

TS
rossetchlo
Perempuan Inspiratif itu: bisa Berkontribusi pada Negeri Tercinta

This Is


Quote:
Dalam rangka memperingati hari Ibu atau Woman Day bertepatan tanggal 22 Desember 2015, saya mencoba membuat kisah inspiratif untuk sista-sista semuanya ya 
Jika saya mulai kisah kali ini dengan melontarkan pertanyaan : "sudahkah Sista bersyukur bisa menempuh pendidikan hingga jenjang sarjana?", barangkali jawabannya amatlah klise. Saya pun akan menjawab "Ya, sudah," atau mungkin sebagian orang tidak terlalu peduli dengan pertanyaan tersebut. Tetapi jika saya ganti pertanyaan tersebut dengan "Suatu hari ilmu yang kita miliki ini akan dipertanggungjawabkan, apa kamu sudah punya jawaban terbaik untuk itu?", saya yakin kita perlu merenung untuk menjawabnya.
Adalah Ineke Amandha Sari, seorang perempuan yang merasa beruntung memiliki kesempatan menempuh pendidikan hingga jenjang S1 di sebuah universitas negeri di Malang, Jawa Timur. Selama proses perjalanan menempuh pendidikan, Ineke berulang kali menemui kisah orang-orang dengan kondisi bertolak belakang dengannya. Mereka perlu bekerja keras untuk dapat bersekolah, hingga akhirnya sebuah pertanyaan reflektif menyentil Ineke dan memberikan sebuah gairah baru dalam dirinya: saya ingin mendaftar menjadi Pengajar Muda!
Pengajar Muda adalah sebuah sebutan untuk para guru yang tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama satu tahun. Diinisiasi oleh sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar, para Pengajar Muda yang diseleksi ketat ini akan berbagi ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat setempat yang umumnya berada di pedesaan. Segala fasilitas dan kemewahan kota mereka tinggalkan untuk mendedikasikan diri dan memberi motivasi bagi anak-anak dan masyarakat setempat.
Kisah suka-duka, serunya menjadi Pengajar Muda, naik sampan ke sekolah hingga pengalaman hidup yang didapatkan, dituturkan oleh Ineke melalui Kisah di bawah ini ya Sista


Jika saya mulai kisah kali ini dengan melontarkan pertanyaan : "sudahkah Sista bersyukur bisa menempuh pendidikan hingga jenjang sarjana?", barangkali jawabannya amatlah klise. Saya pun akan menjawab "Ya, sudah," atau mungkin sebagian orang tidak terlalu peduli dengan pertanyaan tersebut. Tetapi jika saya ganti pertanyaan tersebut dengan "Suatu hari ilmu yang kita miliki ini akan dipertanggungjawabkan, apa kamu sudah punya jawaban terbaik untuk itu?", saya yakin kita perlu merenung untuk menjawabnya.
Adalah Ineke Amandha Sari, seorang perempuan yang merasa beruntung memiliki kesempatan menempuh pendidikan hingga jenjang S1 di sebuah universitas negeri di Malang, Jawa Timur. Selama proses perjalanan menempuh pendidikan, Ineke berulang kali menemui kisah orang-orang dengan kondisi bertolak belakang dengannya. Mereka perlu bekerja keras untuk dapat bersekolah, hingga akhirnya sebuah pertanyaan reflektif menyentil Ineke dan memberikan sebuah gairah baru dalam dirinya: saya ingin mendaftar menjadi Pengajar Muda!
Pengajar Muda adalah sebuah sebutan untuk para guru yang tinggal, hidup dan belajar dari masyarakat setempat selama satu tahun. Diinisiasi oleh sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar, para Pengajar Muda yang diseleksi ketat ini akan berbagi ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat setempat yang umumnya berada di pedesaan. Segala fasilitas dan kemewahan kota mereka tinggalkan untuk mendedikasikan diri dan memberi motivasi bagi anak-anak dan masyarakat setempat.
Kisah suka-duka, serunya menjadi Pengajar Muda, naik sampan ke sekolah hingga pengalaman hidup yang didapatkan, dituturkan oleh Ineke melalui Kisah di bawah ini ya Sista

Quote:


Quote:
Quote:
Beliau mendaftar dua kali untuk menjadi pengajar muda. Tahun 2012, beliau hanya sampai tahap kedua. Seleksi Indonesia Mengajar sendiri ada tiga tahapan, yaitu seleksi berkas, direct assesment, dan medical check up. Pengumuman kelolosan pada setiap tahapan diumumkan melalui email yang biasanya kami menyebutnya adalah surat cinta. Beliau ingat betul membaca surat penolakan cinta tersebut sore hari di perpustakaan kampus. Beliau menangis sekaligus merasa kembali bersemangat atas kata-kata semangat dalam email tersebut. Email tersebut adalah surat penolakan termanis yang beliau baca. Hinga akhirnya tahun 2013 beliau kembali mendaftar. Nah untuk mendaftar kali ini beliau jauh-jauh hari berbicara kepada ibunya untuk ikut Indonesia Mengajar, karena ternyata sebelumnya ibu beliau tidak terlalu merestui jika beliau menjadi pengajar muda. Strategi pendekatan kepada ibunya diubah, beliau menjelaskan lebih detail mengenai kegiatan Indonesia mengajar, daerah-daerah tujuannya, dan tentang niat beliau membagi ilmu untuk anak-anak disana.
Pada suatu pagi beliau membaca sebuah e-mail yang membuat hatinya berbunga-bunga. Alhamdulillah beliau diterima sebagai pengajar muda. Saat itu kondisinya sedang menjadi asisten dosen psikologi perkembangan. Berhubung beliau sangat tertarik pada psikologi perkembangan (dan bersyukur sekali jika bisa jadi dosen), maka setelah lulus kuliah beliau berkonsentrasi belajar mengajar di kampus. Namun panggilan untuk mengajar anak-anak tersebut, menggerakkan hatinya untuk menuju kesana. Bertemu dengan anak-anak yang beliau belum tahu dimana dia akan ditempatkan. Hingga pada bulan juni tahun 2015, beliau dipertemukan dengan anak-anak tepi sungai Lalan, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Quote:
Quote:
Daerah penempatan Ibu Ineke merupakan daerah perairan. Masyarakat tinggal di rumah panggung di tepi sungai Lalan (anak Sungai Musi). Kegiatan mandi dan mencuci dilakukan sepenuhnya menggunakan air sungai yang warna airnya berganti-ganti sesuai musim, sedangkan untuk memasak menggunakan air hujan. Sekitar dua bulan awal di penempatan badan saya gatal-gatal setelah mandi pakai air sungai, namun setelahnya bahagia karena bisa mandi.
Kondisi listrik disana hanya menyala pada pukul 17.30 – 06.30 jika lancar, namun realitanya dalam seminggu kadang listrik hanya menyala dua kali. Wilayah penempatan saya bisa dicapai dengan menggunakan speed boat dari Palembang dengan waktu tempuh 4-5 jam dan dalam satu hari hanya ada satu jadwal PP. Segala macam urusan perkantoran paling dekat di Palembang (kantor pos, bank, Rumah Sakit).
Anak-anak di penempatan hampir semua bisa berenang. Kalau mandi, mereka tinggal nyebur ke sungai atau mandi di jeramba (semacam papan yang diatur untuk memudahkan urusan di tepi sungai). Bagi anak-anak yang tinggal di sabrang, maka mereka ke sekolah menggunakan sampan yang dikayuh sendiri. Ada juga anak-anak yang lokasi rumahnya di area kebun sawit (wilayah ini agak masuk dari tepi sungai) dan perlu berjalan cukup jauh untuk mencapai sekolah. Nah pe-er banget adalah saat musim hujan, maka jalan akan becek dan banjir sedangkan dari sabrang jelas mereka tidak bisa bersampan, hal itulah yang membuat bakal banyak yang absen saat musim hujan.

Quote:
Quote:
Anak-anak merupakan makhluk yang luar biasa kritis, begitu pun siswa-siswa Ibu Ineke. Mereka anak-anak cerdas yang memiliki bakat masing-masing. Mereka sering sekali bertanya hal-hal out of the box, semisal : “ Bu, kenapa ada planet selain bumi?", "Bu, pas zaman nabi adam dulu siapa yang menikahkan?", "Bu, pelangi itu ujungnya dimana?", "Bu, kenapa pak polisi hanya diam saja kalau ada sabung ayam, padahal kan dosa?”. Nah karena kebetulan Beliau adalah wali kelas, maka Ibu Ineke bisa berinteraksi dan mengenal siswa-siswa saya dengan intens. Mereka paling suka main tebak-tebakan saat akan pulang sekolah dan ini yang bikin jam pulang mundur, karena setelah menebak biasanya mereka kembali ke bangkunya dan minta pertanyaan lagi.
Masa setahun Ibu Ineke disana itu setiap harinya berpelangi. Anak-anak selalu punya cara untuk membuat hati orang dewasa meleleh. Ada dua hal yang membuat sampai detik ini Beliau tetap rindu ke mereka.

Kemudian tanpa ada setting, tibalah waktu semua siswa masuk. Ibu Ineke senangnya luar biasa dan momen ini hanya terjadi satu kali selama beliau bertugas. Hal kedua adalah saat Ibu Ineke ulang tahun. Saat itu beliau baru bertugas di kabupaten, sehingga tidak berjumpa dengan mereka selama beberapa hari. Lalu hari itu saat Ibu Ineke masuk kelas, semua anak sudah duduk di bangku masing-masing dengan tenang (dalam hati saya bilang, tumben-tumben mereka rapi begini). Seperti biasa ketua kelas kemudian menyiapkan kelas untuk memberi salam kepada saya, lalu dia bilang “ Ibu, kami ada sesuatu buat Ibu”, kemudian terdengarlah lagu selamat ulang tahun dari mereka dengan wajah yang sumringah. Suasana yang mereka ciptakan benar-benar membuat saya bersyukur terharu karena bertemu dengan mereka.



Quote:
Kalau diberi pertanyaan mengapa mau melakukan ini? Jawabannya adalah karena Ibu Ineke punya kewajiban berkontribusi pada negeri ini. Salah satu caranya dengan menjadi pengajar muda ini, anggap saja ini adalah iuran kecil beliau bagi pendidikan di Indonesia. Tidak banyak yang bisa beliau lakukan, namun jika setiap orang bisa memberikan aksi nyata bagi negerinya, maka suatu saat cita-cita mulia bangsa ini bisa tercapai.


Quote:
Jika punya keinginan untuk mengajar di daerah terpencil maka lakukanlah!
Quote:
Ini tips dari Ibu Ineke untuk Sista yang ingin menjadi Pengajar Muda:

a. Hal yang perlu dilakukan adalah bertanya kepada diri sendiri mengenai niat kesana (jika niat kuat, maka ini akan menjadi landasan untuk menjalankan tugas dimanapun kita berada).

b. Izin dari orang tua

Biasanya izin inilah yang susah-susah gampang didapatkannya. Tugas kita sih mencari informasi selengkap mungkin mengenai program (include waktu penugasan, gambaran daerah, dsb) dan hal ini lah yang akan kita jelaskan kepada orang tua. Beberapa orang tua biasanya tidak memberikan izin karena mereka belum paham mengenai gambaran kegiatan secara lengkap, namun hanya mendengar bahaya-bahaya yang mungkin terjadi di darah-daerah terpencil, nah tugas kita lah menyampaikan informasi secara lengkap mengenai kegiatan tersebut. Hal ini setidaknya akan meningkatkan kepercayaan orang tua kepada kita sehingga mereka mengizinkan kita bertugas di daerah terpencil.
Quote:

Quote:

Quote:



Diubah oleh rossetchlo 21-12-2015 14:16
0
1.6K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan