GUNUNG MERBABU; 3142 Mdpl
Gunung Merbabu
Quote:
Hari Selasa tanggal 19 Mei 2015. Tidak banyak yang berbeda di hari itu selain cuaca cerah karena Indonesia yang sedang mulai memasuki musim kemarau dan juga skripsi yang tak kunjung selesai - selesai.
Satu hal yang berbeda pada hari itu adalah agenda harian TS yang tidak sama dengan hari – hari sebelumnya yang mana hanya banyak menghabiskan waktu di depan laptop untuk menyelesaikan skripsi yang tak selesai – selesai. Agenda hari ini Alhamdulillah bisa membuat TS untuk lari dari pusingnya lingkaran rutinitas skripsi yang seakan tidak ada ujungnya, walaupun untuk sejenak saja.
Quote:
Hari ini TS berkesempatan untuk kembali melakukan pendakian, setelah bersabar sekitar enam bulan karena musim penghujan. Sebenarnya pendakian kali ini bukan inisiatif TS, namun dari salah satu teman lama yang merindukan pendakian. Hal tersebut membuat TS menyusun sebuah rencana pendakian yang dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sudah ditulis di awal paragraf tadi.
BERTEMU KAWAN LAMA
Quote:
Awal mula perjalanan ini adalah saat teman lama TS semasa kuliah yang bernama
Danuberencana untuk berkunjung ke Jawa (domisili di Kalimantan) saat cuti dan mengajak TS melakukan pendakian yang sekaligus akan menjadi pendakian pertamanya. Tak ingin mengecewakannya, TS pun membuat rencana pendakian meliputi tujuan, jadwal, transportasi, persiapan logistik, serta tim pendakian.
Quote:
Pertama – tama tujuan yang TS rencanakan yaitu gunung Merbabu yang letaknya tidak jauh dari tempat dominasi TS yaitu Yogyakarta. Waktu yang TS pilih adalah pertengahan pekan; Selasa 19 Mei 2015 dengan lama perjalanan 3 hari dengan transportasi umum. Waktu pertengahan pekan TS pilih supaya tidak terlalu ramai karena pendakian pada saat – saat sekarang pasti akan selalu diserbu banyak pendaki saat akhir pekan. Kurang lebih rencana pendakian yang TS buat kali ini sama seperti yang ada di trit yang sudah dibuat oleh teman - teman Kaskus lainnya sebelumnya karena memang rencana pendakian ini yang menjadi favorit TS. Karena setiap kisah walaupun di tempat yang sama akan memiliki cerita berbeda di setiap perjalanannya.
Sebenarnya rencana membuat tim pendakian berjalana dengan lancar pada awalnya, meskipun sedikit susah karena pada pertengahan pekan banyak yang berhalangan bergabung karena bekerja atau kuliah. Akhirnya memang rencana TS membuat tim pendakianlah yang gatot alias gagal total karena TS tidak bisa menemukan 4 orang selain Danu untuk melakukan pendakian menuju Merbabu. Pendakian tetap berjalan dengan rencana yang TS buat, malah lebih simpel dalam mengatur logistik karena hanya untuk dua orang saja.
PERJALANAN DIMULAI
Quote:
Langsung saja menuju hari Selasa, 19 Mei 2015. Awal perjalanan pada hari itu dimulai dengan sesuatu yang kurang menyenangkan karena sepatu gunung TS yang penuh dengan sejarah tiba – tiba menghilang. Cukup aneh karena kondisinya yang sudah sobek – sobek, padahal rencananya tahun ini adalah tahun terakhir perjalanannya sebelum TS pensiunkan. Apa boleh buat jadilah TS membeli sepatu baru lagi yang cukup untuk menguruskan dompet, semoga saja sepatu baru kali ini bisa lebih lama bersama TS. Aamiin.
Quote:
Perjalanan dimulai pada tengah hari sekitar pukul 11.30 WIB dari terminal Giwangan di Yogyakarta. Transportasi pertama yang kami gunakan adalah bus sampai daerah Kartasura (kab.Sukoharjo). Tidak sulit untuk menemukan transportasi menuju Kartasura karena ada banyak bus menuju ke sana. Perjalanan menuju Kartasura memakan waktu satu setengah jam karena sekitar pukul 13.00 WIB kami sudah tiba di sana. Sebelum mencari bus untuk oper ke daerah Salatiga, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu di warung soto sekitar daerah pertigaan Kartasura sekaligus beristirahat sejenak setelah naik bus dari Yogyakarta.
Quote:
Usai makan kami langsung melanjutkan perjalanan. Kali ini kami menggunakan bus jurusan Semarang, yang mana nanti kami turun di daerah Pasar Sapi Salatiga. Tidak sulit juga untuk mencari bus jurusan Semarang karena ada banyak bus yang menuju ke sana. Terlebih jalan yang kami lalui adalah jalan utama lintas provinsi, menjadikan transportasi bukan hal yang sulit.
Quote:
Sama seperti perjalanan dari Yogyakarta menuju Kartasura karena perjalanan sampai daerah Pasar Sapi, Salatiga juga memakan waktu satu setengah jam. Kurang lebih pukul 15.00 WIB kami sampai dan turun dari bus untuk mencari transportasi menuju daerah Kopeng (Kab. Semarang). Sepengetauhan ES ada minubus sebagai transportasi umum menuju Kopeng, akan tetapi ternyata tidak terlihat satu pun minibus, yang ada hanya semacam angkot. Jadilah kami menggunakan angkot tersebut untuk menuju daerah Kopeng. Ternyata minibus dari Salatiga - Magelang hanya tersedia di pagi hingga siang hari, jika sudah sore maka keberadaan minibus tersebut tidak pasti.
Jadilah kami menaiki angkot tersebut. Awalnya keadaan angkot tidak begitu ramai, akan tetapi lama – kelamaan penumpangnya semakin banyak. Bahkan saat keadaan angkot sudah penuh sesak, sopir dan keneknya masih saja memaksakan penumpang untuk masuk sehingga keadaannya menjadi begitu penuh sesak. Apapun yang terjadi kami berusaha untuk menikmati perjalanan tersebut karena justru inilah yang membuat perjalanan menjadi berarti. Pemandangan alam tersaji di sisi kanan angkot yang mana menyajikan pemandangan kontur alam di utara Merbabu, tampak beberapa gunung yaitu Telomoyo, Andong, dan Ungaran yang menjulang dengan tingginya, seolah membuat kami lupa akan keadaan angkot yang penuh sesak.
Quote:
Sektar satu jam perjalanan kami akhirnya tiba di daerah Kopeng. Kami turun setelah membayar ongkos angkot sebesar Rp 10.000,00 tentunya. Kami memang sudah sampai di Kopeng, tapi bukan berarti perjalanan kami sampai ke gerbang pendakian Merbabu berakhir karena kami masih harus berjalan kaki selama 45 menit untuk sampai di base camp pendakian Cunthel. Sebenarnya ada jasa ojek untuk menghantarkan kami ke sana, akan tetapi kami memutuskan untuk berjalan kaki saja karena bisa menghemat ongkos.
Quote:
Sambil berjalan kaki kami juga menikmati suasana alam sekitar kami berada. Terutama begitu kami memasuki Taman Nasional Gunung Merbabu yang mana hutan pinus langsung menyambut kami. Semakin berjalan ke atas pemandangan terbuka ke arah utara semakin terlihat. Kali ini pemandangan menjadi semakin terbuka luas, bahkan si kembar Sindoro – Sumbing juga terlihat dari tempat kami berpijak. Pemandangan semakin terlihat cantik dengan matahari terbenam yang menghiasi langit sebelah barat. Saat itu waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB, ketika matahari sudah mulai menghilang di cakrawala, padahal kami mengira bahwa matahari baru akan hilang pada pukul 17.30 WIB ketika waktu maghrib tiba.
Terus berjalan akhirnya kami tiba di base camp Cunthel. Lagi – lagi bukan berarti kami sudah bisa tidur dengan enaknya di base camp tersebut karena ternyata petugas base camp sedang berkunjung ke Merapi untuk menyaksikan evakuasi Eri Yunanto; pendaki Merapi yang terjatuh ke dalam kawah beberapa hari yang lalu. Untunglah karena di dekat base camp ada sebuah warung yang pemiliknya menawarkan pada kami untuk beristirahat di sana sambil menawarkan makan juga tentunya. Jadilah kami beristirahat di warung tersebut sambil memesan makanan untuk makan malam. Pemilik warung mengatakan bahwa petugas base camp akan segera kembali sehingga kami tidak perlu cemas menunggu base camp dibuka.
Arah Base Camp
TEMAN – TEMAN PENDAKI YANG SALAH JALUR
Quote:
Langit sore perlahan mulai gelap. Saatnya petang datang, yang mana waktu peralihan antara siang dengan malam. Suara adzan maghrib mulai terdengar bersahutan dari masjid di perkampungan sekitar. Tak ingin melewatkan kewajiban beribadah kami segera menyusuri gelap dan dinginnya jalanan menuju masjid di perkampungan.
Sekitar Base Camp
Quote:
Usai melaksanakan kewajiban ibadah kami kembali kagi ke warung. Base camp belum juga buka sehingga kami harus kembali menunggu di warung. Setibanya kami di warung, ada beberapa pendaki yang baru turun dari Merbabu sedang beristirahat. Setelah berkenalan dan bercengkrama, ternyata mereka salah jalur saat turun yang mana tujuan mereka sebenarnya adalah Thekelan namun malah berakhir di Cunthel. Berhubung petugas base camp masih belum tiba, mereka memutuskan untuk menunggu juga di warung tersebut.
Tak lama kemudian sekitar pukul 19.00 WIB petugas base camp akhirnya tiba, beberapa orang menghampiri kami yang berada di warung. Usai saling bersalaman, teman – teman pendaki yang salah jalur turun tersebut menanyakan informasi bagaimana untuk kembali ke base camp Thekelan. Ternyata untuk kembali ke Thekelan dengan berjalan kaki dari base camp Cunthel cukup sulit karena harus melewati dua jurang, belum lagi resiko nyasar sehingga mereka memilih untuk menggunakan jasa ojek yang juga disediakan oleh pihak pengelola base camp untuk menuju Thekelan.
Horror Gan
Quote:
Setelah masalah dirasa cukup beres, ES dan Danu memutuskan untuk menuju base camp Cunthel. Kami mulai menenteng tas carrier kami dan berjalan keluar warung setelah berpamitan dengan ibu pemilik warung. Kami segera meletakkan tas dan rebahan di dalam base camp Cunthel juga bercengkrama dengan beberapa petugas. Kami mendapat informasi dari petugas bahwa seminggu sebelum kami tiba yang mana bertepatan dengan hari libur dan long weekend nasional, gunung Merbabu diserbu banyak sekali pendaki. Bahkan di base Camp Cunthel saja ada total sekitar dua ratus orang pendaki yang memulai pendakian sampai – sampai area parkir penuh hingga sampai ke area makam di samping base camp dan memanjang sampai di perkampungan. Kontras sekali dengan kondisi saat kami mendaki saat itu yang mana hanya ada dua orang pendaki yaitu ES dan Danu di base camp Cunthel. Hari semakin malam. Kami memutuskan untuk tidur dan beristirahat agar fisik kami siap untuk melaksanakan pendakian keesokan darinya.
HARI BARU, PERJALANAN BARU
Pagi
Quote:
Sekitar pukul 05.00 WIB kami bangun dari tidur dan langsung melaksanakan kewajiban sholat subuh. Kondisi di luar sudah cukup terang walaupun matahari belum tampak. Sambil menunggu warung buka untuk kami sarapan, kami sedikit berjalan – jalan di area base camp. Suasana tenang khas desa adalah yang kami rasakan saat itu dengan aktivitas warganya yang mulai berangkat menggarap kebun mereka.
Tak lama kemudian warung mulai buka, segera saja kami mulai sarapan dengan lauk seadanya karena memang pemilik warung baru saja bangun. Agak tidak enak sebenarnya meminta beliau membuat sarapan saat bangun tidur, namun pemilik warung tetap mempersilakan kami sarapan dengan ramah. Tetap saja bagi kami nasi telor kecap dicampur kerupuk sudah sangat mewah mengingat saat mendaki nanti ada saatnya kami harus berpisah dengan nasi. Kami juga memesan nasi telor bungkus untuk makan siang di tengah perjalanan nanti.
Quote:
Usai makan kami segera bersiap. Barang mulai kami kemasi ke dalam tas lagi. Tidak lupa juga kami mendafter terlebih dahulu dengan biaya tidak sampai Rp 10.000,00 untuk tiket masuk kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu, asuransi, dan biaya base camp. Usai melakukan pemanasan dan berdoa kami segera berangkat.
Rute awal perjalanan masih sama seperti sebelumnya yaitu melewati perkampungan penduduk kemudian mulai naik melalui area perkebunan penduduk di sisi kanan dan kiri jalur. Aktivitas masyarakat Cunthel senantiasa menghiasi pandangan mata ini saat melewati perkebunan. Aktivitas mereka membuat kami merasa termotivasi, terlebih mereka para pencari kayu bakar yang semuanya adalah ibu – ibu dan bapak – bapak yang usianya sudah lanjut. Hal tersebut membuat kami seakan tidak mau kalah dengan mereka karena di usia kami yang masih kepala dua seharusnya masih memiliki stamina serta kekuatan yang melimpah.
Quote:
Tidak lama kami berjalan menyusuri area perkebunan karena setelah melewati tanjakan yang cukup terjal walaupun sungkat; rute yang kami lewati selanjutnya adalah hutan yang merupakan wilayah konservasi Taman Nasional Gunung Merbabu. Suasana sudah mulai teduh dan sejuk saat kami melewati area ini karena pepohonan di sekitar kanan dan kiri kami. Hanya sebentar berjalan kami sudah tiba di pos bayangan I pendakian gunung Merbabu via Cunthel. Pos bayangan I ini berupa sebuah bangunan permanen dengan tembok dan genteng sehingga bisa digunakan untuk berteduh dari hujan dan angin saat terjadi badai.
Quote:
Kami tidak beristirahat di pos bayangan 1 karena memang masih belum lelah. Kami tetap melanjutkan perjalanan menuju pos selanjutnya. Rute pendakian dari pos bayangan I menuju pos selanjutnya masih sama seperti sebelumnya yaitu melewati area hutan dan terus menanjak dengan kemiringan yang tidak begitu parah.
Pos selanjutnya ialah pos bayangan II. Pos ini terdapat sebuah sumber air yang ditampung di sebuah bak penampungan air sehingga pendaki bisa mengisi air di sini. Kami beristirahat sejenak di pos bayangan II ini dan karena panasnya cuaca yang sudah semakin siang kami memutuskan untuk menghabiskan air sebanyak satu botol air mineral ukuran tanggung per orang yang kemudian mengisinya kembali dengan air di bak penampungan tersebut sebagai persediaan air dalam tubuh mengingat cuaca yang semakin panas seiring dengan semakin siangnya hari.
Quote:
Perjalanan kami berjanjut kembali. Rute dari pos II bayangan masih sama seperti sebelumnya yaitu masih melewati hutan. Aktivitas satwa liar seperti burung dan monyet seringkali kami temui. Kondisi hutan yang masih cukup lebat membuat kami hanya terus fokus pada jalur pendakian di depan kami yang mana masih ada beberapa titik pijakan yang cukup licin.
Quote:
Selanjutnya kami tiba di pos I jalur pendakian gunung Merbabu via Cunthel, atau pos Watu Putut. Pos ini berupa tanah datar yang tidak terlalu luas. Kami hanya berhenti sejenak di sini untuk sekedar mengambil nafas dan mempersiapkan pundak untuk kembali membawa beban berat.
Pos I Cunthel
Quote:
Kondisi medan mulai perlahan terbuka terutama di sisi utara saat perjalanan kami menuju pos selanjutnya. Langit biru yang cerah membuat pemandangan ke arah utara terlihat jelas, walaupun masih sedikit terhalang oleh ranting pepohonan.
Quote:
Pos selanjutnya yang kami datangi adalah pos II. Terdapat sebuah batang pohon melintang yang bisa digunakan untuk duduk. Hanya sebentar juga kami beristirahat di pos ini sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Pos II Cunthel
Bersambung gan.....