Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
Bengkel Gizi Terpadu untuk Kemandirian Warga Pagedangan
Bengkel Gizi Terpadu untuk Kemandirian Warga Pagedangan

TANGERANG - “Ini anak saya nggak bisa jalan sudah tiga tahun ini. Saya pikir karena memang lambat jalan, tapi setelah ke sini (Puskesmas dan Posyandu) saya jadi tahu anak saya kenapa begini,” tutur Nurjanah (28) salah seorang ibu peserta program Bengkel Gizi Terpadu (BeGiTu) kerjasama Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama SENSOR, di Kantor Desa Karang Tengah, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Selasa (2/2).

Nurjanah bercerita dirinya memang tak pernah membawa anaknya, Siti Kurniati (3), ke Puskesmas atau Posyandu. Selain karena jarak dari rumahnya ke Puskesmas/Posyandu cukup jauh (20 km-red) ia juga terkendala dengan ongkosnya. “Pulang-pergi ke Puskesmas aja 50 ribu. Saya jarang tahu ada Posyandu di Puskesmas, jadi jarang kemana-mana,” katanya. Sejak lahir ia hanya merawatnya seperti biasa.

Siti Kurniati terdeteksi mengalami gizi kurang, oleh tim program BeGiTu yang sudah sejak tiga bulan terakhir ini menggelar program di Desa Karang Tengah, Pagedangan, Kabupaten Tangerang. Akibat kondisi itu Kurniati mengalami kelumpuhan dan gigi-geliginya tidak tumbuh sempurna. Tim dokter program juga mendiagnosa bayi bawah tiga tahun (batita) ini mengalami cerebral palsy, dan memberi surat rujukan kepada Nurjanah untuk membawa Kurniati ke Rumah sakit.

Ketua Kader Posyandu Pagedangan, Ida, mengaku tidak tahu kalau ada salah satu warganya yang mengalami kelumpuhan. “Alhamdulillah, dengan adanya program ini, banyak masyarakat saya yang datang. Walau awalnya mereka datang karena ada paket gizi, tapi akhirnya mereka tahu program ini bukan hanya paket gizi,” kata Ida.

Lewat program BeGiTu, ACT bersama SENSOR melibatkan 33 pasangan ibu dan balitanya utuk mengikuti program ini selama 6 bulan. Sejak Desember tahun lalu program ini berjalan, kemudian menemukan ada 19 anak di antaranya balita, mengalami kondisi gizi kurang/gizi buruk. “Bekerjasama dengan kader Posyandu setempat, program kali ini dibarengkan dengan pelayanan kesehatan,” ujar Nur, Koordinator Lapangan dari Divisi Community Development ACT.

Dalam program ini ibu dan balitanya mengikuti layanan kesehatan rutin seperti penimbangan dan pendataan berat badan serta pengetahuan perawatan anak usia (balita). Usai pemeriksaan, ibu dan balitanya menerima Paket Pemberian Makanan Tambahan ( PMT), serta penyuluhan mengenai fungsi dan cara pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi para ibu.

"Selama 6 bulan ke depan kami akan adakan PMT setiap dua pekan sekali dengan pendampingan dua orang dokter relawan dari UIN, khususnya keluarga dengan balita kurang gizi dan gizi buruk. Masing-masing dokter akan mendampingi 5 pasangan ibu dan balita,” imbuh Nur. Lebih jauh Nur menjelaskan, program ini mengusung konsep pemberdayaan masyarakat dengan memadukan konsep penanganan kegagalan sekaligus dengan konsep memunculkan harapan.

Kegagalan yang dimaksud, lanjut Nur, adalah gagalnya kegiatan kesehatan dalam menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk. Sedangkan yang menjadi akar permasalahan gizi buruk dan kurang adalah kemiskinan dan lingkungan buruk yang berkelanjutan. “Sedangkan harapan, muncul karena kita akan memberi alternatif pembangunan yang memasukkan nilai kemandirian, rasa memiliki dan berubah ke arah yang lebih baik. Dari program ini juga, kami baru tahu ternyata banyak masyarakat di sini tidak punya Kartu Keluarga atau Akta Kelahiran anak yang belum diurus”.

Nur menambahkan, berbasis lima 5 kegiatan penting dalam pemberdayaan, salah satunya adalah kegiatan motivasi, BeGiTu ingin menumbuhkan motivasi untuk mengetahui masalah yang terjadi pada anaknya. Setidaknya dengan mengetahui bahwa anak mereka mempunyai masalah, mereka tersadar ada yang harus diselesaikan. Masyarakat jadi lebih peduli untuk merawat anaknya lebih baik. “Jadi program BeGiTu ini bukan hanya bergerak mengatasi problem gizi tapi membantu masyarakat mengenali permasalahan pada keluarganya,” tutur Nur.

Program BeGiTu juga secara bertahap akan melakukan penyuluhan mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang menjadi program Kementerian Kesehatan. Termasuk juga program pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti pembudidayaan lele di dalam tong. “Semuaya bertujuan mengedukasi warga, sehingga mereka sadar gizi, sadar kebersihan, sadar kesehatan serta punya kemampuan swaekonomi. Pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi anak (balita), bahkan menekan angka statusnya menjadi lebih baik,” imbuh Nur.[]

Penulis: Nurjannatunnaim
Ayo Berpartisipasi



0
859
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan