hal-hal yang sifatnya teknis. Sehingga bisa lebih fokus berpikir mewujudkan visi misi koperasi.
3. Tidak memiliki tim manajemen yang profesional
Dengan keterbatasan waktu, pikiran dan tenaga pengurus. Tentunya Kopkar tidak bisa dikelola sendri oleh pengurus. Perlu adanya staf atau karyawan koperasi, saya pribadi lebih suka menyebutnya sebagai tim pengelola atau tim manajemen, mengapa? Karena orang-orang yang dipekerjakan koperasi untuk mengelola koperasi ini bukan orang-orang yang ‘diperintah baru kerja’, mereka seharusnya adalah orang-orang yang punya inisiatif, yang bisa menggerakkan roda operasional koperasi sehari-hari tanpa banyak perintah dari pengurus. Dengan merekrut pengelola yang profesional, terutama manajer koperasinya, sekitar 80% tugas pengurus sudah terselesaikan.
Tentunya jika diteliti lebih jauh, ada banyak penyebab sekunder yang menyebabkan Kopkar tidak berkembang. Perlu diperhatikan diantara tiga penyebab utama diatas, saya tidak menyebutkan permodalan atau faktor keuangan sebagai penyebab stagnansi Kopkar. Keterbatasan keuangan merupakan permasalahan yang sifatnya sekunder dan sementara. Jika tiga faktor diatas sudah sanggup diatasi, insyaallah permasalahan-permasalahan yang sifatnya sekunder dapat diatasi dengan lebih mudah.
Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi pengurus dan pengelola koperasi.
Rizki Ardi | Konsultan Koperasi
www.konsultankoperasi.com
Stagnansi ini terjadi di kebanyakan Kopkar, mengapa demikian? Mengapa Kopkar tidak berkembang menjadi organisasi yang terus bertumbuh dengan skala yang makin hari makin besar, pengelolaan yang makin hari makin profesional, bisnis yang makin hari makin profitable. Disini saya mencoba mengutarakan tiga hal utama yang menjadi penyebab tidak berkembangnya Kopkar
1. Tidak punya rencana strategis yang jelas
Rencana strategis diantaranya terdiri dari visi, misi, nilai, tujuan, strategi. Apa yang hendak dicapai atau ingin menjadi koperasi seperti apa, hal tersebut dicantumkan dalam rencana strategis. Bagaimana Kopkar mau berkembang jika ia sendiri tidak tahu ingin kemana? Yang akhirnya Kopkar hanya bejalan berputar-putar disitu saja. Bagaimana Kopkar bisa menjadi organisasi yang kuat jika tidak punya nilai perusahaan yang dipegang teguh? Jadinya Kopkar hanya mengikuti arus saja, sialnya jika ada arus tsunami maka Kopkar ikut tergulung.
Rencana strategis juga tidak bisa disusun secara serampangan, asal ada, atau hanya sebagai prasyarat organisasi. Rencana strategis yang baik adalah yang sesuai keinginan pemegang kepentingan utama di koperasi, disusun secara seksama dan bersama-sama, dipahami dan dihayati, dan yang terpenting; dilaksanakan.
Menyusun rencana strategis yang baik tentu tidak mudah. Namun jika hal tersebut adalah vital maka kata sulit seharusnya tidak menjadi kendala. Dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan.
2. Kurangnya perhatian dari pengurus
Masalah ke dua yang menghalangi Kopkar untuk berkembang adalah dari pengurus itu sendiri. Pengurus di Kopkar biasanya merangkap sebagai karyawan di perusahaan yang juga punya kesibukan. Tenaga, waktu dan pikiran yang dialokasikan untuk Kopkar terbatas, tidak jarang hanya sisa-sisa. Bagaimana mungkin organisasi yang besar bisa tumbuh dari sisa-sisa waktu, tenaga dan pikiran dari eksekutif tertingginya?
Oleh karena itu pengurus perlu mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikiran. Meskipun itu hanya beberapa jam dalam seminggu, namun dalam beberapa jam itu fokus memikirkan dan mengerjakan hal-hal yang sifatnya strategis bagi Kopkar. Biarkan persoalan operasional didelegasikan ke manajer, karenanya disinilah pentingnya merekrut manajer koperasi yang profesional, agar pengurus tidak lagi dipusingkan oleh hal-hal yang sifatnya teknis. Sehingga bisa lebih fokus berpikir mewujudkan visi misi koperasi.
3. Tidak memiliki tim manajemen yang profesional
Dengan keterbatasan waktu, pikiran dan tenaga pengurus. Tentunya Kopkar tidak bisa dikelola sendri oleh pengurus. Perlu adanya staf atau karyawan koperasi, saya pribadi lebih suka menyebutnya sebagai tim pengelola atau tim manajemen, mengapa? Karena orang-orang yang dipekerjakan koperasi untuk mengelola koperasi ini bukan orang-orang yang ‘diperintah baru kerja’, mereka seharusnya adalah orang-orang yang punya inisiatif, yang bisa menggerakkan roda operasional koperasi sehari-hari tanpa banyak perintah dari pengurus. Dengan merekrut pengelola yang profesional, terutama manajer koperasinya, sekitar 80% tugas pengurus sudah terselesaikan.
Tentunya jika diteliti lebih jauh, ada banyak penyebab sekunder yang menyebabkan Kopkar tidak berkembang. Perlu diperhatikan diantara tiga penyebab utama diatas, saya tidak menyebutkan permodalan atau faktor keuangan sebagai penyebab stagnansi Kopkar. Keterbatasan keuangan merupakan permasalahan yang sifatnya sekunder dan sementara. Jika tiga faktor diatas sudah sanggup diatasi, insyaallah permasalahan-permasalahan yang sifatnya sekunder dapat diatasi dengan lebih mudah.
Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi pengurus dan pengelola koperasi.
Rizki Ardi | Konsultan Koperasi
www.konsultankoperasi.com
0
3K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan