Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang terdapat di Semarang ini sungguh mempunyai pesona arsitektur yang unik serta menarik. Di halaman depan, agan bakal disambut satu bentuk bangunan melingkar yang ikonik berbentuk pilar-pilar penyangga gerbang yang sepintas mirip Kolosseum Amfiteater yang ada di Roma Italia. Style arsitektur Masjid Agung Jeteng adalah kombinasi cocok pada Jawa, Islam, serta Yunani.

Atap limasan mencerminkan style arsitektur khas Jawa. Sedang di bagian ujungnya berbentuk kubah berdiameter sekitaran 20 mtr., dikelilingi 4 menara masing masing setinggi 62 mtr. disetiap penjuru atapnya sebagai ciri khas bentuk bangunan masjid.

Bangunan lain sebagai pemberi tanda kekhasan masjid yaitu satu menara berupa kubus dibagian dasarnya. Sedang dibagian atas berupa lingkaran yang mengerucut di bagian atasnya. Di segi samping selatan masjid ada menara 99, lantaran memanglah tingginya 99 mtr., ditujukan sebagai representasi Asma Al-Husna atau 99 nama atau karakter Tuhan. Lantai 1 menara ini digunakan sebagai stasiun Radio DAIS MAJT, lantai 2 adalah Museum Perubahan Islam di Jawa Tengah. Sedang lantai 19 yang disebut lantai teratas adalah gardu pandang yang bisa untuk lihat keindahan kota Semarang yang berpantai di samping utara serta berbukit di samping selatan. Menara ini umum juga dipakai untuk lakukan Rukyat Al Hilal, untuk lihat bln. baru sebagai tandanya sudah masuknya bln. Ramadhan serta sudah tibanya Hari Raya Idul Fitri. Lantai di bawahnya digunakan sebagai tempat tinggal makan berputar.

Pemberi tanda unik yang lain dari masjid ini yaitu adaya payung-payung raksasa seperti yang ada di Masjid Nabawi di Madinah. Payung-payung ini diperkembang atau di buka waktu Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha atau waktu ada acara spesifik. Di Masjid Nabawi payung-payung seperti ini bakal di buka sehari-hari membuat perlindungan jamaah waktu matahari telah mulai menyengat.

Masjid paling besar di Jawa Tengah ini di bangun sepanjang lebih kurang 4 th.. Diresmikan pemakaianya oleh presiden Susilo Bambang Yudoyono pada th. 2006. Tempati areal seluas 10 hektar, serta dapat menyimpan jamaah sekitaran 7 ribu orang. Bila ditambah serambi masjid dapat menyimpan hingga sekitaran 10 ribu orang.

Terkecuali sebagai tempat beribadah serta pusat aktivitas Islam di Jawa Tengah, halaman sekitaran masjid banyak digunakan warga Semarang untuk tempat berolah raga enteng pada pagi hari, seperti lari atau jogging keliling masjid. Situasi halaman sekitaran masjid yang luas, bersih serta asri jadi satu diantara favorite warga untuk bekerja sosial berbarengan keluarga. Ada dua faedah yang dapat diraup sekalian, tubuh sehat lantaran olah raga sembari dengarkan siraman rohani yang terdengar terang di sekitar masjid.

Di halaman depan segi samping utara ada satu joglo khas Jawa, untuk tempat memajang satu bedug raksasa. Dalam kebiasaan orang-orang Islam tradisional di Jawa, bedug dibunyikan sebagai tandanya datangnya saat sholat.

Bedug sesungguhnya datang dari India serta China. Kebiasaan bedug di Jawa dikenalkan oleh Laksamana Cheng Ho, seseorang pelaut Tiongkok yang beragama Islam. Sang laksamana yang dikenal juga dengan nama Sam Poo Tay Djien diberitakan mendarat di Semarang th. 1405 M. Petilasan yang masihlah berdiri serta tertangani hingga saat ini yaitu kelenteng Sam Po Kong, yang terdapat di Gedong Batu Semarang.

Jadi bila agan sekalian bertandang ke Semarang, luangkan singgah di Masjid Agung Jawa Tengah. Agan dapat melaksanakan ibadah sekalian melihat kekhasan arsitektural masjid serta nikmati keindahan interior yang penuh dengan ukiran kayu khas Jawa Tengah.

Di bln. Ramadhan, agan sekalian dapat juga ikuti sholat tarawih yang tiap-tiap malamnya meng-khatam-kan 1 juz surat-surat Al-Quran sebagai bacaan sholatnya. Berani terima tantangan?