- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pengakuan Bupati Dedi keramatkan kereta kencana dan Nyi Roro Kidul


TS
hadji.lulungan
Pengakuan Bupati Dedi keramatkan kereta kencana dan Nyi Roro Kidul
Quote:
Pengakuan Bupati Dedi keramatkan kereta kencana dan Nyi Roro Kidul
Reporter : Aryo Putranto Saptohutomo, Bram Salam | Sabtu, 28 November 2015 06:03

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. ©2015 merdeka.com/bram salam
Merdeka.com - Kegaduhan muncul di bumi Purwakarta. Hal itu terjadi selepas Imam Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab, memberi ceramah di daerah itu.
Habib Rizieq menyatakan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, berbuat syirik. Yaitu dengan membangun patung-patung di sudut kota, membungkus pohon dan benda-benda lain dengan kain corak kotak-kotak hitam putih (poleng), mensakralkan benda-benda seperti kereta kencana dengan cara memberikan kemenyan dan diarak setahun sekali, serta dianggap 'menikahi' tokoh magis Nyi Roro Kidul.
Dedi buka suara soal tudingan itu. Namun, dia mengakui sengaja memberi kemenyan buat beberapa kereta kencana, dan mengaraknya setahun sekali supaya tidak menghilangkan nilai sakral. Dedi menganggap kereta kencana di Pendopo Pemkab Purwakarta adalah pusaka. Bahkan, dia menyatakan masing-masing kereta adalah simbol dari karakter manusia.
"Kereta kencana merupakan simbol empat karakter manusia. Jumlahnya ada empat, ketajaman pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengucapan, yang bermuara pada kebeningan hati, melahirkan sosok waspada permana tingal," kata Dedi di Purwakarta kemarin.
Dedi melanjutkan, alasan kereta kencana itu diarak setahun sekali karena jika diperlihatkan setiap hari, maka akan hilang kesakralannya.
"Kenapa diarak setahun sekali bertepatan dengan hari jadi kabupaten, karena berbicara pusaka. Seperti bendera pusaka, maka akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus, setahun sekali. Untuk menjaga kesakralannya," lanjut Dedi.
Dedi juga punya dalih tersendiri terkait dengan pemberian kemenyan di bawah kereta kencana.
"Kalau kita memiliki mobil, maka sudah seharusnya kita memberi parfum agar memberi rasa nyaman. Kalau mobil kita bau, bagaimana rasanya?" ujar Dedi.
Dedi berpendapat, simbol-simbol atau benda pusaka sudah lumrah disimpan di seluruh daerah di Indonesia. Bahkan menurut dia wajar benda-benda itu dirawat hingga dianggap keramat.
"Setiap daerah di negeri ini memiliki pusaka yang dijadikan simbolisasi. Lihat saja seperti Cirebon, Yogyakarta, dan daerah lain di Indonesia," ucap Dedi.
Dedi melanjutkan, seorang pemimpin sudah seharusnya menikahi sosok Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul. Namun dia beralasan, yang dimaksud 'menikah' bukan mempersatukan dua insan, tetapi menghargai laut, merawat, dan menjaga tanpa melakukan eksploitasi, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem.
"Keyakinan lokal masyarakat Jawa, raja yang hebat itu, yaitu Raja yang menikah dengan Nyi Ratu. Artinya dia harus menikah dan bersenyawa dengan lautnya, merawat, dan menjaganya tanpa melakukan eksploitasi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem," imbuh Dedi.
Menurut Dedi, secara filosofi, Nyi Roro Kidul adalah simbol kecantikan laut selatan. Sehingga menurut dia, siapa pun pemimpin atau raja, harus mencintai dan merawat serta menjaga keutuhan laut selatan.
"Filosofi Nyi Roro Kidul, hemat saya adalah simbol dari kecantikan laut selatan, sehingga raja atau pemimpin harus mencintai, merawat, dan menjaga laut selatan," tambah Dedi.
Dedi berpandangan, Laut Kidul atau pantai selatan merupakan sumber kemakmuran bagi rakyat.
"Laut Kidul itu adalah sumber kemakmuran rakyat. Seperti kita tahu, karena kecintaannya kepada laut selatan hingga sosok Bung Karno pun membangun Samudra Beach Hotel di Pelabuhan Ratu," lanjut Dedi.
Dedi menampik sejumlah tudingan kalau dia benar-benar menikah dengan Nyi Roro Kidul.
"Kalau saya menikah, kira-kira siapa yang menikahkannya, dan di KUA mana?" tanya Dedi.
Reporter : Aryo Putranto Saptohutomo, Bram Salam | Sabtu, 28 November 2015 06:03

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. ©2015 merdeka.com/bram salam
Merdeka.com - Kegaduhan muncul di bumi Purwakarta. Hal itu terjadi selepas Imam Front Pembela Islam, Habib Rizieq Shihab, memberi ceramah di daerah itu.
Habib Rizieq menyatakan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, berbuat syirik. Yaitu dengan membangun patung-patung di sudut kota, membungkus pohon dan benda-benda lain dengan kain corak kotak-kotak hitam putih (poleng), mensakralkan benda-benda seperti kereta kencana dengan cara memberikan kemenyan dan diarak setahun sekali, serta dianggap 'menikahi' tokoh magis Nyi Roro Kidul.
Dedi buka suara soal tudingan itu. Namun, dia mengakui sengaja memberi kemenyan buat beberapa kereta kencana, dan mengaraknya setahun sekali supaya tidak menghilangkan nilai sakral. Dedi menganggap kereta kencana di Pendopo Pemkab Purwakarta adalah pusaka. Bahkan, dia menyatakan masing-masing kereta adalah simbol dari karakter manusia.
"Kereta kencana merupakan simbol empat karakter manusia. Jumlahnya ada empat, ketajaman pendengaran, penglihatan, penciuman, dan pengucapan, yang bermuara pada kebeningan hati, melahirkan sosok waspada permana tingal," kata Dedi di Purwakarta kemarin.
Dedi melanjutkan, alasan kereta kencana itu diarak setahun sekali karena jika diperlihatkan setiap hari, maka akan hilang kesakralannya.
"Kenapa diarak setahun sekali bertepatan dengan hari jadi kabupaten, karena berbicara pusaka. Seperti bendera pusaka, maka akan dikibarkan pada upacara 17 Agustus, setahun sekali. Untuk menjaga kesakralannya," lanjut Dedi.
Dedi juga punya dalih tersendiri terkait dengan pemberian kemenyan di bawah kereta kencana.
"Kalau kita memiliki mobil, maka sudah seharusnya kita memberi parfum agar memberi rasa nyaman. Kalau mobil kita bau, bagaimana rasanya?" ujar Dedi.
Dedi berpendapat, simbol-simbol atau benda pusaka sudah lumrah disimpan di seluruh daerah di Indonesia. Bahkan menurut dia wajar benda-benda itu dirawat hingga dianggap keramat.
"Setiap daerah di negeri ini memiliki pusaka yang dijadikan simbolisasi. Lihat saja seperti Cirebon, Yogyakarta, dan daerah lain di Indonesia," ucap Dedi.
Dedi melanjutkan, seorang pemimpin sudah seharusnya menikahi sosok Ratu Pantai Selatan, Nyi Roro Kidul. Namun dia beralasan, yang dimaksud 'menikah' bukan mempersatukan dua insan, tetapi menghargai laut, merawat, dan menjaga tanpa melakukan eksploitasi, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem.
"Keyakinan lokal masyarakat Jawa, raja yang hebat itu, yaitu Raja yang menikah dengan Nyi Ratu. Artinya dia harus menikah dan bersenyawa dengan lautnya, merawat, dan menjaganya tanpa melakukan eksploitasi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekosistem," imbuh Dedi.
Menurut Dedi, secara filosofi, Nyi Roro Kidul adalah simbol kecantikan laut selatan. Sehingga menurut dia, siapa pun pemimpin atau raja, harus mencintai dan merawat serta menjaga keutuhan laut selatan.
"Filosofi Nyi Roro Kidul, hemat saya adalah simbol dari kecantikan laut selatan, sehingga raja atau pemimpin harus mencintai, merawat, dan menjaga laut selatan," tambah Dedi.
Dedi berpandangan, Laut Kidul atau pantai selatan merupakan sumber kemakmuran bagi rakyat.
"Laut Kidul itu adalah sumber kemakmuran rakyat. Seperti kita tahu, karena kecintaannya kepada laut selatan hingga sosok Bung Karno pun membangun Samudra Beach Hotel di Pelabuhan Ratu," lanjut Dedi.
Dedi menampik sejumlah tudingan kalau dia benar-benar menikah dengan Nyi Roro Kidul.
"Kalau saya menikah, kira-kira siapa yang menikahkannya, dan di KUA mana?" tanya Dedi.
http://www.merdeka.com/peristiwa/pen...oro-kidul.html
Bupati yang sangat bijak

0
4.4K
Kutip
29
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan