- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Peringatan 11 Tahun Tsunami Aceh


TS
idheseven
Peringatan 11 Tahun Tsunami Aceh


Ada yang sama tapi kontennya cuma 1.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat sore pemirsa, kali ini hadir kembali bersama ane yang akan merangkum peristiwa dan berita yang menyangkut mengenang 11 tahun tsunami aceh. Perlu diketahui pemirsa, 11 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2015 waktu setempat telah terjadi bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu, marilah kita berdoa agar tidak ada kerusakan lagi di muke bumi ini yang disebabkan karna ulah manusia sendiri yang selalu menganggap baik apa yang mereka kerjakan. Marilah kita senantiasa berdoa agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, dan pada peringatan ini, marilah kita ambil hikmah daripada peristiwa tersebut.
Quote:
Quote:
Aceh Peringati 11 Tahun Tsunami
Quote:

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menggelar peringatan 11 tahun tsunami Aceh. Acara ini merupakan acara tahunan yang dilaksanakan oleh pemerintah Aceh.
"Ada nilai-nilai dari setiap kegiatan peringatan tsunami yang perlu kita sampaikan ke masyarakat, yakni seperti refleksi, apresiasi, mitigasi dan promosi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Reza Fahlevi dalam rilis, Jumat, 25 Desember 2015.
Acara ini diselenggarakan pada Sabtu, 26 Desember 2015. Acara dimulai dengan ziarah, kemudian dilanjutkan dengan zikir bersama di Ulee Lheue. Selain itu, akan dilakukan pembukaan upacara peringatan di Lampuuk, Aceh Besar.
Selain acara utama digelar pula beberapa kegiatan lainnya. Acara ini berupa seminar, penampilan seni, dan juga pameran fotografi. Acara ini didahului dengan pengimbaran bendera setengah tiang pada 25-27 Desember 2015.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Rahmadhani mengatakan dengan adanya acara ini dapat menjadi refleksi bagi masyarakat Aceh dan juga masyrakat Indonesia secara umum.
Acara ini bakal dihadiri Gubernur Aceh dan kepala daerah di Aceh. Ada pula pelajar dari Jakarta, mahasiswa, peneliti, dan dosen dari Jepang. Perwakilan dosen dari Jepang akan membawa pesan dari masyarakat Jepang dalam kertas kuning. Kertas ini berisi pesan untuk selalu berjuang menghadapi hari esok.
"Dengan semakin terbukanya Aceh, diharapkan bisa melihat secara langsung dan menjadi refleksi ke depannya," ujar Rahmadhani.
Setelah digoyang lindu 8,8 skala Richter pada 26 Desember 2004, pesisir Aceh dilanda tsunami dahsyat. Korban jiwa diperkirakan mencapai 200 ribu jiwa.
Quote:
Quote:
Peringatan Tsunami Aceh, Bendera Setengah Tiang Tiga Hari

Quote:
TEMPO.CO, Jakarta - Mulai hari ini hingga 27 Desember 2015, kantor pemerintah dan swasta di Provinsi Aceh diminta mengibarkan bendera setengah tiang. Hal ini untuk memperingati sebelas tahun bencana tsunami yang menewaskan sekitar 170 ribu warga Serambi Mekah.
"Para bupati dan wali kota diimbau untuk meneruskan imbauan ini kepada masyarakat dan jajaran di bawahnya,” kata Frans Delian, Kepala Biro Humas Pemerintah Sekretariat Daerah Aceh, kepada Tempo, Jumat, 25 Desember 2015.
Peringatan sebelas tahun tsunami Aceh, jatuh pada 26 Desember 2015. Menurut Frans, Pemerintah Provinsi Aceh menyelenggarakan sejumlah kegiatan menyambut sebelas tahun tsunami.
Kegiatan dipusatkan di Masjid Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar. “Ada doa bersama dan zikir, juga pameran foto, santunan untuk yatim tsunami, dan sejumlah kegiatan lain.”
Menurutnya, Gubenur Aceh juga mengimbau agar masyarakat di seluruh Aceh mengisi peringatan sebelas tahun tsunami dengan acara bernuansa islami, seperti tausiah, doa zikir di masjid-masjid, dayah, dan rumah ibadah lainnya.
Frans menambahkan, Jumat malam juga akan digelar doa bersama di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Pada Sabtu, 26 Desember, sebelum acara puncak di Masjid Lampuuk, juga akan ada kegiatan kunjungan ke kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheu.
Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, merupakan bencana dahsyat yang menelan banyak korban jiwa. Gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 meter ini menewaskan lebih dari 230 ribu orang di 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai
"Para bupati dan wali kota diimbau untuk meneruskan imbauan ini kepada masyarakat dan jajaran di bawahnya,” kata Frans Delian, Kepala Biro Humas Pemerintah Sekretariat Daerah Aceh, kepada Tempo, Jumat, 25 Desember 2015.
Peringatan sebelas tahun tsunami Aceh, jatuh pada 26 Desember 2015. Menurut Frans, Pemerintah Provinsi Aceh menyelenggarakan sejumlah kegiatan menyambut sebelas tahun tsunami.
Kegiatan dipusatkan di Masjid Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar. “Ada doa bersama dan zikir, juga pameran foto, santunan untuk yatim tsunami, dan sejumlah kegiatan lain.”
Menurutnya, Gubenur Aceh juga mengimbau agar masyarakat di seluruh Aceh mengisi peringatan sebelas tahun tsunami dengan acara bernuansa islami, seperti tausiah, doa zikir di masjid-masjid, dayah, dan rumah ibadah lainnya.
Frans menambahkan, Jumat malam juga akan digelar doa bersama di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Pada Sabtu, 26 Desember, sebelum acara puncak di Masjid Lampuuk, juga akan ada kegiatan kunjungan ke kuburan massal korban tsunami di Ulee Lheu.
Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004, merupakan bencana dahsyat yang menelan banyak korban jiwa. Gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 meter ini menewaskan lebih dari 230 ribu orang di 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai
Quote:
Quote:
11 Tahun Tsunami Aceh, Nelayan Dilarang Melaut
Quote:

Liputan6.com, Banda Aceh - Hari ini tepat 11 tahun, sejak bencana tsunami Aceh terjadi. Lebih dari 200 ribu jiwa terenggut kala bencana dahsyat itu terjadi pada 26 Desember 2004 lalu.
Kini pada peringatan 11 tahun ini, nelayan di seluruh Aceh kompak tak melaut. Ini merupakan kesepakatan bersama para nelayan yang dilakukan sejak Kamis malam 24 Desember 2015.
Wakil Sekjen Panglima Laot Aceh Miftah Cut Adek mengatakan, 26 Desember sudah diputuskan sebagai hari pantang melaut di Aceh, karena pada hari ini bertepatan dengan terjadinya tsunami Aceh.
"Sudah aturan kita mulai malam Jumat (Kamis malam) kemarin tidak melaut. Karena hari Jumat hingga berakhirnya hari peringatan tsunami pada 26 Desember yang merupakan hari tsunami," ujar Miftah di Banda Aceh, Aceh, Sabtu (26/12/2015).
Larangan melaut sudah diputuskan dalam rapat Panglima Laot (pemimpin lembaga adat laut) seluruh Aceh. Dan telah disampaikan kepada nelayan seluruh daerah.
"Nelayan baru diperbolehkan kembali melaut hari Sabtu sore nanti mulai pukul 18.00 WIB," ujar dia.
Hukuman
Bagi para nelayan yang mengabaikan aturan adat laut ini, akan dikenakan hukum adat laut. Yakni kapalnya akan ditahan paling sedikit 3 hari atau maksimal 7 hari. Sementara hasil tangkapannya bakal disita Lembaga Panglima Laot.
Selama tidak melaut, para nelayan diimbau untuk menggelar doa bersama di masjid-masjid maupun surau yang ada.
"Pada hari ini kita imbau untuk berdoa bersama masyarakat untuk para korban tsunami 11 tahun silam," tutur Miftah.
Para nelayan di kawasan Lampulo, Banda Aceh pagi tadi tampak menyandarkan kapalnya di kawasan Krueng Aceh, Lampulo. Untuk mengisi waktu, mereka memilih memperbaiki kapal dan perlengkapan melaut.
Quote:
Quote:
Peringatan tsunami Aceh digelar sederhana di Masjid Rahmatullah
Quote:

Merdeka.com - Puncak peringatan 11 tahun tragedi tsunami Aceh diselenggarakan secara sederhana di Masjid Rahmatullah, Lampuuk, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Sabtu (26/12). Peringatan diisi dengan zikir sejak tadi malam, tausiah dan juga berkunjung ke makam kuburan massal yang ada di Ulee Lheue, Banda Aceh maupun di Lhoknga, Aceh Besar.
Hadir pada puncak peringatan ini Gubernur Aceh, Zaini Abdullah dan sejumlah stakeholder lainnya. Acara peringatan di Masjid Rahmatullah dimulai sejak pukul 09.00 WIB setelah berziarah ke pemakaman massal korban tsunami.
Dalam sambutannya, Zaini Abdullah mengatakan sengaja menyelenggarakan acara peringatan di Masjid Rahmatullah, karena merupakan satu-satunya masjid yang selamat saat diterjang tsunami. Masjid Rahmatullah yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai itu hanya mengalami rusak ringan saat tsunami 2004 silam.
"Meskipun diselenggarakan dengan sederhana, tetapi cukup bermakna peringatan ini. Karena musibah tsunami merupakan teguran bagi kita semua," kata Zaini Abdullah di Lampuuk, Aceh Besar.
Dia mengatakan, sudah selayaknya semua pihak bisa memetik pelajaran sebagai landasan untuk membangun peradaban yang lebih baik ke depan. Salah satu pelajaran itu adalah perlunya mendorong agar masyarakat Aceh peduli dengan pengetahuan di bidang kebencanaan.
Aceh dan sejumlah wilayah lain di Indonesia terletak di kawasan yang rawan bencana. Hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia merupakan titik bertemunya tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik.
Lempeng ini kerap bergeser menumbuk lempeng lainnya sehingga berdampak pada terjadinya gempa bumi. Jika gempa bumi yang terjadi berkekuatan di atas 6 skala richter, maka berpotensi menghadirkan tsunami.
"Maka kita harus selalu waspada dan siap menghadapi bencana," katanya.
Sementara itu dosen Fakultas Dakwa Universitas Islam Negeri (UIN) Arraniry, Banda Aceh, Tgk Fachruddin memberikan tausiah singkat. Dalam tausiahnya, dia mengisahkan tentang perjuangan Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad SAW.
Dia juga menyindir soal pembangunan Aceh harus dimulai dari elite politik pemerintahan. Bila elite baik, maka Aceh akan baik dan masyarakat akan sejahtera. Sebab selama ini pola pikir elite yang harus diperbaiki, baik untuk membangun Aceh maupun Indonesia.
"Contohnya pola pikir elite itu masih berpikir seperti mengatur anggaran, masih berpikir apa untung untuk saya, bukan kesejahteraan rakyat, kita tidak akan maju," tukasnya.
Menurutnya, memperbaiki negeri ini harus dimulai dari elite nya terlebih dahulu. Tidak berpikir lebih mengutamakan kelompok sendiri atau tertentu.
"Kalau seperti ini tidak akan pernah maju, makanya perlu revolusi mental dari elite itu sendiri," tutupnya.
Quote:
Quote:
Ridwan Kamil dan Bima Arya, Dua Wali Kota yang Ikut Peringatan Tsunami di Aceh
Quote:

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil dan Wali Kota Bogor, Bima Arya ikut memperingati 11 tahun tsunami di Banda Aceh, Sabtu (26/12/2015).
Kedua wali kota yang masih muda itu dijadwalkan mengisi Seminar Nasional Pembangunan Berkelanjutan Dalam Rangka Peringatan Tsunami di Gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh pada pukul 09.00 WIB.
Selain keduanya, narasumber lain, yaitu Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, dan Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Dr Ir Samsul Rizal M.Eng.
"Ridwan Kamil sudah tiba di Aceh tadi sore (Jumat 25 Desember 2015 sore-red) dan Bima Arya tadi pukul 21.30 WIB," ujar Staf Humas Pemko Banda Aceh, Mahdi Andela kepada Serambinews.com (Tribunnews.com network).
Menurut Mahdi, berbagai rangkaian acara telah dipersiapkan memperingati 11 tahun tsunami Aceh. Rangkaian acara akan berlangsung dari pagi hingga malam.
Nama Ridwan Kamil tidak asing lagi bagi masyarakat Aceh. Karya fenomenalnya berupa Museum Tsunami berdiri megah di Kota Banda Aceh. Ribuan wisatawan domestik dan mancanegara yang datang ke Banda Aceh turut menginjakkan kakinya ke bangunan berbentuk kapal tersebut. Letaknya dekat lapangan Blang Padang cukup menarik perhatian pendatang. (*)
Quote:
Quote:
Memaknai 11 Tahun Tsunami Aceh
Quote:

KOMPAS.com - Hari ini genap 11 tahun setelah kejadian bencana yang menelan korban jiwa dengan jumlah terbesar sepanjang sejarah modern bangsa Indonesia, tsunami Aceh pada 26 Desember 2004.
Setiap tahun pula (walaupun tidak diperingati secara nasional) di beberapa daerah, khususnya di provinsi serambi Mekkah, kejadian tersebut diperingati untuk menjadi momentum meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi kejadian serupa di masa depan.
Seyogyanya, peringatan suatu kejadian bencana harus diisi dengan dua hal.
Pertama evaluasi mengenai hal-hal yang telah dilakukan dalam rekonstruksi paska bencana dan (yang terpenting) sejauh mana kondisi paska bencana tersebut lebih baik dalam konteks mitigasi bencana dibandingkan dengan kondisi sebelum bencana.
Yang kedua adalah bagaimana melanjutkan dan menyampaikan pembelajaran dari kejadian bencana tersebut kepada generasi selanjutnya.
Momentum Peningkatan Kesiapsiagaan
Jika melihat pembelajaran pada kejadian tsunami Jepang pada tahun 2011 lalu, kita tentu ingin tahu bagaimana warga Jepang mempersiapkan diri menghadapi bencana terutama tsunami.
Bagaimana bisa tsunami yang terhitung sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Jepang tersebut ‘hanya’ merenggut korban jiwa ~20,000 jiwa atau kurang dari 10% dari total korban jiwa akibat tsunami Aceh tahun 2004 yang mencapai ~250,000 jiwa?
Sejak tahun 1960, pemerintah Jepang menetapkan tanggal 1 September sebagai Hari Penanggulangan Bencana Nasional. Tanggal tersebut diambil dari waktu kejadian bencana gempa besar Tokyo tanggal 1 September 1923. Bencana itu menelan korban total 150,000 orang akibat gempa dan kebakaran yang menyusul sesudahnya.
Peristiwa itu merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah Jepang. Pemerintah Jepang menetapkan hari terjadinya bencana tersebut sebagai hari penanggulangan bencana nasional. Setiap tahun, peringatan diisi dengan latihan evakuasi bencana dan latihan personil dan peralatan dalam pelaksanaan tanggap darurat.
Kegiatan tersebut menjadi basis peningkatan kesiapsiagaan masyarakat secara keseluruhan. Murid dan mahasiswa di sekolah dan universitas melaksanakan pelatihan evakuasi, dan pemeriksaan peralatan kondisi darurat di sekolah dan universitas masing-masing.
Tidak hanya murid dan mahasiswa, keseluruhan guru, dosen dan pegawai ikut dalam pelatihan tersebut. Demikian juga di kantor-kantor, pabrik dan institusi lainnya.
Masing-masing melakukan pelatihan evakuasi dan pengecekan rutin peralatan tanggap darurat di lingkungan mereka masing-masing agar selalu dalam kondisi baik dan siap untuk digunakan kapan saja bencana datang.
Untuk masyarakat umum dan ibu rumah tangga, pemerintah kota melakukan simulasi evakuasi dan edukasi mengenai langkah-langkah tanggap darurat yang akan dilaksanakan jika terjadi bencana.
Meskipun jumlah peserta kegiatan tersebut berfluktuasi setiap tahunnya tetapi secara umum kegiatan yang dilaksanakan secara nasional dengan basis kegiatan di tingkat kota ini mampu secara bertahap meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
Yang terpenting, kegiatan bisa menjadi jembatan informasi lintas generasi mengenai bencana dan bagaimana mengurangi potensi dampaknya di masa depan.
Inisiatif Hari Tsunami Dunia
Beranjak dari pemahaman yang telah dilaksanakan bertahun-tahun di negeri sendiri, pemerintah Jepang paska tsunami tahun 2011 lalu merasa perlu untuk menyebarluaskan pembelajaran serupa untuk peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami di tingkat global.
Atas inisiatif Jepang dan didukung oleh lebih dari 140 negara, Sidang Umum Komite Kedua Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 5 Desember 2015 lalu menetapkan tanggal 5 November sebagai Hari Kesiapsiagaan Tsunami Dunia.
Lalu kenapa tanggap 5 November? Kenapa bukan tanggal 11 Maret yang merupakan tanggal terjadinya tsunami besar Jepang tahun 2011 lalu?
Pada tanggal 5 November 1854, Prefektur Wakayama sekitar 400 km sebelah Barat Tokyo dihantam tsunami yang dibangkitkan oleh gempa dengan kekuatan ~M8.4 berpusat di lepas pantai prefektur tersebut.
Gempa besar itu diikuti oleh tsunami dan kebakaran hebat yang merusak dan menghancurkan paling tidak 65,000 bangunan dan menimbulkan korban jiwa sedikitnya 30,000 orang.
Akan tetapi, ada satu aksi yang sangat heroik pada saat bencana besar terjadi yang sampai saat ini dikenal dengan kisah ‘Inamura no hi’.
Aksi tersebut adalah upaya dari seorang warga desa di Kota Hirogawa bernama Goryo Hamaguchi yang kebetulan sedang berada di atas bukit di dekat gudang penyimpanan beras desa pada saat tsunami terlihat mendekati pantai.
Hamaguchi berpikir bahwa gelombang yang sangat besar tersebut pasti akan membawa bencana besar di desa yang terletak di pesisir pantai, sehingga Hamaguchi harus secepat mungkin memberitahu dan mengevakuasi warga desa ke dataran yang lebih tinggi.
Hamaguchi pada saat yang sangat genting tersebut mengambil keputusan yang mungkin sama sekali tidak terpikirkan sebelumnya; dia membakar gudang-gudang penyimpanan beras di atas bukit dan dengan seketika api yang sangat besar menyala-nyala dengan asap tebal membubung ke angkasa.
Warga desa yang baru saja merasakan gempa begitu melihat gudang penyimpanan beras terbakar langsung berhamburan lari ke atas bukit untuk memadamkan api.
Hampir semua masyarakat berlarian ke atas bukit untuk bersama-sama membantu upaya pemadaman api yang membakar gudang beras mereka.
Pada saat masyarakat sampai diatas bukit, Hamaguchi mengatakan bahwa dia sengaja membakar gudang penyimpanan beras tersebut sebagai upaya agar masyarakat segera evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Tidak beberapa lama kemudian masyarakat desa melihat gelombang tsunami meluluhlantakkan desa mereka dari perbukitan.
Hamaguchi yang berhasil menyelamatkan hampir seluruh penduduk desa kemudian dengan kesadaran dan menggunakan uangnya sendiri membangun tanggul penahan gelombang di sepanjang pantai desa. Tanggul itu kemudian berguna untuk membantu mengurangi dampak tsunami yang kembali menghantam desa tersebut pada tahun 1946 atau 92 tahun setelahnya.
Sampai saat ini, di Kota Hirogawa selalu dilakukan festival tsunami untuk memperingati kepahlawanan Hamaguchi dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi tsunami.
Cerita evakuasi yang berhasil dan kepahlawanan seorang Hamaguchi inilah yang kemudian dijadikan teladan untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami di seluruh Jepang dan diharapkan dapat menjadi teladan dalam membangun kewaspadaan di tingkat global.
26 Desember untuk Indonesia
Jika Jepang punya ‘Inamura no hi’ Indonesia juga memiliki cerita sukses evakuasi tsunami yang berakar pada pengetahuan yang diturunkan lintas generasi yakni smong.
Meskipun berada pada lokasi yang sangat dekat dengan pusat gempa dan dihantam tsunami dalam waktu kurang dari setengah jam, hanya 6 orang yang tewas di Pulau Simelue dari total sekitar 8,000 orang penduduk yang sebenarnya berpotensi terkena dampak tsunami.
Oleh karenanya tentu juga tidak berlebihan jika 26 Desember ditetapkan sebagai hari kesiapsiagaan bencana/tsunami nasional. Tentunya bukan sekedar untuk seremoni tetapi untuk dimaknai esensinya dalam menyampaikan pesan kesiapsiagaan untuk generasi sekarang dan masa depan.
* Pakar tsunami Kementerian Kelautan dan Perikanan
Chairman Tsunami Working Group, Sentinel Asia.
Sekian berita yang dapat ane sampaikan. Sekali lagi, marilah kita ambil hikmah dari peristiwa tersebut agar menjadikan kita senantiasa bertaubat dan mengingatNya sepanjang siang dan malam. Kesalahan yang ada biarlah dimaafkan oleh Yang Maha Pemaaf. Terimakasih. Selamat sore dan selamat melanjutkan aktivitas agan.
Turut Memperingati




Wassalamu'alaikum Warhamatullahi Wabarakatuh
Sumber : *Tertera
Diubah oleh idheseven 27-12-2015 09:54
0
2.4K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan