Quote:
BALI - beberapa hari terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan. Rupiah yang sempat lama bertahan di level Rp13.000an per USD kembali terjun ke level Rp14.000an per USD.
Bank Indonesia (BI) mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi banyak faktor eksternal. Mulai dari Bank Sentral AS hingga spekulasi devaluasi yuan China.
"Sebagian besar tekanan rupiah dari eksternal, kondisi di China bahwa aktivitasnya menurun dan kemudian spekulasi dengan adanya yuan defaluasi," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (11/12/2015).
Terlebih menjelang keputusan suku bunga The Fed yang akan diputuskan pada 15 Desember 2015. Spekulasi naik atau tidaknya suku bunga yang lama di tahan rendah ini ikut mempengaruhi pergerakan rupiah pada beberapa hari ini.
Bahkan pihaknya menilai, pada rapat dewan gubernur mendatang, The Fed memiliki kecenderungan untuk menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis point (bps).
"Sentimen-sentimen The Fed lebih cenderung adanya probabilitas yang semakin besar untuk 25 bps dalam pertemuan Fed yang akan datang," kata dia lagi.
Kendati rupiah mengalami tekanan, Perry meyakini, faktor eksternal tersebut juga turut mempengaruhi pergerakan mata uang negara berkembang lain. Tidak hanya mata uang garuda.
"Tidak hanya rupiah tapi hampir semua mata uang emerging market tapi perlu saya tekankan BI terus melakukan pemantauan dan melakukan langkah untuk melakukan stabilisasi nilai tukar," tandas dia.
http://economy.okezone.com/read/2015...di-biang-kerok
gak bener nih China ama AS..

