- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kasus Papa Minta Saham Koppig Teriak Koppig


TS
aghilfath
Kasus Papa Minta Saham Koppig Teriak Koppig
Spoiler for Kasus Papa Minta SahamKoppig Teriak Koppig:

Jakarta-Ibarat jadi bumerang, penilaian Setya Novanto terhadap Presiden Jokowi yang disebutnya koppig justru berbalik ke arahnya. Kini tak sedikit yang menilai Ketua DPR-lah yang keras kepala.
Setya Novanto menyebut Presiden Joko Widodo sebagai orang yang koppig alias keras kepala (Koppig dalam bahasa Belanda dilafalkan dengan kopeh, artinya keras kepala). Sikap keras kepala Jokowi itu, kata Novanto, bisa merugikan semua masyarakat.
Hal itu terungkap dalam rekaman percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha minyak Riza Chalid dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Riza Chalid. Rekaman itu hari ini, Rabu (2/12/2015) diperdengarkan dalam sidang MKD di gedung DPR/MPR.
Begini potongan transkrip rekaman percakapan antara Setya Novanto, Riza Chalid dan Maroef Sjamsoeddin. Di bagian ini Novanto menyebut Presiden Jokowi sebagai orang yang keras kepala dan tak mau mendengar pendapat orang lain :
SN: Pengalaman saya ya Pak. Presiden ini agak koppig (kopeh, bahasa Belanda) tapi bisa merugikan semua. Contoh yang paling gampang itu PSSI. Apa susahnya ini ya, saya bicara. Saya harus bicara Freeport itu saya bicara dulu PSSI. Saya bilang, Pak Presiden pengalaman saya zaman SBY, SBY turun tangan. TVOne yang sudah menyiarkan liga dan lakunya bukanmain, terpaksa harus dihentikan karena sudah teriak-teriak, ini menyangkut sponsor, pengangguran mereka, menyangkut macem-macem. Jadi bisa menurunkan juga kredibilitas isu-isu presiden. Presiden, Pak Ketua khusus PSSI saya tidak ada apa, apa tidak ikut campur dengan pihak mereka. Supaya Indonesia itu bangkit. Saya bilang, ada peraturan FIFA mengharuskan. Kalau saya yang kurang menguasai, Ketua MA menyampaikan hukum-hukumnya. Disampaikan pak, hukum-hukumnya. Kalau sudah bilang enggak, ya enggak, susah kita. Tetap saja. Kita dikte saja. Gitu Pak. Koppignya dia buat bahaya kita. Kedua, Ketua MA sampai merasani sama saya enggak berkenan sama presiden. Wah gak cocoklah.
Namun kini penilaian Novanto itu berbalik ke arah dirinya sendiri.
Anggota Fraksi NasDem Taufiqulhadi menyebut Novanto keras kepala. Novanto dinilai keras kepala karena masih saja membela diri setelah semua fakta persidangan di MKD menunjukkan dia melanggar kode etik berat, senada dengan sejumlah anggota MKDyang menyidang etika Novanto.
"Menurut saya bukan Presiden yang koppig, tapi dia yang koppig! Seharusnya dia mengundurkan diri!" ucap Taufiqulhadi kepada wartawan, Selasa (8/12/2015).
Menurut Taufiq, kasus Novanto sudah sangat terang ada pelanggaran etika setelah persidangan MKD mendengarkan keterangan Maroef Sjamsoeddin dan memutarkan rekaman sekitar 1,5 jam yang mengungkap adanya persekongkolan jahat.
"Etika itu masalah sangat besar, jadi tidak ada cara kita harus desak mundur!" ujar anggota Komisi Hukum DPRRI itu.
Namun seperti diketahui Novanto masih menegaskan dirinya tidak bersalah dan menyatakan kesaksian Sudirman Said dan Maroef Sjamsoeddin di MKD DPR sebagai kepalsuan. Novanto yang membantah mencatut nama Jokowi-JK untuk meminta saham Freeport juga meminta MKD DPR menyatakan dirinya tak bersalah dan menutup kasus ini.
Tak lama setelah 12 lembar nota pembelaan Novanto bocor, Presiden pun memberikan keterangan pers . Sudah jelas Presiden tak happy dengan pembelaan Novanto itu. Banyak pihak menilai Presiden marah dan meminta semua pihak berwenang memproses kasus ini hingga tuntas.
"Saya enggak apa-apa dikatakan presiden gila, presiden saraf, presiden koppig, enggak apa-apa. Tapi kalau sudah menyangkut wibawa, mencatut, meminta saham 11 persen, itu yang saya tidak mau. Enggak bisa!" ujar Jokowi dengan penegasan lewat gestur tangannya, dalam konferensi pers semalam.
http://m.detik.com/news/berita/30912...-teriak-koppig
Koppig bentar lagi jadi bahasa resmi, terima-kasih setnov telah memasukkan kosa kata baru

0
1.3K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan