- ARTI IELTS DAN TOEFL - BUKAN UJIAN BIASA

Posting ini saya tujukan untuk merespon beberapa posting senada

dade: can you tell me tips for learning english in easy way?
j4ck3v3r: gan mau tanya cara mudah belajar bahasa inggris gmna ya...?
plesdis: I got bad mark at basic grammar (again) - what is your strategy to learn grammar?
stenfield: i can't speak english well, darn it but i need it! what am i suppose to do?


Poin pertama: Dalam mempelajari bahasa Inggris, terkadang orang memiliki tujuan yang berbeda, namun menganggapnya sebagai suatu hal yang sama. Dalam hal ini, kita membahas dari sisi pelajar bahasa mandiri. Sedikit analoginya adalah seperti ini, tidak semua individu yang bersekolah di sekolah bisnis akan menjadi pebisnis yang andal/sukses. Begitu pula, tidak semua pebisnis andal/sukses memahami benar materi-materi yang disampaikan di sekolah bisnis. Dan kita pun jamak mengenal istilah akademisi dan praktisi.

Begitu pula halnya dengan bahasa Inggris. Tidak semua orang yang bisa berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan 'lancar jaya' menjamin bahwa kemampuan listening dan writing nya ada pada tingkat baik. Dengan demikian, yang utama anda tentukan sebagai target jangka pendek program pembelajaran bahasa Inggris anda adalah: Mau saya gunakan untuk apa ilmu bahasa Inggris ini? Jawabannya akan sangat bervariasi: Apakah untuk persyaratan ke luar negeri? Apakah untuk persyaratan promosi di tempat kerja? Apakah untuk memudahkan interaksi dengan lawan bisnis? Apakah untuk bisa memandu wisatawan asing keliling Indonesia? Apakah untuk berkiprah di ranah IT? Apakah untuk mengumpulkan sertifikat-sertifikat dari tempat kursus? Apakah sebagai nilai lebih dalam menunjang karir saya sebagai Call Center Officer? Apakah sebagai nilai lebih dari kiprah saya sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum semester 1? Apakah agar saya dapat mampu mengikuti buku teks pengeboran minyak dari dosen saya yang isinya Inggris melulu? Apakah agar saya paham bagian-bagian dari dalam tubuh manusia yang ada di kamus-kamus kedokteran?

Dari sekian banyak kemungkinan jawaban yang ada, barulah kemudian dilakukan analisis secara lebih mendetil, mana dari ke-empat kemampuan bahasa Listening, Reading, Speaking, dan Writing yang anda butuhkan? Langkah selanjutnya setelah itu adalah mencari materi belajar mandiri yang sesuai dengan apa yang anda tuju. Tentu ini tak lepas dengan pembentukan silabus atau susunan materi pembelajaran. Diikuti dengan penetapan komitmen dan alokasi waktu belajar yang proporsional dengan target yang ingin dicapai. Katakanlah anda ingin mahir sebagai pengacara dengan status 'bilingual lawyer', apakah cukup dengan hanya menetapkan waktu belajar satu jam sehari selama satu tahun?

Apabila anda tidak bisa melakukan hal tersebut, disinilah anda membutuhkan jasa Guru Bahasa Inggris. Bukan guru-guru yang ada di sekolah, universitas, atau tempat kursus itu lho. Setiap orang bisa menjadi guru untuk dirinya sendiri, dengan mengubah persepsi pola pikir instan dan lebih menumbuhkan kemauan untuk melakukan tindakan nyata.

Poin kedua: yang perlu kita sadari juga adalah karakteristik dari ilmu bahasa itu sendiri. Dalam ilmu bahasa, 'konteks' memegang peranan yang luar biasa penting. Catat bahwa, tidak semua orang beruntung mendapatkan terpaan jam baca, jam tonton, jam dengar, jam tulis, dan jam praktek yang sama. Tidak semua orang tumbuh kembang dengan budaya membaca yang sama. Ada orang-orang tertentu, yang tumbuh kembang dipandu oleh orang tuanya ataupun tidak, hingga ia memiliki kebiasaan membaca/menonton/menulis/mendengar yang baik. Dalam bahasa Indonesia. Keadaan semacam ini sudah menjadi modal awal - untuk si individu yang seperti itu - untuk lebih tanggap dalam kognitif memproses penyampaian ilmu bahasa. Individu yang termasuk kategori ini, dalam upayanya untuk menyerap suatu ilmu bahasa baru, akan relatif cepat, bila dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Hal tersebut masih ditambah lagi dengan faktor terpaan. Praktisnya mungkin begini, apabila anda lebih banyak 'bertumbuh' dengan musik-musik berbahasa Inggris, atau mengapresiasi film-film berbahasa Inggris lebih daripada film berbahasa Indonesia, ada indikasi bahwa cukup besar faktor terpaan yang anda alami. Dan berlaku yang sebaliknya. Faktor pertumbuhan minat baca yang terjadi ketika seseorang masih mungil (orangtua dan lingkungan berperan) ditambah dengan faktor terpaan yang terjadi ketika seseorang mulai beranjak dewasa (preferensi pribadi dan pergaulan berperan) adalah dua faktor yang dapat menentukan daya serap ilmu bahasa seseorang.

Poin ketiga: Grammar (tata bahasa) dan pembelajarannya. Kaidah-kaidah bahasa bersifat fleksibel dalam artian pilihan penggunaan bisa sangat bervariasi. Tak ayal, sesuatu yang kadang kaku kadang juga cukup banyak pengecualiannya ini dijustifikasi sebagai alasan sulitnya ia untuk dipelajari. Namun perlu diingat bahwa, dalam mempelajari bahasa Inggris harus disesuaikan dengan umur/usia. Maksudnya bagaimana? Ketika kita masih muda usia/belia, pembelajaran bisa diintegrasikan dengan menggunakan medium permainan atau medium perantara lain. Mengapa demikian? Karena di usia anak didik yang masih muda, para pengajar lebih mengkhawatirkan antusiasme dari si peserta didik. Untuk menjaga antusiasme tersebut, dilakukanlah berbagai macam variasi pengajaran, yang masih tetap berujung pada 'keterbiasaan pemakaian' dan bukan pada 'pemahaman kaidah dan terminologi.'

Bagi peserta usia dewasa, yang notabene sudah tidak lagi mengenal kata bosan dalam belajar (lho iya harus rajin kan belajar atas kemauan sendiri untuk mencapai suksesnya sendiri), pembelajaran tata bahasa hendaknya melibatkan:
1. Penyampaian Istilah, Kaidah, dan Konteks Penggunaan
2. Penyampaian contoh-contoh penggunaan (sekitar 20 hingga 30 contoh untuk tiap item grammar yang tengah dijelaskan)
3. Drilling dengan soal-soal latihan, dimana si siswa diminta mengalihbahasakan kalimat bahasa Indonesia ke kalimat bahasa Inggris yang sesuai dengan konteks item grammar yang tengah dipelajari. Drilling pertama misal 150 soal, drilling kedua 100 soal, baru mempelajari item grammar berikutnya, proses diulangi kembali.
4. Setelah mempelajari 4 atau 5 item grammar baru, diberikan latihan mix atau campuran dari contoh soal yang sudah pernah dipelajari.

Patut dicatat, apabila drilling dilakukan secara impromptu (drilling speaking) maka kemampuan wicara yang akan terlihat peningkatannya. Apabila drilling dilakukan secara tertulis, maka akan tumbuh pula kebiasaan menulis dengan memperhatikan kaidah bahasa. Dan seterusnya.

Sebagai kesimpulan: Sebagai siswa, kita harus sadar benar akan apa yang hendak kita capai. Tidak bisa kita pasrahkan semuanya pada tempat kursus - tempat kursus yang dengan gampangnya memberi level 1 - 20, beginner, advanced, intermediate, dengan imbal balik berupa beberapa lembar kertas sertifikat yang tidak 'ngaruh' dibawa kemana-mana sebagai 'ucapan terima kasih' kita telah sedia berkursus disana. Dan disanalah ada sepenggal kepuasan semu, rasa aman saat menyertakan sertifikat lulus kursus diantara dokumen yang kita serahkan ke tempat melamar kerja. Sebagai pengajar, hendaknya kita memperhatikan benar apa yang hendak dicapai oleh siswa, dan membentuk kurikulum pengajaran kita sesuai dengan kebutuhannya. Tentu akan salah besar bila hanya mengandalkan apa yang didapat di sekolah. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah, adalah awal (beruntung bila kita termasuk yang mendapat awal yang baik), namun sebagaimana awal - awal yang lain ia butuh kelanjutan.

Dan bila anda bicara mudah, saya pun akan beralibi, mudah si A bukanlah mudah si C. Tetapkan tujuan anda, perluas terpaan anda, persempit cakupan pembelajaran anda, dan setia dengan komitmen anda, maka bahasa akan relatif mudah.

Dan bila anda bicara grammar, saya petikkan salah satu kisah di suatu ketika saya mengajar di lembaga bahasa Franchise terbesar di dunia, untuk 8 orang siswa level 5, setelah saya sampaikan suatu item grammar tertentu selama lebih kurang 10 menit, satu orang terkantuk-kantuk, dua orang tidak memahami dan meminta saya mengulangi, empat orang paham dan bisa mengerjakan soal, satu orang bisa mengerjakan semua soal dan menjelaskan kembali bagian tersebut. Saya petik pelajaran sangat berharga hari itu, "sedia permen kopiko sebelum mengajar dan bagikan pada mereka yang membutuhkan."

Salam hangat untuk anda semua.

Original question: 1. So, what do I have to do? Should I attend any English course program? Or are there any method which more simpler or easier for me?

OK. Hello there korup. I'll respond to your question several days ago.
Have you read my post #540 in this thread? If you haven't please just try to read it to complete this one.

Let's do an overview of English education in Indonesia, shall we? This explanation serves the purpose only for common understanding, therefore, I'll skip the unnecessary parts.
First, it's necessary to separate:
a. English for Native Speaker (100% exposure to the language)
b. English as a Second Language (75-90% exposure to the language) for example: in Singapore
c. English as a Foreign Language (less than 50% exposure to the language) for example: in Indonesia

Then, sure enough, the teaching for people in these three areas should be different, don't you agree? You can't make equal English language learner of Indonesian nationality to those American or Singaporean. This is not because we have no capability in understanding the language as good as they do but more to the fact that our exposure to the language is way less than students of the previously mentioned countries.

My first point: The teaching needs to be different, the teaching needs to be adjusted to match up the evidence from Indonesian language. This is the main purpose of Applied Linguistics. Language experts need to study / do research on Indonesian (language) and highlight the differences. Students need to notice the differences between their language to English. They need to learn what kind of differences there are and why they are different.

Reality: In most secondary school in Indonesia, they use books that are not suitable to this aim. They use the 'famous' books from Cambridge Publisher, or any publisher for that matter. The exercise in this course book is far from suitable to meet what our students need. Laughable amount of exercise if I may say. And simply no Indonesian at all in the books. Why is Indonesian an important point in learning a second language? I'll explain that in a while.

These days we have seen a rapid advance in technology development. Television, Internet, Computer, Tablet, you name what you want to add to the list. There is a 'single' keyword that is a core for most of this trend. "FAST" - "QUICK" - "RAPID" - "INSTANT" - "HIGH SPEED" -"ULTRA" - "MEGA" whatever. Fastnet, quicktime, rapidshare, instagram, speedy, ultrafast, megaupload. This era is characterized by FASTER, BIGGER, BETTER and these jargons find their way to root in people's mindset everywhere, including "Lebih Cepat, Lebih Baik". That includes you when you said "are there any simpler, easier method."

My Second Point: In terms of language teaching, the idea of traditional teaching known as Grammar Translation Method, is now rejected and most teacher seems to be more than happy to embrace Communicative Approach (CLT). The main advantage of using communicative approach is that the class seems livelier. In addition, there is no more rules and formula need to be learned, just put those grammatical stuff to the appendix and index of the books where no one will read it ever!

Reality: The reason why Grammar Translation Method becomes one big boring methodology is possibly related to the fact that not every teacher cares enough to give their full effort. To apply the GTM successfully teachers need to work harder in preparing the materials and put a personal touch in their lesson plan. Most will look over the fact that mastering grammar is crucial and adopt the 'easier' approach - CLT. This results in students despise grammatical stuff and consider it as something less important than the fluency of their speaking. However, rarely do they know that lack of grammatical knowledge will seriously suffer their chance on the upper level of English. The Academic English.

My Third Point: The attractiveness of technology has made parents hold poison in their own hand. Instead of reading a bedtime story to their children every night, they just throw an iPad to their toddler. It is as if they don't want to have that child, "Go, Run endlessly on a temple", "Go, be a bird, attack that pig". This is just silly. These kids grow up without even the slightest reading habit in their mind.

Reality: The same thing happened to adult, really. Instead of thinking deeply about their own personal problems and plan the next step in their life, people have become easily addicted to new behaviour - finding other people faults and commenting on them. Without good reading habit, learning language will be much more difficult, I believe.

So korup, I don't really know what kind of person you are. I believe the best lesson you can get is the one lesson that is specifically tailored to meet your need. You can choose to be creative. This is internet era, there are lots of language resources can be obtained with no cost.