
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan, jika industri kereta api di Indonesia berkembang, secara otomatis dapat meningkatkan pertumbuhan industri pengolahan tambang, seperti nikel, bauksit, baja, dan komponen sebagai pemasok kebutuhan produksi. “Kereta api membutuhkan banyak bahan baku dan komponen. Kebutuhan ini merupakan peluang bagi industri kereta api kita, seperti PT INKA; industri baja; logam termasuk aluminium; industri pengolahan hasil tambang seperti smelter, nikel, dan bauksit; serta produsen komponen untuk memasok ke industri kereta api," kata Saleh Husindalam siaran persnya kepadaTempo, Minggu, 6 Desember 2015.
Anggapan serupa juga dikatakan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan. Ia mengatakan sudah saatnya Indonesia memiliki fasilitas riset dan produksi kereta yang terpadu seperti China Railway Rolling Stock Corporation.
"PT INKA di Madiun, jika fasilitasnya ditingkatkan, dimungkinkan dapat mengembangkan dan memproduksi berbagai jenis alat transportasi massal. Apalagi Indonesia memiliki semua bahan baku utamanya, seperti aluminium (bauksit) dan stainless steel (nikel)," ujar I Gusti Putu Suryawirawan.
Kemarin, Menteri Saleh Husin mengunjungi pabrik kereta dan pusat riset industri kereta api Cina, China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) Qingdao Sifang Co Ltd di Qingdao, tenggara Beijing, pada Sabtu, 5 Desember 2015. Kunjungan ini dilakukan di sela-sela waktu luang saat bertandang ke industri telematika dan ponsel pintar (Hisense) serta otomotif (SGMW-Wuling). Dalam kesempatan itu, Saleh Husin mengaku bahwa ia membuka peluang dan menawarkan kerja sama produksi serta riset kepada CRRC.
Menurut Deputi President CRRC Sifang Tian Xuehua, kerja sama dapat dilakukan dengan melakukan observasi dan mengkalkulasi kemampuan perusahaan calon mitra. "Industri kereta api butuh pasar yang luas dengan kebutuhan pengembangan jangka panjang. Kami terbuka pada setiap kesempatan dan akan melakukan studi karena industri ini sarat teknologi," tutur Tian Xuehua.
Menanggapi hal itu, Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian Soerjono menegaskan penguasaan teknologi bakal memastikan kemandirian industri kereta api Indonesia ke depan. Terlebih Indonesia memiliki semua bahan baku utamanya. "Industri KA kita sangat perlu dipacu yang berorientasi pada substitusi impor. Ini menghemat anggaran dan membuat insinyur serta desainer kereta api kita leluasa mengembangkan kereta sesuai kebutuhan yang spesifik," ucapnya.
Dirombak dulu direksinya, selama ini visi dan progres bisnisnya belum meyakinkan