
Jakarta- Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengakui kenal dan berteman dengan pengusaha minyak Reza Chalid. Selain kenal, Luhut juga mengaku beberapa kali bertemu dengan Reza. Mereka bertemu terakhir sebelum 8 Juni 2015 saat Reza bersama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto menemui Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin.
Menurut Luhut, tak banyak yang mereka obrolkan waktu itu. Meski tak banyak waktu, Luhut dan Reza sempat membahas situasi politik di tanah air.
"Tidak banyak (yang diobrolkan), berbagai macam, soal KMP, bagaimana hubungan dengan parleman bisa bagus dengan pemerintah," kata Luhut saat memberikan kesaksiaan di depan sidang MKD di gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/12/2015).
Luhut juga mengaku kenal dan berteman dengan Ketua DPR Setya Novanto. Mereka berhubungan sebatas kerja, yakni Menkopolhukam sebagai eksekutif dengan Ketua DPR Novanto selaku legislatif. "Saya bertemu terakhir (dengan Novanto) saat resepsi pernikahan anaknya," kata Luhut.
MKD hari ini mendengar keterangan Luhut sebagai saksi karena namanya disebut 66 kali dalam rekaman pembicaraan antara Ketua DPR Setya Novanto bersama Maroef Sjamsoeddin dengan Presdir Freeport Maroef Sjamsoeddin.
Saat memberikan keterangan kali ini, Luhut banyak menjelaskan sikap pemerintah terhadap kontrak karya PT Freeport di Indonesia. Menurut dia pemerintah belum akan membicarakan perpanjangan kontrak karya PT Freeport sebelum 2019 atau dua tahun menjelang berakhir pada 2021.
Luhut: Jangan Mengadili Orang Seolah Kita yang Paling Benar

Jakarta- Anggota MKD DPR dari Hanura Akbar Faizal menanyakan apakah Luhut Pandjaitan tersinggung dirinya dicatut sebanyak 66 kali oleh Setya Novanto dan Reza Chalid terkait Freeport. Luhut tak mau menjawab secara gamblang.
"Apakah menurut saudara wajar dan etik saudara Setya Novanto dan Reza Chalid menjual nama saudara sebagai pejabat negara?" tanya Akbar Faizal dalam sidang MKD di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/12/2015).
"Saya nanti akan lihat dan pelajari dengan cermat apakah itu benar. Nanti saya tunggu sidang MKD apa yang menjadi hasil sidang MKD akan jadi acuan saya. Kalau hari ini saya tidak ingin berkomentar saya tidak ingin mengadili orang," kata Luhut menjawab pertanyaan tersebut.
"Apakah saudara tersinggung diperlakukan begini oleh orang dekat anda?" tanya Akbar lagi "Saya lihat nanti yang mulia saya tidak terburu-buru. Saya ingin juga di kesempatan yang baik ini kita jangan terus mengadili orang, membuat persespi seolah-olah kita yang paling benar. Tapi kalau putusan ini jelas saya tentu akan bersikap. Tapi jangan didorong-dorongsaya untuk bersikap karena saya punya keyakinan sendiri apa yang patut saya lakukan," katanya.
Akbar Faizal pun meneruskan pertanyaannya itu. Namun kemudian dipotong oleh Wakil Ketua MKD Junimart Girsang. "Dari meja pimpinan, yang mulia Akbar Faizal agar jangan mengarahkan saksi, kita fokus saja, " kata Junimart.
Akbar Faizal kemudian menghentikan pertanyaan setelah Luhut menjawab dengan jawaban yang sama lagi.
Jawaban opung bersayap dan normatif, utk masalah etik keknya dah cukup, klo hukum perlu dikejar apa benar2 tidak terlibat