JAKARTA (Pos Kota) – Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama alias Ahok bicara terbuka dan menyatakan menantang Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Mau tahu apa kata Ahok. Ini dia selengkapnya.

Pertama gini, saya tidak mengatakan bahwa BPK ini oknumnya tendensius menuduh saya tidak masuk akal, memberikan pilihan yang tidak masuk akal. Saya kenapa kemarin, contoh buktinya kalau memang dia mau membersihkan, membuktikan BPK tidak ada sesuatu. Kamu pengen nggak waktu tanya jawab itu dibuka aja, biar seluruh rakyat Indonesia melihat, pertanyaan-pertanyaan itu tendensius atau tidak, dia nggak mau kasih. Sekarang saya tanya dokter boleh tidak membuka record-nya pasien? Nggak boleh. Tapi kalau pasiennya minta buka boleh nggak? Boleh.

Saya saja itu kan cuma takut memfitnah orang, nah saya sudah katakan BPK tendensius. Kalau begitu kalau mau periksa saya, saya yakin banyak orang Indonesia pengen nonton, mau 8 jam 9 jam juga pengen tahu, saya di dalam mau diapain gitu loh. Sekarang saya mau tanya, berani nggak BPK keluarin? Nggak berani. Terus lebih lucu lagi apa coba, penjahat aja kalau jadi tersangka dibawa ke penjara, negara kalau nggak mampu kasih pengacara, dikasih pengacara nggak? Dikasih loh.

Staf saya mau masuk bantuin cari berkas yang ditanya saja nggak boleh. Saya mana tahu berkas begitu banyak, segepok dibawa berkas dari staf saya, untuk bantu cari nggak boleh loh. Terus begitu sudah selesai. Berita acara nih 8 lembar dia tanya dua lagi, ada kasus orang ada 4-5 lembar saya mesti suruh staf saya yang bagian hukum dong yang membaca. Ada tersirat, ada tersurat jebakan atau tidak karena saya tanda tangan, boleh nggak? Ngga boleh.

Nah terus kenapa saya nggak mau ngamuk, kalau saya menolak diperiksa itu BPK akan menafsirkan saya menolak BPK tidak kooperatif, dia bisa pidanain saya loh. Karena kalau pidana seperti itu, DPRD akan memecat saya. Jadi mereka kalau saya lihat ya, tendensiusnya itu emang pengen saya tidak jadi gubernur. Kalau saya menuduh, Sumber Waras susah cari kelemahannya, supaya dia kan tahu Ahok ini kan orangnya emosional, kalau digituin pasti ngamuk-ngamuk. Pasti di dalam marah-marah. Itu langsung tidak kooperatif kan. Nanti keluar kata-kata toilet dia nggak tahu aku sudah belajar sekarang. Orang kan nggak, selalu berpikir saya bisa dijebak kan. Ya sudah gua kunci saja. Masak toilet saja gua buang.

Yang tendensius mana pak?
Saya pikir BPK sudah jelas tendensius membuat kita skak stir dia menuduh kita kemahalan beli tanah ini, dibandingkan NJOP belakang. Yang menentukan NJOP bukan saya, lalu sekarang kalau saya buka ini kebocor lagi, nanti saya ditangkap lagi gara-gara membuka. Makanya sekarang saya tanya berani nggak BPK pusat yang periksa saya kemarin, kasih lihat saja deh nggak usah jawaban saya deh, pertanyaannya apa saja. Atau saya kan bersedia dibuka nih ya buka aja semuanya, divideoin gitu lho. Kan dia videoin dua, ada rekaman, berani nggak? Nggak berani. Malahan kemarin saya dapat laporan dari Kominfo. Kominfo kan, Beritajakarta kan meng-upload sampai berhenti saya tidak boleh masuk, itu ditelponin loh kemarin supaya dicabut katanya.

Saya bilang ini BPK apa bukan. Kalau BPK resmi tulis surat dong berarti apa? Takut. Berarti oknum BPK ketakutan skrng. Kenapa? Mana boleh sih, ini kan bukan investigator, tapi auditor, BPK ini lembaga pemerintah. Kalau mengaudit investigasi pun. Kan nggak minta keterangan. Kalau minta keterangan sama saya, ini DKI begitu besar saya mana ingat surat-surat segitu banyak coba, kalau dikumpulin suratnya bisa segitu di RS Sumber Waras.

Kalau gitu mending staf saya dong yang bantu nyariin. Nggak boleh, tanda tangan gitu pun nggak boleh makanya saya mengatakan, ini ada apa? Tapi saya bilang kepada mereka, saya sangat bersyukur Anda begini kepada saya. Saya bilang ini untuk membuktikan bahwa seluruh rakyat ada stigma bahwa pejabat pasti ada tidak jujur, pasti korup, ada celah. Saya akan membuktikan kepada kalian saya bilang, saya tidak ada celah untuk urusan Pemda. Saya bersyukur banget saya bilang. Saya sudah kesal banget sampai saya bilang begitu kan.

Mungkin memang sudah takdir saya, saya bilang. Dikasih Tuhan takdir untuk melawan institusi-institusi di republik ini yang diisi oleh oknum-oknum yang tidak betul.

Saya sudah senang record saya sudah tambah lawan BPK. Oknumnya ni. Ya kan? Ini kan akan dikirim ke KPK nih. Kalau KPK sampai mentersangkakan saya dengan alasan tidak jelas, saya juga akan minta terbuka, berarti memang takdir saya juga melawan oknum KPK. Wah top banget sudah, lengkaplah republik ini saya lawan.
Kemarin menyudutkan bapak?
Makanya kalau saya ngomong kemarin, saya dibilang bocor.
Jujur aja Pak?!
Nggak bisa, itu mereka sudah menjebak seperti itu. Makanya saya kemarin keluar saya senyum-senyum saja kan. Iya dong kalau saya ribut di luar gimana? Dibilang menghina BPK. Ya sudah gua senyum-senyum sajalah. Jadi dalam hati saya, kena lu kemarin. Kenapa kena? Kita berebut video masuk mereka juga pengen tidak ada video loh waktu melarang saya ada di dalam. Saya paksain kan, sampai di luar ngotot cari peraturan yang ga jelas juga, ya sudah lah daripada saya tolak, langsung pidana loh.

Saya ngerti pikiran mereka, pasti mereka anggap saya marah kalau nggak boleh direkam saya marah, saya keluar. Terus di luar staf saya nggak boleh masuk saya marah, saya keluar. Terus waktu tanda tangan berita acara pasti saya marah nggak mau tanda tangan dong. Masa’ staf saya nggak boleh bantu baca. Aku enggak, aku tanda tangan aja, aku baca, tanda tangan aja.

Jadi sekarang saya tantang BPK. Kalau betul kalian anggap ini sesuatu pengumpulan data untuk mencari kebenaran bahwa ini adalah tendensius, mari buka ke publik. Saya nggak apa-apa. Biar publik bisa menilai sendiri. Kalau saya bilang dia tendensius, terus dia kan bisa bilang ‘ah kamu sih yang diperiksa’. Sekarang kalau dibuka semua orang akan menilai tendensius atau tidak. Tapi buat yang suka ngata-ngatain saya, saya mau nasehatin ‘hey aku sudah sembuh ya. Sudah bisa mengendalikan diri keluar kata-kata toilet, terimakasih’.
(yulian/sir)