- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Laboratorium Penyembuh Kanker (C-Tech Labs) di Indonesia Akhirnya Tutup gan!!!


TS
irkham17
Laboratorium Penyembuh Kanker (C-Tech Labs) di Indonesia Akhirnya Tutup gan!!!
Spoiler for Dr Warsito : Penemu alat penyembuh kanker:
[img]

Dr. Warsito Purwo Taruno (lahir di Karanganyar, 15 Mei 1967; umur 48 tahun) adalah ilmuwan Indonesia. Sama seperti anak desa pada umumnya, Warsito menghabiskan masa kanak-kanaknya dengan bermain di sawah dan memelihara ternak. Meski demikian, anak keenam dari delapan bersaudara ini termasuk siswa yang cemerlang. Dia gemar membaca buku apa saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Kecerdasan Warsito juga tidak bisa dilepaskan dari peranan kedua orang tuanya. Sang ayah selalu mendorongnya untuk selalu maju. Sedangkan ibunya selalu memotivasi agar melakukan segala sesuatu pekerjaan dengan dasar ketulusan dan ketabahan.[butuh rujukan]
Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Karanganyar, Solo pada tahun 1986, Warsito muda melanjutkan sekolah ke Jurusan Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun pada semester pertama karena mendapatkan beasiswa, Ia melanjutkan studi Teknik Kimia di Jepang. Studi S-1, ia tempuh di Tokyo International Japanese School, Tokyo, tamat tahun 1988. Kemudian ia melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Shizouka University jurusan Chemical Engineering, lulus tahun 1992. Masih di universitas yang sama, Warsito kemudian meraih gelar M. Eng tahun 1994 dan gelar Ph.D Electronic Science and Technology tahun 1997. Di universitas tersebut, Warsito pernah menjadi staf peneliti dan asisten dosen selama 2 tahun. Saat menyelesaikan tugas akhir mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991, Dr. Warsito mulai tertarik dengan sebuah riset tentang menembus pandang sebuah objek (sekarang disebut tomografi). Ketika itu, peraih Achmad Bakrie Award 2009 ini ingin membuat teknologi yang mampu “melihat” tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.[butuh rujukan]
Setelah menyelesaikan pendidikan S-3, Dr. Warsito menghadiri sebuah konferensi di Belanda dan bertemu dengan seorang profesor dari Amerika Serikat yang kemudian mengajaknya melakukan riset di Amerika Serikat. Pada tahun 1999, dia hijrah ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Professor Liang-Shih Fan dari Ohio State University (OSU). Keduanya bekerja sama di laboratorium Industrial Research Consortium milik OSU dan mengembangkan riset tomografi volumetrik. Di tengah kesibukan melakukan riset bersama 15 ilmuwan lain di OSU, Dr. Warsito meluangkan waktu menulis di sejumlah jurnal ilmiah bertaraf internasional. Tak jarang, ia juga dipercaya menjadi pembicara utama dalam sejumlah forum ilmuwan dunia. Sepanjang tahun 2003-2006 itu, ia mencurahkan waktu dan tenaga melakukan riset di Amerika Serikat dan sesekali pulang ke Indonesia.
Alat terapi kanker berbasis listrik statis temuan seorang peneliti Indonesia bernama, Warsito, sudah banyak pasien yang disembuhkannya, bahkan hingga ke luar negeri.
Dr, Warsito Semula ia dikenal sebagai ahli tomografi yaitu, ilmu atau teknologi tentang cara "melihat" reaksi dalam reaktor baja atau bejana tak tembus cahaya.
Namun karena begitu kuatnya dorongan untuk membantu Suwarni, kakak perempuannya yang menderita kanker payudara stadium IV, Warsito kemudian berusaha membuat alat pembunuh sel kanker.
Alhasil, terciptalah alat terapi yang disebut, breast cancer electro capacitive therapy. Bentuk alat terapinya ini, kata Warsito, mirip bra yang di dalamnya mengandung aliran listrik statis dari baterai yang bisa di-charge.
"Alat ini menggunakan teknologi pemindai atau tomografi kapasitansi listrik berbasis medan listrik statis (electrical capacitance volume tomography/ECVT),"
Spoiler for Kick andy dan Sarah Sechan:


Spoiler for Warsito Klaim 200 Pasien Kanker Sembuh Total dengan Alatnya:

Tangerang - Dalam upayanya mengobati sang kakak yang menderita kanker payudara stadium IV, Warsito P. Taruno, ilmuwan penemu Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), bersama sejumlah rekan peneliti di CTECH Labs Edwar Technology justru berhasil melakukan sebuah terobosan yang terbilang kontroversial di dunia kedokteran dengan alat pembasmi sel kanker ganas rancangannya.
Alat terapi kanker rancangan Doktor lulusan Universitas Shizuoka ini bukan berupa mesin besar berteknologi tinggi yang sering dijumpai di berbagai instansi kesehatan, namun hanya berupa seperangkat pakaian yang mengandung aliran listrik statis rechargeable.
Alat yang berbasis teknologi ECVT itu terdiri dari empat perangkat yakni brain activity scanner (pemindai aktivitas otak), breast activity scanner (pemindai aktivitas payudara), brain cancer electro capacitive therapy (terapi kapasitif elektro kanker otak), dan breast cancer electro capacitive therapy (terapi kapasitif elektro kanker payudara).
Alatnya Miliki Paten Internasional
Warsito mengakui, keempat alat rancangannya tersebut sedang dalam proses pengajuan hak paten. Sementara alat pemindai 4Dimensi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) miliknya sudah terlebih dahulu dipatenkan pada lembaga paten internasional PTO/WO bernomor 60/664,026 tahun 2005 dan 60/760,529 tahun 2006.
Brain activity scanner dirancang Warsito pada tahun 2010. Alat ini berbentuk layaknya helm sepeda yang dilengkapi dengan puluhan lubang connector yang dihubungkan dengan sebuah stasiun data akuisisi yang tersambung dengan sebuah komputer. Alat itu bisa mendeteksi ada tidaknya sel kanker di otak. Dengan alat itu, dokter juga bisa melihat seberapa parah kanker otak yang diderita pasien. Sementara itu, breast activity scanner diciptakan pada September 2011 juga berprinsip sebagai pemindai “kehidupan” sel kanker dalam tubuh.
“Dari 2006, saya fokus di imaging sampai saya balik ke Indonesia, baru mulai untuk ke aplikasinya di dunia kedokteran. Karena ini adalah mimpi saya sewaktu di Amerika,” ungkap Warsito.
Kemudian, untuk membasmi sel–sel kanker ganas yang sudah terdeteksi, Warsito membuat brain cancer electro capacitive therapy dan breast cancer electro capacitive therapy. Dua alat berbasis gelombang listrik statis dengan tenaga baterai itu terbukti dapat membunuh sel kanker hingga tuntas hanya dalam waktu dua bulan.
Mendapat Ilmu di Jepang
Namun alat terapi ciptaan pria kelahiran Karanganyar, Solo, ini tidak semata–mata diterima begitu saja oleh masyarakat. Pro–kontra terus bergulir di antara kalangan profesional medis menyikapi alat pembasmi kanker tersebut.
“Memang, banyak yang ‘panas’ sama temuan saya. Tapi saya sudah mengembangkan riset ini sejak dua puluh tahun lalu dan ini bukan riset asal-asalan,” sanggah Warsito.
“Dari pengalaman selama dua puluh tahun itu, saya sangat paham kemampuan gelombang untuk mempengaruhi materi dan sebagai diagnosis terhadap materi itu sendiri. Jadi kalau (mereka) pernah melakukan riset ini, tentu ini bukan hal yang ajaib untuk bisa diaplikasikan,” ujarnya sambil tergelak.
Sewaktu masih duduk di bangku kuliah Universitas Shizuoka, Warsito mendalami riset tentang interaksi antara gelombang ultrasonik dan elektromagnetik dengan materi, yaitu sel–sel dalam tubuh. Dari penelitian ini, Warsito menyimpulkan hasil interaksi antara dua energi tersebut menghasilkan suatu fenomena baru yang bisa diaplikasikan untuk mempengaruhi materi.
“Fenomena ini disebut plasma di dalam cairan, karena biasanya plasma terjadi di udara,” jelasnya
Spoiler for PHK Karyawan C-Tech Labs :

inilah.com PHK itu terpaksa dilakukan karena pemerintah yakni Kementerian Kesehatan membekukan Klinik Riset Kanker milik Warsito lantaran dilakukan review terhadap alat penyembuhan penyakit kanker temuannya.
"Demi kelangsungan usaha serta menjamin kepastian bagi karyawan dan klien PT Edwar Technology, maka manajemen perusahaan memutuskan untuk mengambil tindakan (PHK) yang dirasa diperlukan," kata Dr. Warsito Puma Tamno dalam keterangan resmi, Jakarta, Selasa (26/1/2016).
Warsito menjelaskan, sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa PT Edwar Technology telah menutup fasilitas C-Care Riset Kanker untuk klien baru sejak 2 Desember 2015. "Untuk klien lama kami akan melayani sampai tanggal 27 Januari 20l6," kata dia.
Selanjutnya, dia menganjurkan klien C-Care Riset Kanker untuk melanjutkan proses terapi ke fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh Kemenkes dan Kemenristekdikti.
Dalam kesempatan ini dia menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang timbul akibat keputusan yang kami ambil dan terimakasih yang sebesar-besamya atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh semua pihak kepada PT Edwar Technology.
Spoiler for Pidato Dr Warsito di Pelepasan Karyawan CTech Grup Indonesia:
Bismillah,
Di acara ramah tamah sekaligus pelepasan karyawan malam kemarin, Dr Warsito memberikan sebuah pidato sambutan. Karena gue iseng, akhirnya memutuskan untuk menulis langsung apa yang Dr Warsito bicarakan di pidato sambutannya tersebut. Selama menulis isi pidatonya, gue sadar dari apa yang beliau bicarakan, bahwa Dr Warsito memang adalah seorang pembesar yang visioner. Berikut apa yang disampaikannya:
“Merupakan suatu kebanggaan bagi kita bisa bertemu, walau mungkin dalam suasana yang tidak terlalu sempurna. Tapi, ini bagian bagaimana kita berkontribusi untuk dunia.
“Apa yang kita kerjakan benar-benar sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang selama ini dipandang tidak mungkin, menjadi mungkin. Dan kita lakukan itu semua di hadapan diri kita sendiri.
“Banyak orang belum percaya dengan hasil dari apa yang kita kerjakan. Hanya sebagian kecil saja yang percaya, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat manfaat dari apa yang kita kerjakan.
“Kanker.
“Saya kira, kanker 5-10 tahun yang lalu tak ubahnya seperti pengumuman kematian yang diberitahukan lebih cepat. Tapi, kalau kita melihat apa yang telah kita lakukan, oleh CTech Edwar Technology, saya kira pekerjaan bisa diibaratkan seperti memberi sebuah “cahaya” kepada tempat yang sudah tidak ada cahayanya lagi.
“Sebagian besar orang belum memahami pentingnya apa yang kita kerjakan. Karenanya kita harus lebih bersabar agar makin banyak lagi orang memahami pentingnya apa yang kita kerjakan.
“Saya mengambil contoh Willy (seorang pasien kanker yang dinyatakan sembuh menggunakan ECCT, karyawan perusahaan), fenomenanya terjadi itu karena kehendak Allah SWT. Karena-Nya kita bisa bersama ada di sini. Hal tersebut telah direncanakan oleh Allah. Willy tidak seorang saja. Ada adiknya, tetangganya, tetangganya tetangga willy. Itu baru beberapa contoh orang saja, sesuatu yang tadinya tidak mungkin, menjadi mungkjn. Itulah arti penting atas karya kita.
“Karena apa yang kita kerjakan sesuatu yg luar biasa maka orang tidak mudah menerimanya. Kalau kita melihat Go-Jek misalkan, sama-sama ditutup izinnya, namun bisa dibuka kembali dalam sehari. Kusrin, karyanya dibakar, sampai kemudian diubah kembali kebijakannya hanya dalam seminggu.
“Apakah yang kita kerjakan tidak lebih layak dari Go-Jek dan Kusrin? Mengapa Menkes sampai detik ini juga belum mengeluarkan keputusan? Menteri tidak perlu datang ke kantor Go-Jek dan Kusrin untuk mengubah kebijakan. Tapi, untuk kasus kita, Menristek sampai dua kali berkunjung ke CTech Edwar Technology (apresiasi untuk Prof Nasir). Menurut saya pun Presiden Jokowi bukan tidak mengetahui apa yang kita kerjakan.
“Ada seorang analis dari Belanda. Dia mengirim email tentang pendekatan yang promising terkait kanker tiga hari yang lalu. Tiga pendekatan tersebut adalah novocure, satu lagi berbasis magnet (lupa), dan ECCT. Dia bilang, dari tiga teknologi dunia ini yang paling menjanjikan dan hasilnya paling efektif adalah ECCT. Kalau kita melihat Willy, memang sesuatu yang kita kerjakan ini riil. Lalu, mengapa kita untuk menolong orang ini rasanya sulit? Itu karena apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang tidak ada perbandingannya di tempat lain.
“Mungkin, kita sendiri kadang tidak yakin mengerjakannya, ‘kok Willy bisa sembuh ya. Orang yang tidak mengerti kanker itu tidak percaya. Membantu Willy itu dianggap kebanyakan orang seolah-olah membantu anak sakit yang kena flu.
“Tetapi kita bukanlah sebagaimana kebanyakan orang.
“Saya kira kalau ada beberapa orang yang juga mampu mengerjakan hal seperti ini, tidak akan banyak. Karena itu, kalian harus merasa bangga dengan apa yang kita kerjakan. Jangan berkecil hati dengan apa yang kita kerjakan itu akan berkurang pahalanya, selama Anda ikhlas mengerjakannya. Tidak perlu kita berkecil hati terkait berkurangnya rezeki kita. Karena, perihal rezeki, tidak ada pengaruhnya dengan apa yang orang lain kerjakan pada kita.
“Seberapa banyak kerja yang harus kita lakukan, mulai dari menyolder sirkuit, dari yang menganilisis hasil medis, menyiapkan makan siang, sampai bapak-bapak yang membantu saya menyiapkan kantor di Modernland tahun 2003.
“Kembali lagi, tidak ada yang perlu kita khawatirkan terhadap apapun juga, karena kita sudah memberikan semua daya dan upaya. Kalau hari ini kita harus berhenti, itu bukan karena kita belum mengeluarkan semua yang kita punya. Kita sudah all out, that’s what makes it counts! Yang namanya rezeki, itu tidak akan tertahan karena tindakan orang lain pada kita. Mungkin selama 3-4 tahun ini kita bisa bersama-sama dan mendapat rezeki. Tetapi kalau kita harus berhenti dulu, Allah tidak akan menahan rezeki kita masing-masing.
“Kemudian, apa yang kita kerjakan tidak akan terhapus oleh apapun dan siapapun. Dalam artian, kalau harus berhenti dulu hari ini, maka pahala itu tak akan berkurang, siapapun yang mengerjakan dan kapanpun dikerjakannya kalau mereka terinspirasi dari apa yang kita kerjakan.
“Kita bersedih karena harus berpisah terlebih dahulu. Tapi itu adalah bagian dari proses, proses untuk meraih yang lebih besar dari apa yang kita dapatkan sekarang. Karena kalau kita tidak pernah menghadapi masalah, kita tidak akan bisa naik ke level yang lebih tinggi.
“Saya melakukan riset sejak 1992 sudah 24 tahun. Sepengetahuan saya, tidak ada satu proses pun yang berlangsung tanpa adanya tantangan maupun cobaan. Saya pernah tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki makanan selama seminggu, kalau makan saat itu, ya numpang. “Gempuran” dimulai dari tahun 2011 dan 2012, saat itu kita bergeming. Tahun 2013 dan 2014 pun sama, kita bergeming. Untuk saat ini, kalau nanti kita bangkit lagi, saya kira kita akan bangkit dengan lebih kuat.
“Apalagi kalau mengingat sebagian besar kalian adalah anak-anak yang baru lulus kemarin. Saya kira kalau Anda semua langsung mencicipi keberhasilan, itu terlalu bagus. Nanti kemungkinan ke depannnya tidak akan menyelamatkan kalian (kalau belum pernah merasakan kegagalan). Jadi, kalian pun memerlukan kegagalan, rasa sedih, dan jatuh. Hanya karena itulah semua akhirnya jadi kuat. Edwar Technology pun memerlukan hal tersebut dan Edwar Technology akan bangkit lebih kuat ke depannya. Jadi, jangan berkecil hati.
“Ini sebuah proses yang kita butuhkan untuk menjadi lebih baik. Kalau kita berhenti dulu, kita bisa menata kembali dengan lebih baik. Untuk karyawan yang harus berhenti dulu, terus terang ini keputusan yang paling berat. Ketika melihat seseorang pergi di hadapan kita dengan menundukkan kepalanya. Saya kira itu yang paling berat. Tapi sekali lagi, saya rasa ini perlu. Insya Allah tidak ada rezeki yang bisa diambil oleh orang lain dari kita. Jadi, kesempatan kali ini bisa kita gunakan. Yang tadinya merasa skillnya belum cukup, bisa diasah kembali. Bagi staf R&D, bisa meluangkan untuk membaca lebih banyak lagi, mengambil kelas, dan pergi sekolah untuk belajar lebih banyak lagi.
“Setelah waktu itu telah diberikan oleh Allah untuk menata apa yang kita kerjakan, saya kira kita bisa berkarya lebih besar. Bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk Indonesia dan terlebih lagi untuk kemanusiaan. Mudah-mudahanan niat baik itu yang bisa menguatkan kita.
“Kita harus berhenti tetapi insya Allah kita kembali dengan lebih kuat. Kembali membuat manfaat untuk kemanusiaan.
“Itu saja, terima kasih.
Wa billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum wr wb”



Di acara ramah tamah sekaligus pelepasan karyawan malam kemarin, Dr Warsito memberikan sebuah pidato sambutan. Karena gue iseng, akhirnya memutuskan untuk menulis langsung apa yang Dr Warsito bicarakan di pidato sambutannya tersebut. Selama menulis isi pidatonya, gue sadar dari apa yang beliau bicarakan, bahwa Dr Warsito memang adalah seorang pembesar yang visioner. Berikut apa yang disampaikannya:
“Merupakan suatu kebanggaan bagi kita bisa bertemu, walau mungkin dalam suasana yang tidak terlalu sempurna. Tapi, ini bagian bagaimana kita berkontribusi untuk dunia.
“Apa yang kita kerjakan benar-benar sesuatu yang luar biasa. Sesuatu yang selama ini dipandang tidak mungkin, menjadi mungkin. Dan kita lakukan itu semua di hadapan diri kita sendiri.
“Banyak orang belum percaya dengan hasil dari apa yang kita kerjakan. Hanya sebagian kecil saja yang percaya, dan mereka adalah orang-orang yang mendapat manfaat dari apa yang kita kerjakan.
“Kanker.
“Saya kira, kanker 5-10 tahun yang lalu tak ubahnya seperti pengumuman kematian yang diberitahukan lebih cepat. Tapi, kalau kita melihat apa yang telah kita lakukan, oleh CTech Edwar Technology, saya kira pekerjaan bisa diibaratkan seperti memberi sebuah “cahaya” kepada tempat yang sudah tidak ada cahayanya lagi.
“Sebagian besar orang belum memahami pentingnya apa yang kita kerjakan. Karenanya kita harus lebih bersabar agar makin banyak lagi orang memahami pentingnya apa yang kita kerjakan.
“Saya mengambil contoh Willy (seorang pasien kanker yang dinyatakan sembuh menggunakan ECCT, karyawan perusahaan), fenomenanya terjadi itu karena kehendak Allah SWT. Karena-Nya kita bisa bersama ada di sini. Hal tersebut telah direncanakan oleh Allah. Willy tidak seorang saja. Ada adiknya, tetangganya, tetangganya tetangga willy. Itu baru beberapa contoh orang saja, sesuatu yang tadinya tidak mungkin, menjadi mungkjn. Itulah arti penting atas karya kita.
“Karena apa yang kita kerjakan sesuatu yg luar biasa maka orang tidak mudah menerimanya. Kalau kita melihat Go-Jek misalkan, sama-sama ditutup izinnya, namun bisa dibuka kembali dalam sehari. Kusrin, karyanya dibakar, sampai kemudian diubah kembali kebijakannya hanya dalam seminggu.
“Apakah yang kita kerjakan tidak lebih layak dari Go-Jek dan Kusrin? Mengapa Menkes sampai detik ini juga belum mengeluarkan keputusan? Menteri tidak perlu datang ke kantor Go-Jek dan Kusrin untuk mengubah kebijakan. Tapi, untuk kasus kita, Menristek sampai dua kali berkunjung ke CTech Edwar Technology (apresiasi untuk Prof Nasir). Menurut saya pun Presiden Jokowi bukan tidak mengetahui apa yang kita kerjakan.
“Ada seorang analis dari Belanda. Dia mengirim email tentang pendekatan yang promising terkait kanker tiga hari yang lalu. Tiga pendekatan tersebut adalah novocure, satu lagi berbasis magnet (lupa), dan ECCT. Dia bilang, dari tiga teknologi dunia ini yang paling menjanjikan dan hasilnya paling efektif adalah ECCT. Kalau kita melihat Willy, memang sesuatu yang kita kerjakan ini riil. Lalu, mengapa kita untuk menolong orang ini rasanya sulit? Itu karena apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang tidak ada perbandingannya di tempat lain.
“Mungkin, kita sendiri kadang tidak yakin mengerjakannya, ‘kok Willy bisa sembuh ya. Orang yang tidak mengerti kanker itu tidak percaya. Membantu Willy itu dianggap kebanyakan orang seolah-olah membantu anak sakit yang kena flu.
“Tetapi kita bukanlah sebagaimana kebanyakan orang.
“Saya kira kalau ada beberapa orang yang juga mampu mengerjakan hal seperti ini, tidak akan banyak. Karena itu, kalian harus merasa bangga dengan apa yang kita kerjakan. Jangan berkecil hati dengan apa yang kita kerjakan itu akan berkurang pahalanya, selama Anda ikhlas mengerjakannya. Tidak perlu kita berkecil hati terkait berkurangnya rezeki kita. Karena, perihal rezeki, tidak ada pengaruhnya dengan apa yang orang lain kerjakan pada kita.
“Seberapa banyak kerja yang harus kita lakukan, mulai dari menyolder sirkuit, dari yang menganilisis hasil medis, menyiapkan makan siang, sampai bapak-bapak yang membantu saya menyiapkan kantor di Modernland tahun 2003.
“Kembali lagi, tidak ada yang perlu kita khawatirkan terhadap apapun juga, karena kita sudah memberikan semua daya dan upaya. Kalau hari ini kita harus berhenti, itu bukan karena kita belum mengeluarkan semua yang kita punya. Kita sudah all out, that’s what makes it counts! Yang namanya rezeki, itu tidak akan tertahan karena tindakan orang lain pada kita. Mungkin selama 3-4 tahun ini kita bisa bersama-sama dan mendapat rezeki. Tetapi kalau kita harus berhenti dulu, Allah tidak akan menahan rezeki kita masing-masing.
“Kemudian, apa yang kita kerjakan tidak akan terhapus oleh apapun dan siapapun. Dalam artian, kalau harus berhenti dulu hari ini, maka pahala itu tak akan berkurang, siapapun yang mengerjakan dan kapanpun dikerjakannya kalau mereka terinspirasi dari apa yang kita kerjakan.
“Kita bersedih karena harus berpisah terlebih dahulu. Tapi itu adalah bagian dari proses, proses untuk meraih yang lebih besar dari apa yang kita dapatkan sekarang. Karena kalau kita tidak pernah menghadapi masalah, kita tidak akan bisa naik ke level yang lebih tinggi.
“Saya melakukan riset sejak 1992 sudah 24 tahun. Sepengetahuan saya, tidak ada satu proses pun yang berlangsung tanpa adanya tantangan maupun cobaan. Saya pernah tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki makanan selama seminggu, kalau makan saat itu, ya numpang. “Gempuran” dimulai dari tahun 2011 dan 2012, saat itu kita bergeming. Tahun 2013 dan 2014 pun sama, kita bergeming. Untuk saat ini, kalau nanti kita bangkit lagi, saya kira kita akan bangkit dengan lebih kuat.
“Apalagi kalau mengingat sebagian besar kalian adalah anak-anak yang baru lulus kemarin. Saya kira kalau Anda semua langsung mencicipi keberhasilan, itu terlalu bagus. Nanti kemungkinan ke depannnya tidak akan menyelamatkan kalian (kalau belum pernah merasakan kegagalan). Jadi, kalian pun memerlukan kegagalan, rasa sedih, dan jatuh. Hanya karena itulah semua akhirnya jadi kuat. Edwar Technology pun memerlukan hal tersebut dan Edwar Technology akan bangkit lebih kuat ke depannya. Jadi, jangan berkecil hati.
“Ini sebuah proses yang kita butuhkan untuk menjadi lebih baik. Kalau kita berhenti dulu, kita bisa menata kembali dengan lebih baik. Untuk karyawan yang harus berhenti dulu, terus terang ini keputusan yang paling berat. Ketika melihat seseorang pergi di hadapan kita dengan menundukkan kepalanya. Saya kira itu yang paling berat. Tapi sekali lagi, saya rasa ini perlu. Insya Allah tidak ada rezeki yang bisa diambil oleh orang lain dari kita. Jadi, kesempatan kali ini bisa kita gunakan. Yang tadinya merasa skillnya belum cukup, bisa diasah kembali. Bagi staf R&D, bisa meluangkan untuk membaca lebih banyak lagi, mengambil kelas, dan pergi sekolah untuk belajar lebih banyak lagi.
“Setelah waktu itu telah diberikan oleh Allah untuk menata apa yang kita kerjakan, saya kira kita bisa berkarya lebih besar. Bukan hanya untuk perusahaan, tetapi juga untuk Indonesia dan terlebih lagi untuk kemanusiaan. Mudah-mudahanan niat baik itu yang bisa menguatkan kita.
“Kita harus berhenti tetapi insya Allah kita kembali dengan lebih kuat. Kembali membuat manfaat untuk kemanusiaan.
“Itu saja, terima kasih.
Wa billahi taufiq wal hidayah. Wassalamu’alaikum wr wb”



Spoiler for Pendapat TS gan:
Teknologi ini ngga main main gan, Dr warsito udah ngelakuin riset lama buat ngembangin teknologi ini. bahkan NASA pun mengakui karya nya di tahun 2004. Tetapi, Menristek berkata lain gan. Apa ngga ada tempat untuk "anak bangsa" berkembang di negeri ini?
“Farewell, Edwar Technology. It ends here today, but not before we made a point. It ends here today, but we will come back stronger.” – Dr Warsito
UPDATE GAN!

Spoiler for Warsito ke Luar Negeri, Kemenristekdikti Panik!:

VIVA.co.id - Penemu Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) untuk terapi kanker, Warsito Purwo Taruno, memilih untuk mengembangkan teknologi antikankernya di luar negeri, setelah di dalam negeri belum mendapatkan lampu hijau dari pemerintah. Dua kementerian yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi masih mengevaluasi teknologi temuan Warsito tersebut.
Warsito mengawali berbagi teknologi antikanker di mancanegara dalam pelatihan internasional ECCT. Dia memulainya dari Warsawa, Polandia. Pria berkacamata itu mengatakan, setelah memutuskan berkarya di luar negeri, ada perwakilan dari kementerian yang menghubunginya.
"Ada (yang menghubungi). Sepertinya panik juga, terutama kemenristekdikti. Tapi ya apa boleh buat," kata Warsito kepada VIVA.co.id, Rabu malam, 10 Februari 2016.
Dia berpandangan perlunya pemerintah segera mengeluarkan aturan untuk penelitian alat kesehatan dan aturan uji klinis. Aturan ini, kata dia, untuk jaminan perlindungan hukum bagi praktik uji klinik dan riset alat kesehatan di Indonesia.
"Tapi itu tidak ada di Indonesia. Selama aturan tak ada, setiap orang bisa klaim valid apa yang dilakukan oleh para peneliti. Sebaliknya pula, setiap orang bisa klaim tidak valid kalau tak suka," tuturnya.
Terkait produk perlindungan hukum, Warsito mengatakan menyerahkan kepada pemerintah apakah aturan itu berupa Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri.
"PP/Permen itu turunan dari amanah Pasal 38 UU No.36/2009 tentang penelitian alat kesehatan," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Warsito juga mengkritik sikap lamban pemerintah atas aturan penelitian alat kesehatan dan uji klinis terhadap manusia. Selama 7 tahun, aturan yang dimaksud itu belum dibuat oleh pemerintah, padahal penelitian dan riset klinis terhadap manusia bisa dianggap penting.
"Dan kita disalahkan karena tidak mengikuti standar aturan yang benar, sementara aturannya sudah 7 tahun tak dibuat," keluh Warsito.
Sebelumnya, Warsito mengumumkan misi pelatihan teknologi ECCT di luar negeri melalui akun Facebooknya. Keputusan itu diambil setelah dia mengaku bingung dengan nasib teknologi antikanker yang ia kembangkan di dalam negeri.
"Warsawa adalah kota kelahiran Marie Curie, fisikawan, penemu Polon dan Radon, satu-satunya wanita yang meraih Nobel dua kali, pionir radio terapi 100 tahun lebih yang lalu. Sekarang, kami memulai pelatihan ECCT internasional pertama untuk pengobatan kanker dari tempat pertama kali Curie Intitute of Oncology, Warsawa didirikan," tulis Warsito dalam akun Facebooknya.
Setelah menggelar pelatihan di Polandia, ilmu teknologi antikanker Warsito sudah ditunggu-tunggu di Kanada, AS, Australia, Singapura, Malaysia, Sri Lanka, Rusia, Dubai, Arab Saudi sampai India. (one)

https://ibrhm205.wordpress.com
Viva.co.id
Jangan lupa

Diubah oleh irkham17 12-02-2016 00:26
0
8.4K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan