- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Berita Olahraga
European Super League, ambisi klub besar Eropa dan tandingan UEFA Champions League?


TS
giosptr
European Super League, ambisi klub besar Eropa dan tandingan UEFA Champions League?
SELAMAT DATANG DI THREAD SEDERHANA ANE

Quote:
Akhir - Akhir ini jagat Persepak Bolaan Eropa sedang mendapati isu terhangat seputar format kompetisi terbaru untuk klub-klub kenamaan di setiap liga top Eropa yang katanyaakan menjadi tandingan dari kompetisi tertinggi di Benua Biru saat ini, UEFA Champions League.
Spoiler for Berita:
Spoiler for Berita 1:
Quote:
Menatap European Super League
Selasa (1/3) kemarin, sebuah pertemuan dihelat di Dorchester Hotel, London. Pertemuan ini terbilang spesial sekaligus janggal karena melibatkan miliuner Amerika Serikat yang juga bos Miami Dolphins, Stephen Ross. Ia bertemu dengan lima pimpinan kesebelasan papan atas Premier League: Ed Woodward (Manchester United), Bruce Buck (Chelsea), Ivan Gazidis (Arsenal), Ferran Soriano (Manchester City), dan Ian Ayre (Liverpool).
Rasa penasaran pun muncul. Pasalnya, Ross adalah penyumbang dana sekaligus aktor di balik penyelenggaraan International Champions Cup, ajang pramusim yang melibatkan kesebelasan besar Eropa. Apa yang mereka perbincangkan di Dorchester Hotel?
Usut punya usut, ternyata mereka sedang membicarakan sebuah format kompetisi antarkesebelasan Eropa yang baru. Pasalnya, mereka merasa kompetisi Liga Champions Eropa butuh sebuah format baru yang lebih kompetitif. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk membentuk sebuah kompetisi bernama European Super League, yang dikhususkan sebagai ajang kompetisi antarkesebelasan besar yang sudah memiliki tradisi di Eropa. Namun, tak menutup kemungkinan juga bagi kesebelasan yang lain untuk berpartisipasi.
Namun, hal ini dibantah oleh Ivan Gazidis. Ia bersikeras bahwa tidak ada pembicaraan tentang format kompetisi Eropa yang baru di Dorchester Hotel. “Tidak, kami tidak membicarakan hal itu. Kalaupun ada pembicaraan seperti itu, pasti kami akan menolak dan klub lain di Eropa pun saya kira akan melakukan hal yang sama. Pembicaraan di Dorchester hanyalah seputar ICC yang akan diselenggarakan kembali dan juga format kompetisi Eropa untuk melengkapi format Premier League yang sudah ada,” ujar Gazidis seperti dilansir oleh The Guardian.
Meski kesebelasan Inggris, yang diwakili Arsenal menyatakan menolak, tapi kesebelasan lain di Eropa, justru terbuka akan hal ini. Utamanya mereka yang tidak mengalami persaingan kompetitif di liga domestik macam Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Muenchen. Kesebelasan-kesebelasan dari Portugal, Belanda, dan Belgia, pun mengutarakan ketertarikannya akan European Super League ini.
“Di masa depan, saya bisa melihat bahwa akan ada sebuah kompetisi yang melibatkan 20 klub kuat dari Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, dan Prancis. Itu adalah ide yang muncul beberapa tahun yang lalu. Dengan semakin kuatnya klub-klub besar di lima liga top Eropa, tak menutup kemungkinan kompetisi yang baru di luar Liga Champions Eropa yang mempertemukan klub-klub besar itu akan terjadi. Entah di bawah UEFA, atau di bawah pihak lain yang mau mendanai,” ujar Karl-Heinz Rummenigge seperti yang dilansir The Guardian.
Hal ini pun didukung oleh UEFA. Juru bicara UEFA mengatakan bahwa pembicaraan tentang ini akan diadakan minggu depan. “UEFA akan membicarakan tentang hal ini sekaligus untuk menilai format kompetisi yang sudah ada, bersama dengan para pemegang saham dan tentunya ECA (European Club Association) yang akan memberikan konsultasi. Pembicaraan ini setidaknya akan berlangsung minggu depan,” ujar juru bicara UEFA seperti yang dilansir oleh Mirror.
Sebagai pecinta sepakbola, mari kita nantikan, apakah pembicaraan tentang European Super League ini akan menjadi kenyataan atau hanya rencana belaka.
Selasa (1/3) kemarin, sebuah pertemuan dihelat di Dorchester Hotel, London. Pertemuan ini terbilang spesial sekaligus janggal karena melibatkan miliuner Amerika Serikat yang juga bos Miami Dolphins, Stephen Ross. Ia bertemu dengan lima pimpinan kesebelasan papan atas Premier League: Ed Woodward (Manchester United), Bruce Buck (Chelsea), Ivan Gazidis (Arsenal), Ferran Soriano (Manchester City), dan Ian Ayre (Liverpool).
Rasa penasaran pun muncul. Pasalnya, Ross adalah penyumbang dana sekaligus aktor di balik penyelenggaraan International Champions Cup, ajang pramusim yang melibatkan kesebelasan besar Eropa. Apa yang mereka perbincangkan di Dorchester Hotel?
Usut punya usut, ternyata mereka sedang membicarakan sebuah format kompetisi antarkesebelasan Eropa yang baru. Pasalnya, mereka merasa kompetisi Liga Champions Eropa butuh sebuah format baru yang lebih kompetitif. Oleh karena itu, muncul gagasan untuk membentuk sebuah kompetisi bernama European Super League, yang dikhususkan sebagai ajang kompetisi antarkesebelasan besar yang sudah memiliki tradisi di Eropa. Namun, tak menutup kemungkinan juga bagi kesebelasan yang lain untuk berpartisipasi.
Namun, hal ini dibantah oleh Ivan Gazidis. Ia bersikeras bahwa tidak ada pembicaraan tentang format kompetisi Eropa yang baru di Dorchester Hotel. “Tidak, kami tidak membicarakan hal itu. Kalaupun ada pembicaraan seperti itu, pasti kami akan menolak dan klub lain di Eropa pun saya kira akan melakukan hal yang sama. Pembicaraan di Dorchester hanyalah seputar ICC yang akan diselenggarakan kembali dan juga format kompetisi Eropa untuk melengkapi format Premier League yang sudah ada,” ujar Gazidis seperti dilansir oleh The Guardian.
Meski kesebelasan Inggris, yang diwakili Arsenal menyatakan menolak, tapi kesebelasan lain di Eropa, justru terbuka akan hal ini. Utamanya mereka yang tidak mengalami persaingan kompetitif di liga domestik macam Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Muenchen. Kesebelasan-kesebelasan dari Portugal, Belanda, dan Belgia, pun mengutarakan ketertarikannya akan European Super League ini.
“Di masa depan, saya bisa melihat bahwa akan ada sebuah kompetisi yang melibatkan 20 klub kuat dari Italia, Inggris, Spanyol, Jerman, dan Prancis. Itu adalah ide yang muncul beberapa tahun yang lalu. Dengan semakin kuatnya klub-klub besar di lima liga top Eropa, tak menutup kemungkinan kompetisi yang baru di luar Liga Champions Eropa yang mempertemukan klub-klub besar itu akan terjadi. Entah di bawah UEFA, atau di bawah pihak lain yang mau mendanai,” ujar Karl-Heinz Rummenigge seperti yang dilansir The Guardian.
Hal ini pun didukung oleh UEFA. Juru bicara UEFA mengatakan bahwa pembicaraan tentang ini akan diadakan minggu depan. “UEFA akan membicarakan tentang hal ini sekaligus untuk menilai format kompetisi yang sudah ada, bersama dengan para pemegang saham dan tentunya ECA (European Club Association) yang akan memberikan konsultasi. Pembicaraan ini setidaknya akan berlangsung minggu depan,” ujar juru bicara UEFA seperti yang dilansir oleh Mirror.
Sebagai pecinta sepakbola, mari kita nantikan, apakah pembicaraan tentang European Super League ini akan menjadi kenyataan atau hanya rencana belaka.
Quote:
Spoiler for berita 2:
Quote:
European Super League dan Arogansi Kesebelasan Besar Eropa yang Tidak Berprestasi
Kompetisi Eropa dengan format baru yang bernama European Super League mungkin akan dihelat beberapa tahun ke depan. Kesebelasan yang berpartisipasi harus memiliki kriteria “memiliki sejarah dan tradisi kuat di Eropa”, meski tak menutup kemungkinan kesebelasan lain juga masuk dengan sistem kualifikasi dan babak play-off.
Meski menimbulkan pro dan kontra di kesebelasan Eropa, toh Charlie Stillitano, Presiden Relevant Sports yang juga mengikuti pertemuan di Dorchester Hotel kemarin, mengatakan kalau klub-klub Eropa pun tidak sepenuhnya menolak akan adanya kompetisi dengan format baru ini. Apalagi, di akhir musim ini akan ada beberapa tim besar yang tidak berpeluang untuk masuk ke Liga Champions Eropa macam Chelsea, Liverpool, dan Manchester United.
Stillitano ikut dalam pembicaraan yang “katanya” hanya membicarakan tentang International Champions Cup yang akan diselenggarakan musim panas nanti. Tapi, ia tidak menampik bahwa memang UEFA tertarik akan format ICC yang ia dan Stephen Ross terapkan dalam kompetisi ICC. “Kami pernah membicarakan tentang format ICC ini kepada UEFA beberapa tahun lalu, dan mereka pun tertarik untuk mempelajarinya,” ujar Stillitano seperti yang dilansir oleh ESPN FC.
Ia juga menambahkan bahwa UEFA harusnya berterima kasih kepada klub-klub besar karena klub-klub itu telah mengalirkan banyak uang ke kas UEFA melalui pertandingan-pertandingan hebat yang mereka lakoni di Liga Champions Eropa. Oleh karenanya, ia sangat setuju akan adanya European Super League kelak dirampungkan karena bisa diramalkan bahwa pendapatan setiap klub akan semakin bertambah dan memang ini lah yang klub-klub besar Eropa pantas dapatkan.
Bahkan, ia juga mengeluarkan pernyataan yang sarkas untuk menguatkan pendapatnya di mana ia mengungkapkan bahwa penonton Arsenal vs Barcelona ataupun Juventus vs Bayern Muenchen pastilah akan lebih banyak daripada penonton PSV vs Gent. Bahkan, ia juga menyinggung tentang Leicester City yang memiliki peluang untuk masuk Liga Champions Eropa musim ini.
“Mungkin ini akan terdengar arogan, tapi itulah kenyataannya. Begini, saat Anda akan menonton turnamen International Champions Cup (ICC) musim panas nanti, akan banyak klub besar yang bertarung, lalu, aAnda akan mulai bertanya, ‘Bukankah ini pertandingan Liga Champions?’, dan orang di sebelah Anda akan menjawab. ‘Bukan. Pertandingan Liga Champions mempertemukan PSV dan Gent’,” ujarnya seperti yang dilansir oleh Guardian.
“Mungkin cerita tentang lolosnya klub kecil macam Leicester ke Liga Champions Eropa pasti akan menjadi cerita yang spektakuler. Tapi, apakah itu akan memberikan keuntungan besar buat UEFA? Saya yakin tidak,” tambahnya.
Bisa dilihat bahwa Charlie Stillitano di sini seolah membela klub-klub besar Eropa dan ketidakmampuannya untuk memasuki kompetisi Eropa musim depan sehingga sampai perlunya dirampungkan kompetisi antar klub besar Eropa yang berkesinambungan. Tapi, lebih jauh, Stillitano memang menyinggung hal yang sudah tidak bisa dilepaskan lagi dari sepakbola zaman sekarang: uang.
Ya, inilah “industri sepakbola”!
Kompetisi Eropa dengan format baru yang bernama European Super League mungkin akan dihelat beberapa tahun ke depan. Kesebelasan yang berpartisipasi harus memiliki kriteria “memiliki sejarah dan tradisi kuat di Eropa”, meski tak menutup kemungkinan kesebelasan lain juga masuk dengan sistem kualifikasi dan babak play-off.
Meski menimbulkan pro dan kontra di kesebelasan Eropa, toh Charlie Stillitano, Presiden Relevant Sports yang juga mengikuti pertemuan di Dorchester Hotel kemarin, mengatakan kalau klub-klub Eropa pun tidak sepenuhnya menolak akan adanya kompetisi dengan format baru ini. Apalagi, di akhir musim ini akan ada beberapa tim besar yang tidak berpeluang untuk masuk ke Liga Champions Eropa macam Chelsea, Liverpool, dan Manchester United.
Stillitano ikut dalam pembicaraan yang “katanya” hanya membicarakan tentang International Champions Cup yang akan diselenggarakan musim panas nanti. Tapi, ia tidak menampik bahwa memang UEFA tertarik akan format ICC yang ia dan Stephen Ross terapkan dalam kompetisi ICC. “Kami pernah membicarakan tentang format ICC ini kepada UEFA beberapa tahun lalu, dan mereka pun tertarik untuk mempelajarinya,” ujar Stillitano seperti yang dilansir oleh ESPN FC.
Ia juga menambahkan bahwa UEFA harusnya berterima kasih kepada klub-klub besar karena klub-klub itu telah mengalirkan banyak uang ke kas UEFA melalui pertandingan-pertandingan hebat yang mereka lakoni di Liga Champions Eropa. Oleh karenanya, ia sangat setuju akan adanya European Super League kelak dirampungkan karena bisa diramalkan bahwa pendapatan setiap klub akan semakin bertambah dan memang ini lah yang klub-klub besar Eropa pantas dapatkan.
Bahkan, ia juga mengeluarkan pernyataan yang sarkas untuk menguatkan pendapatnya di mana ia mengungkapkan bahwa penonton Arsenal vs Barcelona ataupun Juventus vs Bayern Muenchen pastilah akan lebih banyak daripada penonton PSV vs Gent. Bahkan, ia juga menyinggung tentang Leicester City yang memiliki peluang untuk masuk Liga Champions Eropa musim ini.
“Mungkin ini akan terdengar arogan, tapi itulah kenyataannya. Begini, saat Anda akan menonton turnamen International Champions Cup (ICC) musim panas nanti, akan banyak klub besar yang bertarung, lalu, aAnda akan mulai bertanya, ‘Bukankah ini pertandingan Liga Champions?’, dan orang di sebelah Anda akan menjawab. ‘Bukan. Pertandingan Liga Champions mempertemukan PSV dan Gent’,” ujarnya seperti yang dilansir oleh Guardian.
“Mungkin cerita tentang lolosnya klub kecil macam Leicester ke Liga Champions Eropa pasti akan menjadi cerita yang spektakuler. Tapi, apakah itu akan memberikan keuntungan besar buat UEFA? Saya yakin tidak,” tambahnya.
Bisa dilihat bahwa Charlie Stillitano di sini seolah membela klub-klub besar Eropa dan ketidakmampuannya untuk memasuki kompetisi Eropa musim depan sehingga sampai perlunya dirampungkan kompetisi antar klub besar Eropa yang berkesinambungan. Tapi, lebih jauh, Stillitano memang menyinggung hal yang sudah tidak bisa dilepaskan lagi dari sepakbola zaman sekarang: uang.
Ya, inilah “industri sepakbola”!
Quote:
Quote:
Menurut pendapat ane sih mau apapun formatnya, mau siapapun yang ngadain, selagi lembaga tertinggi di Benua Biru (re = UEFA) Ga menyetujui dari kompetisi yg diajuin, semua itu bakal jadi kompetisi sekelas ICC



Diubah oleh giosptr 05-03-2016 17:34
0
1.8K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan