Perayaan Imlek rasanya tidak lengkap jika tanpa kehadiran kue keranjang. Makanan ini menjadi salah satu simbol harapan bagi masyarakat Tionghoa yang merayakan pergantian tahun. Namun banyaknya permintaan kue keranjang menjelang hari raya Imlek membuat produsen kue kewalahan.

Menurut pembuat kue keranjang, Lauw Sui Moi atau Susana di Kampung Sudiroprajan, Kota Solo, Jawa Tengah, kue keranjang harus ada di setiap perayaan Imlek. Sejak periode 1970-an Susana sudah memproduksi kue keranjang secara tradisional. Resep khusus pembuatan pun diwarisi dari orang tuanya, Lau Kim Soey yang tetap mempertahankan keaslian kue dari rasa dan bentuk.

Untuk membuat kue keranjang dibutuhkan setidaknya 12 jam guna mengukus. Proses inilah yang membuat kue keranjang Dua Naga Mas milik Susana diminati bahkan kini kewalahan melayani pesanan.

Proses pembuatan kue keranjang diawali dengan mencampur ketan dan gula yang kemudian diletakkan pada cetakan aluminium berlapis plastik. Selanjutnya dimasukkan dalam tempat pengukusan yang bisa menampung hingga 500 kilogram adonan.

“Setelah 12 jam warna adonan pun berubah dari krem menjadi cokelat tua. Proses pengukusan yang memakan waktu lama ini yang membuat kue keranjang bisa tahan hingga satu tahun,” jelas Susana.

Selama jelang Imlek dapur kue keranjang Susana dapat memproduksi hingga 7.000 kilogram adonan setiap harinya. Satu kilogram kue keranjang, dijual seharga Rp27 ribu. “Peminatnya bukan hanya dari Solo, tapi juga daerah di sekitarnya seperti kabupaten Boyolali, Sragen, Wonogiri Dan Yogyakarta,” ujar Susana

http://economy.okezone.com/read/2016...s-jelang-imlek