Tiap kali musim hujan datang, hal pertama yang ditakutkan adalah BANJIRtak peduli di Jakarta, Surabaya, Jogja, Kalimantan, Riau atau kota manapun di Indonesia. Semua warga takut akan banjir, alih-alih mengatasi banjir, warga demo sana-sini dan meminta pemimpin untuk mengatasi banjir. namun dari warganya sendiri tidak sadar untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara tidak mendirikan bangunan di pinggiran sungai, tidak membuang sampah di sungai. Saya ambil contoh di Surabaya tempat ane kost dekat dengan kali kecil dan lebih besar dari got ya gan, setiap sebulan kali ini di keruk oleh DKP Surabaya, tapi belum genap seminggu, sampah sudah bertebaran di atas air. Terus, kalau banjir, mau nyalahin pemerintah ga becus?

Macet lagi, macet lagi.. gara-gara sikomo lewat.. hmm, kalau sekarang mah bukan karena sikomo lagi. tapi kare situ aja yang suka bawa mobil dan motor pribadi. Alasannya adalah "kalau bawa motor sendiri enak bisa nyelip kanan kiri saat macet", "Bawa mobil sendiri lebih menghemat biaya, dan yang pasti kalau mau kemana-mana selanjutnya tidak ribet". Ya mungkin masih banyak lagi alasan keluar dari agan-agan yang suka bawa motor/mobil pribadi saat kemana-mana. Tahukah gan, setiap kali agan membawa motor masuk ke kota besar ambil contoh surabaya dan Jakarta, yang ada kalian sama dengan menambah volume kendaraan. Jadi, jika agan tidak mau macet dan tidak mau terjebak macet lagi hal yang harus agan lakukan adalah kesadaran untuk Taat lalu lintas, kesadaran untuk menggunakan kendaraan umum, kesadaran untuk berbagi kendaraan (saling tebeng, sekarang kan ada tuh komunitas tebeng menebeng yang aman), cari tempat kost yang dekat dengan tempat kerja.Jika kesadaran agan untuk menggunakan angkutan umum lebih tinggi, maka ane yakin, pemerintah pun tidak akan keberatan menambah armada ataupun memperbarui armada angkutan umum di kota. Alasan sopir angkot sering ngetem adalah karena sepi penumpang, nah jika agan-agan pada naik angkot, sopir angkutan banyak penumpang, sepertinya ngetem pun juga jadi males

Kerusakan lingkungan bukan hanya karena perusahaan yang suka membakar hutan saja gan, banyak lingkungan yang rusak karena warga yang tidak sadar akan lingkungannya sendiri, salah satunya adalah kembali ke buang sampah sembarangan, polusi kendaraan dll. Contohnya adalah, cerita nyata bisa dilihat di Lumajang tentang pengerukan pasir, di Bojonegoro (cerita dari paman ane) hutan jati yang hancur karena pembalakan liar sekitar tahun 1998-2000an. Jika di Bojonegoro dampak dari pembalakan liar terasa saat ini warganya banyak yang mengeluh kesulitan mencari ranting untuk dibuat kayu bakar, dan di Lumajang pun akan segera terasa (jika tidak terasa saat ini, anak cucu mereka yang akan mengalami) dampak rusaknya lingkungan akibat pengambilan sumber daya yang berlebihan terkesan "rakus"dan tidak memikirkan anak cucunya..

Kekeringan, percaya atau tidak, ini bukan hanya faktor alam gan! masih ingat dengan thread ane seorang kakek bekerja sendirian selama 20 tahun untuk menanam pohon dan akhirnya warga lepas dari kekeringanCEK DISIN GAN. Itu semua bukan hanya cerita gan tapi benar adanya. Ane ceritakan apa yang terjadi di kampung ane dengan desa "Jeladri Sentono - Winongan - Pasuruan"dulu, desa ini adalah desa makmur gan, air berlimpah ruah meskipuin kemarau datang. namun, sejak 7 tahun terakhir ini, desa ini sering kekeringan, bukan karena banyaknya pohon yang ditebangi, akan tetapi banyaknya "Sumur Bor yang dibuat disana, sehingga, sungai bawah tanah kehabisan air . Jika agan tahu, setiap 1 - 5 kilometer, agan akan menemukan sumber hasil bor disana, awalnya enak gan, air mudah ditemui, kini, saat musim kemarau banyak yang mengeluh air sawah mereka kekeringan. Jadi, apakah kekeringan faktor Alam? Jik asudah seperti ini, bukanlah kehendak alam tapi karena ulah warganya sendiri. Jadi, jika ingin kembali seperti dulu, maka warga juga harus sadar untuk tidak melakukan hal serupa. Begitu juga di daerah lain, bagaimana agar lepas dari kekeringan, bisa mencari cara yang baik untuk alam agar alam memberikan yang baik pula untuk warga sekitar.