
Merdeka.com - Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan pembangunan infrastruktur dalam upaya pengembangan Blok Masela, Maluku memakai konsultan internasional untuk memilih dua skenario yaitu darat dan laut. Konsultan ini nantinya akan memberikan rekomendasi profesional sebagai pertimbangan mengambil keputusan.
Adapun biaya pengembangan lapangan untuk membangun kilang di darat sebesar USD 19,3 miliar dan di laut USD 14,8 miliar.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi VII, Satya Yudha menilai apabila diputuskan untuk membangun kilang LNG di laut maka negara baru mendapatkan keuntungan pada 25 tahun ke depan.
"Kalau kita tidak tahu seakan-akan negara mendapatkan duit sebesar-sebesarnya, tapi sekitar 25 tahun bisa menikmati, masyarakat harus diedukasi total penerimaan negara," ujarnya saat acara 'Sindo Trijaya Polemik' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (2/1).
Menurutnya, pemerintah tidak dapat mengulur-ulur proyek pengeboran minyak dan gas bumi dan kilang LNG tersebut.
"Di tahun ini harus memberikan keputusan strategis, berguna bagi bangsa Indonesia ke depan, perdebatan pengembangan Blok Masela apakah cocok menggunakan apa tidak lepas beban yang ditanggung negara," jelas dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo baru akan memutuskan status proyek ini sepulang dari kunjungan kerja di Papua. Dalam rapat tersebut, belum diputuskan status proyek Blok Masela yang dioperasikan oleh Inpex Corporation. Seperti diketahui Inpex meminta perpanjangan kontrak di Blok Masela yang kontraknya berakhir pada 2028.
25 tahun negara baru untung klo dilaut, mending kilang darat, minimal kawasan sekitar udah berkembang secara ekonomi dan memberi keuntungan lebih awal ke masyarakat sekitar