- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Minyak Dunia Anjlok, Harga BBM Premium Harus Dijual Rp3.800/Liter
TS
matt.gaper
Minyak Dunia Anjlok, Harga BBM Premium Harus Dijual Rp3.800/Liter
Jakarta, HanTer - Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menilai, pemerintah sudah harus menurunkan kembali harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar di Indonesia. Pasalnya, komponen utama pemicu harga BBM, yaitu harga minyak dunia saat ini sudah berada dikisaran harga 30 dolar AS per barel.
Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, mengatakan, harga BBM jenis Premium seharusnya dijual di harga Rp3.800 per liter. Dengan komponen perhitungan, harga minyak dunia 80 persen, serta biaya produksi dan biaya distribusi sebesar 20 persen. Dia menjabarkan, 30 dolar AS per barel didapat 159 liter, dikalikan kurs Rp14 ribu per dolar AS.
"Dengan komponen harga minyak dunia 30 dolar AS per barel dan komponen perhitungan 80 persen, didapat harga premium sebesar Rp2.640 rupiah per liter. Jika ditambah pajak 10 persen dan pajak BBM 5 persen, total 15 persen, maka didapat Rp3.800 per liter harga premium," kata Ahmad kepada wartawan di Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Karena itu dia menegaskan, sudah saatnya pemerintah menurunkan kembali harga BBM. Sebab seluruh komponen perhitungan telah sesuai. Apalagi, syarat utama harga minyak dunia telah mencapai level 30 dolar AS per barel.
"Sudah saatnya, pemerintah menurunkan harga BBM kembali, melihat terus anjloknya harga minyak dunia," ujarnya.
Ahmad mengungkapkan, jika mengacu pada harga minyak dunia 30 dolar AS per barel, maka harga BBM kualitas Euro 4 per liter ada dikisaran Rp6 ribu sampai Rp6.500 per liternya.
Dia mendesak pemerintah segera melakukan penyesuaian kualitas. "Tidak menurunkan harga BBM, tapi kualitas harus dinaikkan. Sekarang momentnya," ucapnya.
Kondisi Pasar
Sementara itu Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengkritik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT. Pertamina (Persero) karena tak segera menyesuaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dengan kondisi pasar. Padahal tren harga minyak dunia terus merosot.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini Pertamina telah mengambil untung yang cukup besar dari penjualan BBM bersubsidi kepada masyarakat luas, baik jenis Premium maupun Solar. Sementara masyarakat, mau tak mau harus membayar sesuai dengan yang ditetapkan, karena BBM merupakan salah satu barang kebutuhan pokok.
"Masalah utama penjualan BBM yang lebih mahal ini karena Pertamina sendiri tidak pernah terbuka. Berapa cost-nya dan berapa untungnya. Jadi ini keterlaluan, Pertamina jual BBM di SPBU malah mahal, sementara yang dijual di perusahaan harga BBM-nya ada potensi untuk dijual lebih murah," kata Enny di Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Menurutnya, ketika harga minyak dunia anjlok, potensi kebocoran minyak di tengah jalan untuk dikirim ke luar juga kecil karena memang harganya sedang turun. Untuk solar sendiri saat ini tidak lagi disubsidi karena harganya terus turun. "Tapi kadang Pertamina dan pemerintah lambat melakukan penurunan ketika harga minyak dunia turun," sesal dia.
Berbeda jika harga minyak dunia naik, malah cepat merespon untuk segera naik. "Pemerintah dan Pertamina tidak tegas mengatur penurunan harga. Padahal kita sudah tidak lagi disubsidi. Apalagi minyak terus melorot di bawah 40 dolar AS per barel. Angka itu kan jadi patokan asumsi pemerintah, jika diatas 40 dolar AS, baru disubsidi," tukas Enny.
sumber
pasti panasbung tu yg pengen harga turun terus
Direktur Eksekutif KPBB Ahmad Safrudin, mengatakan, harga BBM jenis Premium seharusnya dijual di harga Rp3.800 per liter. Dengan komponen perhitungan, harga minyak dunia 80 persen, serta biaya produksi dan biaya distribusi sebesar 20 persen. Dia menjabarkan, 30 dolar AS per barel didapat 159 liter, dikalikan kurs Rp14 ribu per dolar AS.
"Dengan komponen harga minyak dunia 30 dolar AS per barel dan komponen perhitungan 80 persen, didapat harga premium sebesar Rp2.640 rupiah per liter. Jika ditambah pajak 10 persen dan pajak BBM 5 persen, total 15 persen, maka didapat Rp3.800 per liter harga premium," kata Ahmad kepada wartawan di Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Karena itu dia menegaskan, sudah saatnya pemerintah menurunkan kembali harga BBM. Sebab seluruh komponen perhitungan telah sesuai. Apalagi, syarat utama harga minyak dunia telah mencapai level 30 dolar AS per barel.
"Sudah saatnya, pemerintah menurunkan harga BBM kembali, melihat terus anjloknya harga minyak dunia," ujarnya.
Ahmad mengungkapkan, jika mengacu pada harga minyak dunia 30 dolar AS per barel, maka harga BBM kualitas Euro 4 per liter ada dikisaran Rp6 ribu sampai Rp6.500 per liternya.
Dia mendesak pemerintah segera melakukan penyesuaian kualitas. "Tidak menurunkan harga BBM, tapi kualitas harus dinaikkan. Sekarang momentnya," ucapnya.
Kondisi Pasar
Sementara itu Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengkritik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT. Pertamina (Persero) karena tak segera menyesuaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi dengan kondisi pasar. Padahal tren harga minyak dunia terus merosot.
Menurutnya, dalam kondisi seperti ini Pertamina telah mengambil untung yang cukup besar dari penjualan BBM bersubsidi kepada masyarakat luas, baik jenis Premium maupun Solar. Sementara masyarakat, mau tak mau harus membayar sesuai dengan yang ditetapkan, karena BBM merupakan salah satu barang kebutuhan pokok.
"Masalah utama penjualan BBM yang lebih mahal ini karena Pertamina sendiri tidak pernah terbuka. Berapa cost-nya dan berapa untungnya. Jadi ini keterlaluan, Pertamina jual BBM di SPBU malah mahal, sementara yang dijual di perusahaan harga BBM-nya ada potensi untuk dijual lebih murah," kata Enny di Jakarta, Rabu (20/1/2016).
Menurutnya, ketika harga minyak dunia anjlok, potensi kebocoran minyak di tengah jalan untuk dikirim ke luar juga kecil karena memang harganya sedang turun. Untuk solar sendiri saat ini tidak lagi disubsidi karena harganya terus turun. "Tapi kadang Pertamina dan pemerintah lambat melakukan penurunan ketika harga minyak dunia turun," sesal dia.
Berbeda jika harga minyak dunia naik, malah cepat merespon untuk segera naik. "Pemerintah dan Pertamina tidak tegas mengatur penurunan harga. Padahal kita sudah tidak lagi disubsidi. Apalagi minyak terus melorot di bawah 40 dolar AS per barel. Angka itu kan jadi patokan asumsi pemerintah, jika diatas 40 dolar AS, baru disubsidi," tukas Enny.
sumber
pasti panasbung tu yg pengen harga turun terus
0
2.2K
20
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan