- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Orientasi Seksual LGBT "Menular" atau Tidak?


TS
aghilfath
Orientasi Seksual LGBT "Menular" atau Tidak?
Spoiler for Orientasi Seksual LGBT "Menular" atau Tidak?:

Max Whittaker / GETTY IMAGES / AFP
Seseorang melukis lengan Tara Mazda dengan hati pelangi di depan City Hall setelah mengiktu San Francisco Gay Pride Parade, 28 Juni 2015 di San Francisco, California, dua hari setelah Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis di 50 negara bagian.
Selasa, 9 Februari 2016 | 19:00 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Karena dianggap memiliki orientasi seksual yang tak lazim, banyak mitos yang berkembang mengenai adanya kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Salah satunya adalah mitos mengenai LGBT dapat menular.
Dokter spesialis bedah saraf dari Rumah Sakit Mayapada, Roslan Yusni Hasan atau yang akrab disapa Ryu ini menegaskan, orientasi seksual LGBT tidak menular.
"Tentu tidak menular (LGBT). Orientasi seksual dan lainnya itu struktur di otaknya sudah ada," jelas Ryu di Kantor LBH, Jakarta, Selasa ( 9/2/2016).
Ryu menjelaskan, orang yang menjadi gay setelah sering berkumpul dengan gay karena memang sebelumnya sudah ada bakat dalam diri orang tersebut. Lingkungan sosial akhirnya bisa memicu seseorang yang memiliki bakat gay kemudian menjadi gay.
"Kalau punya bakat, lalu kumpul sama homoseksual, ya makin jadi homoseksual. Bakatnya, kan ada. Tapi, yang enggak ada bakatnya ya enggak jadi ikut homoseksual," kata Ryu.
Ryu mengungkapkan, pada dasarnya janin dalam kandungan adalah perempuan. Kemudian janin berkembang menjadi jenis kelamin perempuan dan ada tumbuh testis sehingga menjadi jenis kelamin laki-laki di usia kehamilan 8 minggu.
Perubahan pada kadar hormon-hormon tertentu menyebabkan perubahan pada janin sehingga terbentuk perbedaan jenis kelamin.
Lalu, bagaimana kemudian jenis kelamin laki-laki menyukai laki-laki atau jenis kelamin perempuan menyukai perempuan adalah tergantung dari susunan saraf pada otaknya.
Struktur otak itu telah terbentuk saat janin masih dalam kandungan dan tidak bisa diubah. Sistem saraf dan struktur otak dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari asupan makanan, faktor genetik, hingga hormon dari orangtua maupun bayi itu sendiri.
Menurut Ryu, tidak ada yang salah dengan manusia yang terlahir LGBT, hal itu merupakan variasi dari struktur otak manusia yang berbeda-berbeda.
Seperti halnya, ada manusia berkulit hitam, putih, rambut lurus, keriting, suka musik, suka matematika, begitu pula dengan adanya LGBT.
Soal LGBT, Ilmuwan Belum Mampu Mencerahkan Publik

BBC
Para pegiat HAM mengatakan hukuman itu merupakan penekanan kebebasan berekspresi.
Selasa, 9 Februari 2016 | 19:49 WIB
KOMPAS.com — Dunia sains terbuka pada banyak hal, tetapi kurang pada urusan seks, jender, dan orientasi seksual.
Sementara ilmu psikologi, neurologi, fisiologi, genetika, dan ekologi perilaku memberi petunjuk tentang proses di balik pembentukan identitas seks, jender, dan orientasi seksual, cukup banyak pula ilmuwan yang belum menyerapnya.
Akibatnya, di tengah isu lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT) yang ramai belakangan ini, ilmuwan belum mampu mencerahkan publik dan membantu mengurangi diskriminasi.
Neurolog dari Rumah Sakit Mayapada, Roslan Yusni atau Ryu, mencontohkan yang terjadi pada kalangan dokter.
Neurologi kini telah mengungkap bahwa orientasi seksual seks, jender, dan orientasi seksual disebabkan oleh variasi struktur otak. Variasi tersebut terbentuk sejak masa kehamilan sekitar 8 minggu.
Variasi itu bisa dibuktikan lewat pindai Positron Emission Tomography (PET). Bagian otak yang disebut amigdala pada laki-laki homoseksual mirip dengan perempuan heteroseksual.
"Tapi, masih banyak dokter yang belum tahu itu," kata Ryu dalam diskusi di Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta, Selasa (9/2/2016).
Menurut Ryu, masih banyak dokter yang menganggap bahwa homoseksualitas adalah penyakit.
Permasalahan lain dalam dunia kedokteran Indonesia, menurut Ryu, adalah adanya penolakan hasil riset karena alasan kepercayaan.
"Menganggap bahwa science dan keyakinan adalah dua hal yang terpisah. Kalau tidak sesuai keyakinan, maka science-nya diabaikan," imbuhnya.
Dalam soal LGBT, walaupun sains mengungkap bahwa itu adalah variasi, keyakinan akhirnya mematahkan.
Peneliti pada Pusat Kajian Jender dan Seksualitas Universitas Indonesia mengatakan kasus yang sama pada dunia psikologi.
"Homoseksualitas sudah lama dihapus dari golongan gangguan jiwa, tetapi sampai sekarang masih banyak psikiater dan psikolog yang belum tahu," kata Irwan.
Dalam soal seksualitas, banyak psikolog belum bergerak dari pandangan Sigmund Freud seabad lalu. Padahal, seksualitas dalam pandangan Freud telah usang.
Di sisi lain, ada keengganan dari kalangan ilmuwan untuk berpendapat tentang seksualitas.
"Mungkin karena ini sensitif," kata Irwan.
Di tengah penghakiman, sains sebenarnya bisa memberi pencerahan, setidaknya mengurangi aksi diskriminasi secara verbal maupun tindakan.
Irwan menekankan pendekatan dialog untuk menumbuhkan pemahaman.
PKS sebut LGBT penyakit dan virus, harus enyah dari Indonesia
Merdeka.com - Penyimpangan perilaku seksual di masyarakat kian memprihatinkan. Masyarakat harus memperkuat ketahanan sosial dan keluarga dalam menghadapi ancaman LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).
Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fahmy Alaydroes mendorong kerjasama seluruh unsur masyarakat dalam menghadapi LGBT.
"Kita harus melakukan berbagai upaya agar virus LGBT tidak menyebar dan merusak anak-anak muda kita, yang biasanya menjadi sasaran empuk gerakan LGBT," ujar Fahmy dalam keterangan pers yang diterima merdeka.com, Rabu (10/2).
Menurut Fahmy, setiap unsur masyarakat dan lembaga harus berperan dalam mencegah berkembang dan meluasnya LGBT. Dia mencontohkan, lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi dan pesantren harus menjelaskan dengan baik dan obyektif kepada siswa, mahasiswa dan santri tentang apa, siapa, mengapa dan bagaimana LGBT itu sesungguhnya.
Lembaga keagamaan seperti ormas Islam, MUI dan Gerakan Dakwah, menurut dia, ikut menyuarakan kepada berbagai pihak akan kesesatan dan penyimpangan perilaku LGBT dan menyalahi nilai dan sendi-sendi agama.
"Parpol Islam dan nasionalis bersatu padu untuk menjaga dan membentengi agar LGBT tidak mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum atau undang-undang. Bahkan seharusnya mengenyahkan mereka dari negara RI yang relijius, bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa, berbudaya dan beradab," imbuhnya.
Lebih lanjut, Fahmy mengatakan, LGBT adalah penyakit dan penyimpangan perilaku sebagaimana masuk dalam kategori ODMK (Orang Dengan Masalah Kesehatan Jiwa), yang merujuk pada terminologi ODMK pada UU No 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
"LGBT sudah eksis sejak dahulu kala. Kaum nabi Luth (Sodom) adalah komunitas pertama yang melakukan perilaku Gay/homoseksual yang menyebabkan mereka dikutuk dan dimurkai Allah SWT," tambah dia.
LGBT, Fahmy menambahkan, juga merupakan gerakan sesat dan menyesatkan perilaku seksual yang menyimpang dikecam oleh semua agama.
"Kini sedang merebak dan masuk ke negeri kita tercinta. Perlahan tapi pasti, mereka melakukan berbagai upaya untuk menambah jumlah pengikut, sambil mendekati para pejabat dan akademisi untuk mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum atas eksistensi mereka. Tentu saja yang paling ampuh, mereka menggunakan isu HAM," jelasnya.
Namun demikian, Fahmy mengatakan, menghadapai persoalan LGBT harus secara obyektif dan proporsional. Menurutnya, gerakan LGBT harus dibendung, tapi korban LGBT tentu harus diperlakukan secara berbeda dan bijak.
"Mereka boleh jadi 'terjebak' dan terstimulasi oleh lingkungan, atau salah asuh. Atau, sebagian mereka terlahir dengan kecenderungan LGBT. Adapun yang perlu kita 'perangi' adalah kelembagaan LGBT yang dengan sistemik dan sengaja menyebarluaskan faham, gaya dan perilaku LGBT kepada anak-anak muda kita. Kepada mereka, kita harus dekati, berikan pemahaman, treatment atau rehabilitasi dengan bijak," cetusnya.
ICMI: Jangan Sampai Pengaruh LGBT Meluas!
Jakarta - Isu lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) ramai diperbincangkan menyusul adanya stiker LINE bertema LGBT. Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menilai penyebaran LBGT harus segera dihentikan.
"Ini tidak boleh dibiarkan. Mana LB dan GT, jangan sampai ini makin luas pengaruhnya mempengaruhi orang-orang sehat," kata Jimly usai acara pengukuhan pengurus ICMI di gedung Menara 165, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Rabu (10/2/2016).
Jimly mengatakan ICMI tak serta merta bersikap menolak kalangan LGBT. Namun, ia meminta diskusi persoalan ini tak dilakukan secara terbuka.
"Saya sarankan isu ini jangan didiskusikan secara terbuka, jumlah LBGT di AS dan Euro itu 5 persen, wallahualam di Indonesia kita tidak tahu, ini kenyataan di dunia," tutur mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Ia juga mengimbau agar masyarakat tidak lantas antipati. Pendekatan secara personal menurutnya lebih bisa membuka komunikasi dalam persoalan ini.
"Ini sudah ada sejak jaman nabi Adam, ini penyakit dan harus kita obati.Jangan perlakukan mereka seolah-olah bukan manusia, tentu tidak mudah mendiskusikannya, lebih banyak emosinya," sebutnya.
http://m.kompas.com/health/read/2016...l.LGBT.Menular& http://sains.kompas.com/read/2016/02...erahkan.Publik & http://m.merdeka.com/peristiwa/pks-s...indonesia.html & http://m.detik.com/news/berita/31387...uh-lgbt-meluas
Menurut ane LGBT ini menular dan cenderung epidemik, banyak orang yg semula normal begitu bergaul dg LGBT orientasi langsung berubah

Diubah oleh aghilfath 10-02-2016 11:01
0
8.8K
Kutip
128
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan