- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Solidaritas Komunitas Moge untuk Warga Pelosok Bangka


TS
act.id
Solidaritas Komunitas Moge untuk Warga Pelosok Bangka

PANGKAL PINANG - Bagi warga di kota besar, kehadiran motor-motor gede atau motor sports terkadang memang kadang meresahkan. Wajar saja, sebab suara deru motor bersilinder besar ini memang ‘garang’. Terlebih, jika motor-motor sports seharga puluhan sampai ratusan juta ini berkumpul dengan komunitasnya, lalu mengadakan konvoi bersama.
Di Kota besar, konvoi motor besar di jalan raya seperti itu seperti ‘mengintimidasi’. Karena tak jarang komunitas motor, apalagi komunitas motor gede memunculkan tingkah arogan, saling ngebut bak raja jalanan.
Namun, rasanya asumsi seperti itu tak pas untuk komunitas motor di Kepulauan Bangka. Bangka Sports Owner Community (BSOC) misalnya, justru berkebalikan dengan stigma kita selama ini. Sejak hari pertama banjir besar merendam seluruh Kota Pangkal Pinang sepekan lalu, BSOC adalah komunitas motor pertama yang turun langsung melintasi lokasi banjir. Menggerakkan nurani dan rasa kemanusiaan lewat tarikan dapur pacu yang mereka tunggangi.
“Hari pertama banjir besar tu kami langsung turun ke pusat kota, banjir deras di semua jalan kami terobos. Kami fokus ke evakuasi warga lewat jalur yang masih bisa dilalui oleh motor. Lalu kami sepakat bentuk posko darurat banjir di dekat Pintu Air gabung dengan ACT sampai hari ini,” ungkap Indy Koordinator BSOC.
Setelah banjir dahsyat di Kota Pangkal Pinang mulai surut, Indy dan punggawa BSOC lainnya pun tetap mencari kabar terbaru tentang kondisi banjir lain di Bangka. Memburu kabar santer bahwa banjir pun terjadi di Kabupaten lainnya, sampai ke pelosok Bangka.
Informasi valid pun didapatkan, langsung dari sambungan telepon dengan Budi, selaku Camat Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah. Kabar dari Budi, wilayah yang dipimpinnya sedang sangat membutuhkan pasokan bantuan. Budi menjelaskan banjir di Sungai Selan merendam ratusan rumah, kebanyakan penduduk di Sungai Selan berkategori tak mampu, dengan mayoritas rumah kayu dan berprofesi sebagai nelayan udang sungai.
Usut punya usut, Budi ini ternyata kawan satu SMA dengan Indy, Koordintor BSOC bahkan satu sekolah juga dengan Eko, selaku koordinator Posko ACT di Pangkal Pinang. Akhirnya reuni kecil via telepon ini pun berlanjut jadi rencana distribusi bantuan sandang dan pangan ke Sungai Selan. Jika dilihat di peta, jarak dari Kota Pangkal Pinang menuju Sungai Selan hanya terpaut jarak 38 kilometer. Namun sebuah jembatan penghubung satu-satunya ke Sungai Selan sempat terputus pascabanjir besar Senin (8/2) lalu. Kini jembatan sementara sudah dipancang tepat di lokasi rubuhnya jembatan, jalur ke Sungai Selan pun sudah bisa dilalui.
Lepas tengah hari, rombongan distribusi kemanusiaan pun bergerak ke Sungai Selan, Bangka Tengah. Gabungan komunitas BSOC, Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), dan Tim Respon Banjir Pangkal Pinang ACT memulai konvoi dari Posko Darurat Banjir ACT di Jalan Mentok, Pintu Air. Deru motor besar dari BSOC pun membelah jalur sepi dan sedikit berkelok menuju Sungai Selan.
Konvoi siang itu betul-betul beda dari biasanya, mungkin baru kali ini distribusi bantuan kemanusiaan dikawal oleh motor-motor macho. Suara motor sports teman-teman BSOC memecah keheningan desa-desa kecil sepanjang jalan. Sampai akhirnya rombongan tiba di Sungai Selan, Bangka Tengah.
Lokasi pengungsian korban banjir Sungai Selan dipusatkan di Aula Kecamatan, lokasi kantor kecamatan ini memang lebih tinggi dari kawasan pemukiman warga di sepanjang bantaran Sungai. Diterima langsung oleh Lurah Sungai Selan, Kecamatan Sungai Selan , Ahmad, konvoi bantuan kemanusiaan pun diserahkan oleh Sunar selaku Ketua PD PAFI Provinsi Bangka Belitung yang juga menjadi leader konvoi di siang itu.
Tangan-tangan kekar dari teman-teman BSOC ikut membantu menurunkan puluhan karung beras dan logistik lainnya dari mobil pickup ke dapur umum pengungsian. Walau konvoi distribusi bantuan di siang itu mengusung beragam bendera, mulai dari BSOC, PAFI, dan juga Aksi Cepat Tanggap, Kami tetap kompak, menyatukan nurani dan empati. Demi membantu memulihkan sedikit demi sedikit duka korban banjir di Bangka.
Banjir di Bangka memang sudah mulai surut, namun bekas-bekas tembok lembab pasca rendaman banjir dahsyat seakan menujukkan bahwa kepedihan sebenarnya betul-betul sedang terjadi. Pemulihan pasca banjir adalah fase terberat yang membutuhkan uluran tangan dari bermacam pihak.[]
Penulis: Shulhan Syamsur Rijal
Ayo Berpartisipasi
0
2.5K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan