Jakarta - Tayangan ulang Pemilihan Puteri Indonesia (PPI) 2016 di stasiun TV Indosiar mendapat reaksi dari para netizen, khususnya di media sosial Twitter. Pasalnya, para finalis yang mengenakan kebaya rancangan Intan Avantie terlihat mengalami penyensoran di beberapa bagian tubuhnya.

Muncul spekulasi di kalangan netizen, bahwa penyensoran tersebut dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Salah satu pengguna akun Twitter menyebut, "Lg booming ttg sensor berlebihan pada puteri indonesia '16 -,- KPI kmn sih? Tugasnya apa? Ga mutu!" tulis akun ‏@an_anstar.

Menanggapi pengebluran kebaya di tayangan ulang tersebut, dalam situs resminya, KPI memberikan pernyataan tertulis bahwa pihaknya tidak pernah memberikan atau mengeluarkan kebijakan untuk menyensor sebuah tayangan.



"Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menegaskan tidak mengeluarkan kebijakan ataupun permintaan kepada lembaga penyiaran (stasiun televisi) melakukan pengebluran terhadap program animasi, kartun dan siaran Putri Indonesia. KPI juga menyatakan lembaganya bukanlah lembaga sensor. Demikian disampaikan KPI menanggapi pernyataan netizen di media sosial yang banyak beredar belakangan ini yang menyatakan KPI melakukan hal itu," demikian seperti dikutip dari situs resmi KPI, [url=http://www.kpi.go.id.]www.kpi.go.id.[/url]

Pengebluran yang terjadi pada tayangan ulang PPI menjadi perhatian di kalangan netizen, karena sebagian besar berpendapat kebaya adalah busana tradisional yang menunjukkan keindahan budaya Indonesia. Penyensoran tersebut dianggap mengurangi nilai estetika dari sebuah rancangan kebaya. (hst/hst)