SALAM SEJAHTERA BUAT KITA SEMUA
JANGAN LUPA
BIAR GA TENGGELAM
Quote:
Ini kisah saya sendiri, tujuan saya membuat cerita ini untuk berbagi, semoga ada pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini. Sengaja tidak saya posting di SFTH karna ini bukan karya sastra tapi cerita tentang penglaman yang terjadi belum lama ini.
Saya anak ke 2 dari 4 bersaudara, sebelumnya 10 tahun lebih saya merantau di kota pelajar. Mulai dari kuliah sampai saya bekerja.
saat ini usia saya sudah 30 tahun dan masih single, ingat ya single bukan jomblo . Saya sarjana teknik.
Kakak saya perempuan lulusan apoteker di salah satu universitas swasta di sekitar Jabodetabek, saat ini bekerja sebagai APA atau apoteker penanggung jawab apotek di kota tempat saya tingggal sekarang dan sudah menikah memiliki 2 orang anak saat ini sedang hamil anak ke 3. Adik saya laki-laki juga sudah menikah memilik 4 orang anak. Adik laki-laki saya sekarang seorang pengusaha memiliki sebuah toko yang tidak besar namun cukup untuk memenuhi kebutuahan rumah tangganya. Adik bungsu saya dokter umum di sebuah kota di propinsi Jawa Timur tempatnya kuliah dulu
Dari penjabaran diatas jika ada yang berpikir jika kami berasal dari keluarga kaya tolong hapus pemikiran itu, mobil pribadi saja kami tidak punya. Tapi Alhamdulillah kami berkecukupan. Dan hanya semangat serta dorongan dari orang tua kami bisa mencapai titel dari latar belakang pendikan meskipun harus bertahan dengan keadaan yang dicukup-cukupkan.
Quote:
Selama di kota pelajar saya telah bekerja di sebuah perusahaan konsultan bisnis, 3 tahun lebih di perusahaan tersebut dengan pendapatan lumayan, mampu menghidupi diri sendiri. Sampai di bulan Agustus tahun 2015 entah dari mana rasa bosan bekerja dan merantau muncul, yang terpikirkan hanya pulang ke tanah kelahiran. Setelah cukup lama berpikir akhirnya keputusan saya buat.
"Saya harus pulang".
"Sudah terlalu lama saya merantau jauh dari orang tua dan sanak saudara".
Bulan itu juga saya mengajukan pengunduran diri dan di acc. Masalah di mana saya bekerja nanti belum saya pikirkan dan belum mencari kerja di tempat saya nanti karna agak susah mencari pekerjaan di kota saya via online karna kota tempat saya tinggali ini masih tergolong pelosok jauh dari hingar bingar kota besar.
Singkat cerita saya sudah di kota saya, dan sudah mencoba mencari pekerjaan baru dengan latar belakang pendidikan saya. Alahmdulillah saya diterima di sebuah perusahaan tambang di pulau yang berbeda. Tapi setelah mencermati kontrak dan gaji yang ditawarkan saya berpikir kembali untuk menerima pekerjaan tersebut yang terpikir saat itu dengan penawaran yang diberikan dan aturan perusahaan saya akan HIDUP UNTUK BEKERJA, BUKAN BEKERJA UNTUK HIDUPsilahkan terjemahkan sendiri gaji yang ditawarkan jauh dibawah gaji saya di kota pelajar. Tapi patokan saya bukan gaji besar, tapi yang cukup.
Quote:
Rasa-rasanya saya gagal, pulang ke kampung halaman malah membebani orang tua sulit mendapat pekerjaan seperti yang saya mau.
Quote:
Sudah 3 bulan saya di kampung, dengan status pengangguran. Mulai terpikir untuk merantau kembali, kemana saja yang penting tidak membebani orang tua. Tapi takdir tuhan berkata lain pertengahan bulan Desember ibu saya tiba-tiba sakit dan harus dirawat di RS.
5 hari dirawat bukannya membaik tapi malah tambah parah karna kurangnya tenaga medis, pengalaman mereka serta penanganan pasien yang bisa dikatakan buruk, dan juga kurangnya alat. Ibu saya masuk RS masih bisa bercerita dan tertawa bersama suami, anak serta cucu-cucunya, setelah 3 hari dirawat malah penurunan kesadaran. Setelah berdiskusi dengan bapak saya, kami putuskan membawa ibu saya ke RSUD di Ibukota Propinsi. Waktu meminta surat pengantar saya sempat bertanya ke dokter jaga mengenai diagnosa dia tentang penyakit ibu saya
S: saya
D: dokter
S: Kira2 ibu saya sakit apa dok?
D: Kemungkinan stroke pak, kalau rencana bapak mau bawa ke Ibukota sepertinya kurang tepat.
S: Kenapa begitu dok?
D: Karna di sana belum ada CT-Scan atau MRI. Untuk menentukan jenis stroke harus di CT-Scan biar penanganannya tepat. Stroke ada 2 macam pak penyempitan dan pecah pembuluh darah. Sebaiknya dibawa ke Ibukota di pulau sebrang.
S: ooooo begitu, makasi sarannya dok.
Setelah itu kami coba tindak lanjuti saran dokter, saya cari tiket pesawat ke pulau sebrang. Tapi karna mendekati natal penerbangan penuh. akhirnya kami tetap membawa Ibu ke Ibukota malam itu juga.
Setelah menyiapkan semua perlengkapan, ambulance dan satu orang perawat, jam 1 malam kami (ibu, saya, bapak, adik laki-laki dan keponakan perempuan kelas 6 SD) berangkat ke Ibukota. Jarak yang harus kami tempuh yang harus kami tempuh 4 jam naik mobil dan 45 menit naik ferry.
Di dalam ambulance yang tidak ada AC kami dibelakang semua, perawat di depan dengan. Keadaan ibu masih sama belum ada tanda-tanda kemajuan. Ibu saya juga menderita sakit diabetes, jadi sering kencing. Dan kebiasaan belian kalau mau kencing dibopong bapak ke WC dengan berpegangan di pundak karna sebelum masuk RS kaki ibu saya seperti melemah. Didalam ambulance sepertinya ibu mau kencing beliau kemudian seperti mencari-cari pundak bapak tanpa bicara, mungkin mau ke WC seperti kebiasaan beliau di RS padahal beliau sudah pakai diapers. Akhirnya kami bertiga mencoba menenangkan ibu dalam ambulan yang sempit dan panas, kami sampai harus berputar-putar menenangkan ibu. Karena kelelahan saya mabuk darat saya coba tahan dengan berbaring di lantai ambulance tapi mual tetap tidak terhankan akhirnya saya muntah, saya buka jendela kemudian muntah dijendela.
Disinilah keajaiban terjadi. Ibu saya seperti mau bangun tapi ditahan adik saya dan bertanya "ibu mau kemana?" ibu terus meronta-ronta mau bangun, kami pikir ibu mau ke WC lagi, tapi ternyata dugaan kami salah karena terus ditahan ibu lalu membuka selimut yang dipakainya dan berusaha memakaikan ke saya. Air mata saya untuk kesekian kali tidak dapat saya tahan. Ibu yang dalam keadaan sakit, tidak sadar, bahkan perutnya lapar saja beliau tidak tau malah mau merawat saya yang mabuk darat. Saya berusaha bangun kemudian mencoba kembali berkomunikasi dengan ibu. Saya katakan "saya tidak apa2 bu, saya cuma masuk angin, ibu istirahat saja, ibu kan sedang sakit" mendengar saya berbicara seperti itu ibu saya tenang dan kemudian berbaring lagi. Selama di perjalanan ibu saya berulang-ulang mau ke WC dan kami harus bergulat kembali dalam ambulance yang sempit untuk menenangkan ibu.
Sekitar pukul 5 pagi kami memasuki pelabuhan ferry, alhamdulillah keajaiban terjadi lagi di sini. mata ibu saya terbuka kondisi beliau mulai stabil tapi belum bisa bicara dan seperti orang linglung melihat kami semua. Melihat ibu siuman saya mencari warung dan membeli teh hangat dibungkus dan kue untuk beliau makan. Adik saya kemudian menyuapi ibu, tapi ibu tidak mau makan, kami kembali harus mencari akal supaya ibu makan, adik saya kemudia mencoba membujuk ibu "bu... ayo makan, kalau ibu tidak mau makan nanti adik (adik perempuan saya) marah kana ibu suruh dia pulang, kalau tidak mau makan nanti ketemu dia, dia marah sama ibu, kan sebentar lagi dia sampai). Mendengar seperti ibu alhamdulillah ibu mau makan.
Sewaktu ibu sakit saya sudah menelpon adik saya, saya suruh pulang dulu karena memang itu permintaan ibu, tapi tidak saya beritahu kondisi ibu yang sebenarnya. Dan hari ini sekitar jam 8 pagi jadwal pesawatnya akan mendarat di ibukota.
Singkatnya setelah kami sampai di RSUD ibukota ibu langsung ditangani di UGD, sekitar jam 8 pagi adik saya sampai di RS dan masih belum tau keadaan ibu yang sebenarnya. Melihat kami semua di RS, adik saya sudah tau apa yang terjadi kemudian langsung bertanya "mana ibu?" saya antar adik saya ke tempat ibu, melihat kondisi ibu air mata adikpun tumpah. Saya harus menenangkan adik saya, "ibu ga apa-apa dek, ayo jangan nangis ibu pasti sembuh". Saya kemudian mencoba berkomunikasi dengan ibu. " bu, ini adek sudah datang, adek pulang mau jaga ibu, ibu cepat sembuh ya, ibu pasti sembuh". Setelah kami mengurus admistrasi yang super ribet, adik saya berkonsultasi dengan dokter karena mereka seprofesi jadi lebih enak diskusinya. Sekitar jam 3 ibu dipindahkan ke ICU dan jam 4 sore kami sarapan pagi. Memang tak terasa lapar sama sekali bila pikiran kacau.
Selama dirawat di ICU diagnosa dokterpun berubah melihat gejala yang muncul. Kali ini ibu didiagnosa kekurangan elektrolit. Begitu masuk ICU ibu sudah bisa bicara, tapi semua yang dibicarakan ngawur. Selama 4 hari di RSUD dalam sehari saya hanya tidur paling lama 4 jam, seringnya kurang. Kami bergantian menjaga ibu. Sekarang ibu sudah dipasang kateter dan NGT karena tidak bisa makan. Hari ke 2 di ICU ibu sudah ingat bapak dan adik laki-laki tapi belum dengan saya dan adik perempuan dan keponakan saya. Setelah hari ke 3 barulah ibu mengingat saya, tapi belum dengan adik perempuan. Dihari ke 4 ibu sudah ingat dengan adik perempuan dan orang yang pernah beliau kenal tapi kesadaran beliau belum sepenuhnya kembali beliau bahkan tidak ingat kalau sedang sakit.
Melihat perkembangan ibu, kami putuskan membawa ibu ke Ibukota di pulau sebrang. Karena kondisi ibu yang masih lemah dan belum bisa duduk kami putuskan menggunakan kapal laut. Sekitar jam 5 sore kami berangkat, kali ini yang menemani ibu ke pulau sebrang adalah bapak, saya dan adik perempuan. Setelah 14 jam kami sampai dan ibu langsung dibawa dengan ambulance ke RS, Lagi-lagi kami harus berurusan dengan ribetnya administrasi. Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan orang-orang di RS yang terkesan cuek akhirnya adik saya sudah tidak tahan lagi, dan bertanya ke dokter jaga.
A: adik
D: dokter jaga
A: "dok, bagaimana hasil perikasa darah ibu saya? kapan bisa dipindahkan ke ruangan?"
D; "nanti!!! sekarang belum selesai!!!" mendapat jawaban tidak mengenakan seperti ini adik saya naik pitam
A: "saya kalau cuma periksa DL (darah lengkap) ga sampai 15 menit sudah selesai. ini sudah hampir 8 jam kami di sini belum selesai juga. memangnya kalian periksa manual? bukannya alat yang kerja?
mendengar jawaban adik saya sepertinya dokter jaga sadar kalau adik saya juga dokter, dan mulai berrbicara ramah.
D; dok, sini dulu sebentar. kan ini pasiennya rame dok, mungkin belum selesai di cek darahnya sabar dulu ya dok.
A: ya udah kalo gitu.
jam 4 sore saya dan adik belum makan apa-apa bapak dari tadi siang sudah saya paksa makan, ibu sudah beberapa kali saya suapi bubur putih dihaluskan, saya beli di warung karena memand di UGD pasien tidak ada jatah makan. Saya ajak adik untuk makan.
S: "ayo dek makan dl".
A: "sebelum ibu masuk ruangan rawat saya belum mau makan".
Akhirnya saya bujuk terus supaya makan dan berhasil.
Sekitar jam 1 pagi barulah ibu dipindahkan ke ruangan rawat. Sebelumnya lagi-lagi kami harus adu mulut dengan dokter dan perawat jaga. Begitu ibu masuk ruangan, saat itu baru terasa tenaga kami sudah habis. Tanpa komando masing-langsung mencari tempat untuk berbaring dan tidur.
Setelah diperiksa ini itu, sudah CT-Scan, bahkan sudah MRI kepala dan lumbar penyebab sakit ibu tetap belum ditemukan. Diagnosa kembali berubah ibu ditangani dokter spesialis penyakit dalam dengan diagnosa diabetes. Jadi dianggap penyebab ibu sakit sampai seperti ini adalah diabetes. Sebelumnya ibu ditangani spesialis neurologi dan orthopedi. Dari hasil MRI anjuran orthopedi operasi tulang belakang karen menurut dokter ditemukan selaput yang menutupi lumbar 4 dan 5 serta benjolan di anulus. Padahal jelas-jelas menurut bacaan spesialis radiologi tidak menekan radix. Akhirnya adik saya berangkat membawa hasil MRI ke jawa timur untuk di konsultasikan dengan kenalannya dokter spesialis orthopedi sub spesialis bedah tulang belakang. Lagi-lagi Alhamdulillah menurutnya tidak ada selaput dan benjolan, jadi tidak perlu operasi.
Selama ibu dirawat, kalau ibu mau BAB saya gendong ke WC karna bapak sudah tidak mampu mengangkat beban berat sedangkan kaki ibu masih lemah. Adik saya yang dokter harus tidak bekerja selama 1 bulan demi ibunya. Tanpa perasaan jijik adik saya yang membersihkan sisa BAB ibu.
Beberapa kali saat saya sedang sendiri saya teringat perjalanan saya selama beberapa bulan belakangan. Tanpa sadar saya menemukan jawaban dari semuanya.
Saya yang tiba-tiba berniat pulang.
Susahnya saya mencari pekerjaan di kampung halaman.
Ternyata ini sudah di gariskan Tuhan, kuasa tuhan telah menentukan ini semua.
Saya disuruh pulang untuk merawat ibu saya.
Setelah 1 bulan dirawat dan 2 minggu rawat jalan, ibu bisa dibilang sudah sembuh tapi masih ada gejala sisa susah berjalan dan pendengaran agak terganggu dan masih misteri penyebab sakit ibu. Ada banyak kemungkinan sakit ibu diantaranya viras meningitis. Tidak apa-apa tidak ditemukan penyakit ibu, yang penting ibu sudah sembuh. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke kota kami. Kami naik pesawat karna ibu sudah bisa duduk. Perawatan ibu saya yang melanjutkan di rumah konsultasi dengan adik karna adik harus kembali bekerja di jawa timur. Setiap hari saya harus menyuntikan insulin dan mengukur takanan darah ibu.
Sampai hari ini saya masih tetap mencari pekerjaan, apapun pekerjaannya selama cocok dan halal saya terima. Kalaupun harus kembali jauh dari kampung halaman dan orang tua saya percaya itulah yang ditakdirkan tuhan. Tapi sayangnya belum ada aplikasi saya ke perusahaan yang ditindak lanjuti, mungkin tuhan belum mengijinkan saya kembali bekerja mungkin saya masih disuruh merawat ibu saya.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11)
"Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak". (An Nisa’ : 36)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu ia berkata, “Datang seseorang kepada Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam dan berkata, ’Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ? Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menjawab, ’Ibumu! Orang tersebut kembali bertanya, ’Kemudian siapa lagi ? Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menjawab, ’Ibumu! Ia bertanya lagi, ’Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menjawab, ’Ibumu!, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ’Nabi Shalallahu'alaihi wasallam menjawab, Bapakmu” (HR. Bukhari dan Muslim)
PS :
Sayangi orang2 terdekat kalian selagi kalian bisa.
Jangan pernah menyesal karena gagal, segalanya telah ditentukan Yang Maha Kuasa, jangan menyerah, bangkit dan terus berusaha serta berdoa karena pasti akan ada jalan.
Pasti ada hikmah dibalik segala sesuatu karen takdir Tuhan yang terbaik untuk kita.
Everthing happen have rason.