Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
dr. Ani Fitriani: "Puluhan Aksi Semuanya Menyentuh Langsung Korban"
dr. Ani Fitriani: "Puluhan Aksi Semuanya Menyentuh Langsung Korban"

PALANGKARAYA – Lebih tiga bulan lamanya wilayah Kalimantan dan Sumatera terpapar bencana asap. Tahun 2015 ini menjadi tahun ke-19 kedua pulau ini mengalami bencana asap, dan menjadi yang terburuk serta terlama dibanding tahun-tahun sebelumnya. Akibatnya korban asap yang terpapar penyakit saluran pernafasan atas/ISPA pun menjadi lebih banyak.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) saat awal terjadi musibah asap, dengan cepat mengirimkan Tim Emergensi ke beberapa lokasi bencana di Sumatera dan Kalimantan. Bahu-membahu bersama relawan lokal tim melakukan usaha pemadaman dan aksi-aksi kemanusiaan lainnnya untuk membantu korban asap. Aksi seperti pemadaman, penggalian sumur bor untuk suplai air, pelayanan kesehatan (yankes) dengan memberikan obat-obatan serta nutrisi, pembagian sembako distribusi air bersih dan aksi kemanusiaan menjadi menu utama tim dalam merespon bencana ini.

Khusus layanan kesehatan, di beberapa titik bencana, implementasi terus dilakukan saat dan pasca kabut asap berlangsung. Aksi ini melibatkan sinergi antara relawan kesehatan/ medis lokal dengan tim emergensi asap. Salah seorang relawan medis itu adalah dr. Ani Fitriani (33), yang kesehariannya berpraktik di RS Muhammadiyah Palangkaraya. Dokter muda ini memimpin 2 dokter, 2 perawat dan 2 apoteker, dalam aksi layanan kesehatan yang digelar ACT di beberapa tempat di Kalimantan Tengah. “Ada puluhan kali aksi yang kami gelar bersama mitra-mitra ACT,” tutur Ani.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universtas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin ini mengungkapkan, dalam aksinya tim selalu memprioritaskan daerah dan masyarakat korban yang memang paling menderita akibat bencana asap. “Ini agar layanan kami tepat sasaran. Daerah paling terdampak, miskin dan terpencil menjadi proritas kami dalam menjalankan aksi,” jelas alumnus SMA 1 Tenggarong.

Skema Aksi ACT yang selalu memprioritaskan dan menyentuh korban yang paling terdampak membuat Ani terkesan. Ia mengaku bangga dapat bergabung dengan ACT selama beberapa bulan layanan kesehatan, yang tak pernah berhenti berkeliling ke berbagai titik. “ACT benar-benar menyentuh langsung korban terdampak. Kami temukan korban menderita ISPA, asma, batuk-batuk dan gangguan pada paru-parunya akibat asap,” terang penggemat traveling asal Banjarmasin ini.

Keterlibatannya pada aksi-aksi kemanusiaan ACT mengingatkan aktivitasnya semasa kuliah. Ani bersama rekan-rekan kampusnya aktif memberikan bantuan medis, pengobatan gratis, sunatan masal, dan aktivitas medis lainnya. Dulu, saat menghadapi bencana asap ia dan koleganya ikut merasakan dampaknya. “Dulu masker selalu menempel di mulut, dan beberapa kali harus ganti karena asap pekat membuat masker menjadi kuning,” kenangnya.

Bencana asap memang menjadi bencana tahunan namun bencana asap tahun ini merupakan bencana asap terparah dan terlama. Ani melihat penanganan kebakaran hutan yang berakibat bencana asap memang tak sederhana dalam penanganannya. “Pemerintah bersama semua elemen lokal perlu melakukan edukasi menyadarkan masyarakat agar tidak melakukan kebiasaan membuka lahan perkebunan dengan cara membakar,” tegasnya.

Merespon keberadaan BPJS untuk membantu korban asap, Ani memberi catatan tersendiri “Ada baiknya Pemerintah segera memperbaiki sistem BPJS yang memang cukup rumit administrasinya di mata masyarakat itu. Selama aksi layanan korban asap ini kami sering menemukan para pasien (korban asap) yang tak mau menggunakan BPJS, karena mereka merasakan prosesnya ribet,” pungkas dokter muda ini. [] (mhjr)
Ayo Berpartisipasi

Express Donation


0
1.7K
12
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan