- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Bursa Saham Amerika Jatuh Gara-Gara Harga Minyak Jatuh


TS
indonesianpeopl
Bursa Saham Amerika Jatuh Gara-Gara Harga Minyak Jatuh
Quote:
Bursa AS Jatuh Terseret Amblasnya Harga Minyak
Minggu, 17/01/2016 15:32 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepanikan dalam pasar keuangan pada 2016 terus bertambah menakutkan. Amblasnya harga minyak mentah dunia dan gejolak perekonomian China dinilai masih menjadi penyebab utama.
Seperti dikutip dari CNNMoney, indeks Dow Jones menjadi tumbal pelemahan harga minyak dunia setelah amblas 391 poin atau 2,39 persen pada perdagangan Jumat (15/1), menyebabkan indeks terpangkas hingga 1.437 poin hanya dalam dua minggu pertama tahun ini. Sementara indeks S&P 500 kehilangan anjlok 2,3 persen dan Nasdaq jatuh 2,7 persen ke level terendah sejak Oktober 2014.
Padahal, sebelumnya gelombang aksi jual saham dianggap telah mereda dan serangan kepanikan Wall Street berakhir. Pasalnya, Dow Jones Sempat melonjak 228 poin pada Kamis, yang merupakan hari terbaik sejak awal Desember.
"Sentimen ini didominasi oleh rasa takut. Menjelang akhir pekan yang panjang, orang-orang masih khawatir," kata Sam Stovall, direktur strategi ekuitas di S&P Capital IQ.
Pelemahan pasar saham pada Jumat dipicu oleh pelemahan lanjutan harga minyak mentah dan bursa China yang jatuh ke situasi yang lesu (bearish). Pasar saham AS juga terseret ke beberapa level yang menakutkan, dimana S&P 500 sempat menembus ke bawah tingkat terendah pada 24 Agustus 2015 sebelum akhirnya rebound.
“Ada kegilaan yang terburu-buru untuk keluar dari pasar saham. Terdapat satu arah dalam perdagangan ini dalam jangka pendek, yaitu level bawah," kata Peter Kenny, ahli strategi pasar independen dan pendiri Kenny's Commentary.
Bahkan Gedung Putih juga ikut mengamati adanya gejolak di pasar keuangan baru-baru ini. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan bahwa pejabat sedang mengamati secara seksama pergerakan pasar dan dampak potensialnya terhadap ekonomi AS.
Kejatuhan Harga Minyak Menghantui Wall Street
Harga saham telah terseret jatuh bersama dengan harga minyak mentah, yang anjlok 6 persen pada Jumat lalu ke level US$29,28 per barel. Level harga minyak termurah sejak akhir 2003.
Terjunnya harga minyak tersebut dipicu oleh tanda-tanda bahwa sanksi terhadap Iran bisa dicabut pada akhir pekan ini, dan menambah potensi banjir pasokan minyak.
Sementara itu, terjunnya harga minyak berdampak positif bagi banyak konsumen karena memangkas harga bahan bakar di SPBU, memiliki efek negatif untuk harga saham. Pertama, minyak murah bakal menghantam laba perusahaan-perusahaan energi yang telah menyusut. Harga saham yang amblas dalam indeks S&P 500 pada Jumat lalu kebanyakan berasal dari sektor energi, seperti saham Marathon Oil (MRO) dan Consol Energy (CNX) yang jatuh 10 persen atau lebih.
Kedua, amblasnya harga minyak menimbulkan kekhawatiran bahwa kinerja ekonomi bakal memburuk di tengah melemahnya permintaan. Pasalnya, permintaan minyak dipandang sebagai indikator pertumbuhan ekonomi yang kuat.
"Harga minyak butuh menjadi stabil. Tampaknya salah untuk menyimpulkan bahwa harga saham akan berbalik arah dan menguat saat harga minyak mentah melemah," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management. (gir)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160117135605-85-104823/bursa-as-jatuh-terseret-amblasnya-harga-minyak/
Minggu, 17/01/2016 15:32 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepanikan dalam pasar keuangan pada 2016 terus bertambah menakutkan. Amblasnya harga minyak mentah dunia dan gejolak perekonomian China dinilai masih menjadi penyebab utama.
Seperti dikutip dari CNNMoney, indeks Dow Jones menjadi tumbal pelemahan harga minyak dunia setelah amblas 391 poin atau 2,39 persen pada perdagangan Jumat (15/1), menyebabkan indeks terpangkas hingga 1.437 poin hanya dalam dua minggu pertama tahun ini. Sementara indeks S&P 500 kehilangan anjlok 2,3 persen dan Nasdaq jatuh 2,7 persen ke level terendah sejak Oktober 2014.
Padahal, sebelumnya gelombang aksi jual saham dianggap telah mereda dan serangan kepanikan Wall Street berakhir. Pasalnya, Dow Jones Sempat melonjak 228 poin pada Kamis, yang merupakan hari terbaik sejak awal Desember.
"Sentimen ini didominasi oleh rasa takut. Menjelang akhir pekan yang panjang, orang-orang masih khawatir," kata Sam Stovall, direktur strategi ekuitas di S&P Capital IQ.
Pelemahan pasar saham pada Jumat dipicu oleh pelemahan lanjutan harga minyak mentah dan bursa China yang jatuh ke situasi yang lesu (bearish). Pasar saham AS juga terseret ke beberapa level yang menakutkan, dimana S&P 500 sempat menembus ke bawah tingkat terendah pada 24 Agustus 2015 sebelum akhirnya rebound.
“Ada kegilaan yang terburu-buru untuk keluar dari pasar saham. Terdapat satu arah dalam perdagangan ini dalam jangka pendek, yaitu level bawah," kata Peter Kenny, ahli strategi pasar independen dan pendiri Kenny's Commentary.
Bahkan Gedung Putih juga ikut mengamati adanya gejolak di pasar keuangan baru-baru ini. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan bahwa pejabat sedang mengamati secara seksama pergerakan pasar dan dampak potensialnya terhadap ekonomi AS.
Kejatuhan Harga Minyak Menghantui Wall Street
Harga saham telah terseret jatuh bersama dengan harga minyak mentah, yang anjlok 6 persen pada Jumat lalu ke level US$29,28 per barel. Level harga minyak termurah sejak akhir 2003.
Terjunnya harga minyak tersebut dipicu oleh tanda-tanda bahwa sanksi terhadap Iran bisa dicabut pada akhir pekan ini, dan menambah potensi banjir pasokan minyak.
Sementara itu, terjunnya harga minyak berdampak positif bagi banyak konsumen karena memangkas harga bahan bakar di SPBU, memiliki efek negatif untuk harga saham. Pertama, minyak murah bakal menghantam laba perusahaan-perusahaan energi yang telah menyusut. Harga saham yang amblas dalam indeks S&P 500 pada Jumat lalu kebanyakan berasal dari sektor energi, seperti saham Marathon Oil (MRO) dan Consol Energy (CNX) yang jatuh 10 persen atau lebih.
Kedua, amblasnya harga minyak menimbulkan kekhawatiran bahwa kinerja ekonomi bakal memburuk di tengah melemahnya permintaan. Pasalnya, permintaan minyak dipandang sebagai indikator pertumbuhan ekonomi yang kuat.
"Harga minyak butuh menjadi stabil. Tampaknya salah untuk menyimpulkan bahwa harga saham akan berbalik arah dan menguat saat harga minyak mentah melemah," kata Terry Sandven, kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management. (gir)
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160117135605-85-104823/bursa-as-jatuh-terseret-amblasnya-harga-minyak/
Kasian banget Amerika ,Intel sama Apple belum sebulan aja dah jatuh 10%
Apalagi Indeksnya gak usah ditanya lagi
Dow Jones, Nasdaq, sama S&P500 belum sebulan jatuh 10% Terburuk sejak 2008
Semoga gak dampak ke Indonesia aja

0
1.3K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan