- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Reaksi Negara Barat ke Ekonomi Tiongkok Dianggap Berlebihan


TS
jiu.gui
Reaksi Negara Barat ke Ekonomi Tiongkok Dianggap Berlebihan
Perlambatan ekonomi Tiongkok memang menjadi ketakutan tersendiri bagi negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi fantastis.
Bagaimana tidak, hampir seluruh kebijakan Tiongkok selalu dibesar-besarkan, dan berpotensi memberikan dampak buruk bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan, negara-negara di Amerika Serikat (AS) maupun Eropa dianggap melakukan reaksi yang berlebihan ketika Tiongkok mengeluarkan suatu kebijakan.
Padahal, Negeri Tirai Bambu itu bukanlah satu-satunya negara yang memberikan efek buruk bagi ekonomi dunia.
"Banyak negara Barat terlalu khawatir. Kalau Tiongkok kenapa-kenapa itu ribut. Padahal, Jepang sudah menurunkan nilai mata uangnya sampai 40 persen. Tapi, tidak ada yang ribut. Jadi, tidak usah didengarkan," ujar Darmin, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu, 6 Januari 2016.
Bahkan, menurut Darmin, tidak sedikit publik membuat spekulasi sendiri terhadap kebijakan Tiongkok. Padahal, kebijakan tersebut belum tentu benar adanya.
Alhasil, ketidakpastian ini yang pada akhirnya memberikan sentimen negatif terhadap negara-negara maju maupun berkembang.
"Ada yang bilang, jangan-jangan Tiongkok mau devaluasi. Lho, kenapa jadi terlalu banyak ditebak. Maksud saya, Tiongkok memang tidak bisa dibilang baik. Tapi, memang baik-baik. Cuma melambat," kata dia.
Tak sampai di situ, mantan gubernur Bank Indonesia ini pun mengkritik pemberitaan yang dikeluarkan oleh media-media internasional, karena terlalu membesar-besarkan permasalahan ekonomi Tiongkok.
Sebab, awal mula sentimen negatif tersebut berasal dari aspek pemberitaan itu. "Saya melihat, pers internasional itu tidak fair. Kenapa? Tiongkok selalu dibesar-besarkan yang jelek-jeleknya," tuturnya.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/r...gap-berlebihan
Bagaimana tidak, hampir seluruh kebijakan Tiongkok selalu dibesar-besarkan, dan berpotensi memberikan dampak buruk bagi ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan, negara-negara di Amerika Serikat (AS) maupun Eropa dianggap melakukan reaksi yang berlebihan ketika Tiongkok mengeluarkan suatu kebijakan.
Padahal, Negeri Tirai Bambu itu bukanlah satu-satunya negara yang memberikan efek buruk bagi ekonomi dunia.
"Banyak negara Barat terlalu khawatir. Kalau Tiongkok kenapa-kenapa itu ribut. Padahal, Jepang sudah menurunkan nilai mata uangnya sampai 40 persen. Tapi, tidak ada yang ribut. Jadi, tidak usah didengarkan," ujar Darmin, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu, 6 Januari 2016.
Bahkan, menurut Darmin, tidak sedikit publik membuat spekulasi sendiri terhadap kebijakan Tiongkok. Padahal, kebijakan tersebut belum tentu benar adanya.
Alhasil, ketidakpastian ini yang pada akhirnya memberikan sentimen negatif terhadap negara-negara maju maupun berkembang.
"Ada yang bilang, jangan-jangan Tiongkok mau devaluasi. Lho, kenapa jadi terlalu banyak ditebak. Maksud saya, Tiongkok memang tidak bisa dibilang baik. Tapi, memang baik-baik. Cuma melambat," kata dia.
Tak sampai di situ, mantan gubernur Bank Indonesia ini pun mengkritik pemberitaan yang dikeluarkan oleh media-media internasional, karena terlalu membesar-besarkan permasalahan ekonomi Tiongkok.
Sebab, awal mula sentimen negatif tersebut berasal dari aspek pemberitaan itu. "Saya melihat, pers internasional itu tidak fair. Kenapa? Tiongkok selalu dibesar-besarkan yang jelek-jeleknya," tuturnya.
http://bisnis.news.viva.co.id/news/r...gap-berlebihan
0
1.1K
10


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan