TETAPLAH menjadi pemimpin, minimum untuk diri kita sendiri dan keluarga kita. Menjadi pemimpin tak selalu dipersyaratkan perlu ikut pemilihan, karena pemilihan sejatinya adalah masalah politik dan bukan masalah kelayakan memimpin.

Orang yang memenuhi syarat menjadi pemimpin bisa jadi kalah dalam proses pemilihan politik,

sebagaimana orang yang tak layak menjadi pemimpin bisa jadi menang dalam proses pemilihan politik.

Ada yang bertanya, mengapa bisa begitu?

Jawabannya : sangat mudah dan sudah diketahui bersama bahwa pemilih tak semuanya adalah orang-orang Cerdas yang Paham Politik, Proses Politik, Agenda Politik dan Makna Pembangunan.

Banyak sekali pemilih yang menyandarkan pilihannya hanya pada ada tidaknya uang politik.

Tak kaget ketika orang beruang alias banyak uangnya tetap memenangkan pertarungan politik walau sudah jelas kasat mata terindikasi korupsi.

Lebih dari itu adalah tak semua calon yang ikut pemilihan siap menang dan kalah secara bersih.

Adanya money politics, ancam mengancam, hasut menghasut, kecurangan sistemik terstruktur dan sejenisnya adalah indikator yang bukan lagi rahasia pribadi melainkan rahasia publik yang tidak rahasia.

Kalau menangnya saja dengan Cara Tak Terhormat, mulia dan Beradab, masih layakkah menjadi terhormat, mulia dan penuh adab ?

Masih layakkah berharap keberkahan dan Ridla Allah SWT ?

Sungguh sulit untuk meneladani Nabi Muhammad dan empat sahabat utamanya plus khalifah Umar bin Abdul Aziz yang tak berebut kuasa dan tetap istiqamah di atas jalan kebenaran.

"Kita saat ini bisanya hanya berharap semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan semoga Allah masih berkenan memberkahi kita semua."

Semoga siapapun yang Terpilih adalah Pemimpin yang mampu Menatap Rakyat dengan tatapan kasih sayang bukan dengan tatapan Proyek yang mengkalikan jumlah kepala rakyatnya dengan sejumlah Uang.
http://m.inilah.com/news/detail/2259...-dan-istiqomah


Amin..amin

ini sepertinya kisah perjalanan Sang Cahaya Asea kita Tercintah..