alex49Avatar border
TS
alex49
Puisi Karya Alek Wahyu Nurbista Lukmana
"Panorama Sarasah, Air terjun tujuh tingkat"

Kekasih,
Ini kali pertama aku disini
"PANORAMA SARASAH, AIR TERJUN TUJUH TINGKAT "

Semuanya tampak begitu indah
layaknya "GRAFITI" yang terpampang di pinggiran jalan
Membentuk jalur dan terbagi dua menjadi beberapa potongan

Kekasih,
Disini juga ada beberapa coretan
Ada yang membuat namanya sendiri
dan ada juga yang mengabadikan momen untuk keterikatannya masing-masing
Aku sedikit cemburu dan juga sedikit terganggu
Tak peduli bebatuan, tak peduli pepohonan,
masing-masingnya dicoret dengan berbagai warna dan bermacam nama

Jenisnya pun bermacam kekasih,
JIka kusebutkan satu persatu tulisan ini tidak akan berakhir

Tapi dari sekian banyak yang memberi warna hingga memberi nama
Tak satupun kulihat sketsa rupa terpampang di bebatuan ataupun di pepohonan
yang ada hanyalah tulisan dengan berbagai warna dan bermacam warna

Awal yang baik terlintas di fikirku
Ketika mengamati setiap lajunya air
yang dikawal oleh beberapa kenari
menari di rimbunnya alam ini

Kekasih,
Tak perlu aku berfikr dua kali atau ketiga kali
ini sudah kuteteapkan, bersama namamu, bersama rupamu, dan bersama cintaku
akan aku abadikan momen ini disetiap detik lekuk jemariku
melukismu ditengah pusaran air ini
tempat yang sama sekali belum terjamah
atau masih bersih, tanpa coretan sedikitpun

Kekasih,
Kulukis sketsamu di hamparan sungai ini
Kubatasi pergerakannya sedikit
dengan menyumbat seperempat bagian dari luasnya sungai ini

Kumulai dengan sentuhan pada kerikil kecil
lalu meluas hingga ke tengah, pada pusat pusarannya
lalu kugenangi semua, kucurahkan segala yang aku punya
agar rupamu selalu terlihat cantik, anggun, dan menawan

Mungkin ini sedikit berbeda
atau juga aku dianggap gila oleh para pengunjung ini
namun aku yakin, begitu sketsamu selesai,
akan bayak para pengunjung yang berdatangan dan berdecak kagum
menikmati keindahan dari rupamu
sketsa seorang gadis yang begitu memukau
anggun dengan senyumannya
melontarkan pesan cinta
yang akan membawa para pria untuk melukis sketsa kekasihnya di sungai ini

"PANORAMA SARASAH, AIR TERJUN TUJUH TINGKAT"


Alek Wahyu Nurbista Lukmana
14 September 2015


"Tiga November Dua Ribu Empat Belas"

Aku ingin menulis satu atau dua bait saja
Menemaninya, saat pelukan tak dapat dirasa
Senyuman tak sempat terucap
Hembusan tak mampu membenahi hasrat
Semauku untuk bergelanggang dengannya
Kata indah, sebaris puisi cinta

Hanya satu atau dua bait saja
Saat, seperti kita bertemu
Di perempatan jalan menuju kampus
Kau begitu lincah dengan gerakan berputarmu
Dan aku hanya diam melihatmu dari sudut pandang tiga puluh derajat
Tersenyum manyun, entah saat itu kau juga mencuri pandang padaku?
Yang jelas aku tertarik dan ingin lebih mencintaimu.

seperti halnya naskah ini
aku hanya bergulir seumpama waktu mengkastai raja
bergerak mundur jika itu mengakhiri kekuasaan
merompak para bajingan
untuk tumbal pertahanan di depan.

hanya satu atau dua bait saja
pernyataan di atas hanyalah pembuka
sayang, ini begitu dalam
menyelimuti kulitku, menyayat hatiku
menyatukan pemikiran
dengan kemudahan kita saling beradu pandang
pertama biasa, kedua biasa
hingga sekarang menjadi yang ketiga
kita bertemu untuk menyelam
tiga november dua ribu empat belas.

29-11-2014
ini radius gunjangan jiwa
puncaknya pada malam sebelum satu desember
aku mencumbuimu dengan pelukan
menatap matamu, dengan fikiranmu
kartena aku adalah aku dengan kamu untukku
dan kamu adalah kamu dengan aku untukmu.

Kita akan Pergi, Atau
Tidak Akan Pergi
Kita Benar dan Akan Menjadi Malaikat, Atau
Kita Salah dan Akan Menjadi Setan
Hitam dan Putih
Hingga Hati Berkata Bukan
Bukan Gelap Maupun Hitam!

"karena kita akan akan menikmati masa tua nanti
aku dengan cerutu dan secangkir kopi
kau dengan tentengan ubi pembuka pagi"



Padang 05 Januari 2014
Alex Wahyu
Sajak Terikat


"Aku Adalah Aku Dengan Aku Untukmu"

Adalah aku,
Dengan cintaku yang melebihi derajat para orang kaya
Dengan cintaku yang melebihi hasrat para pemuda
Dengan cintaku awal kehidupanku

Itulah aku
Aku, aku, dan aku
Aku yang hanya untukmu
Dan kamu yang hanya untukku

Inilah aku dengan seluruh kuasaku
Inilah aku dengan seleruh keinginanku

Begitulah aku
Sengketaku menggebu
Sengketaku menyapu
Sengketaku lahan hidup untukmu

Matamu yang berkilau
Senyummu yang memukau
Tubuhmu yang anggun telah membentuk santunku
Untuk menghiburku, meyakinkanku dalam rupamu

Akulah pilihanmu
Menjadi pangeran untuk dukamu
Akulah pilihanmu
Berpaling dari masa lalumu
Akulah pilihanmu
Satu pria untukmu
Akulah pilihanmu
kisah kita di hari tua

cinta untuk kekasihku
cerita untuk bekal menjadi Satu

padamu adalah tawaku
padamu adalah cintaku
padamu adalah ceritaku
padamu adalah inginku

aku tak lagi bertanya
aku tak lagi berkata
kaena aku adalah aku
dengan aku untukmu


Padang 13 maret 2015
Alex Wahyu
untuk kekasihku "FITRIANI"


"Alex Wahyu Nurbista Lukmana"

Aku ingin bermanja denganmu malam ini
dengan sedikit sayair, dengan sedikit lontaran
nuansa yang tidak begitu rumit.
kita berlumuran nafsu yang saling terikat
dan hilang, rasa haus untuk mendambakan keinginan!

Aku ingin bermanja denganmu malam ini
kita lakukan kerinduan yang tertahan
kita ayunkan dendang yang bergelimpangan
kau dan aku itu sama
meski aku hal yang nyata
meski aku hal yang bernyawa
kau itu aku dan aku itu kau!!

Pejamkan dan rasakan
bibirmu yang begitu merah
bibirmu yang begitu lembut dan sedikit mencolok
untuk aku hembuskan
lantaran aku menginginkan kau!!

Dan bila kau merasakan sakit, itu tidak apa-apa
akan ku lakukan dengan rasa
mentrasfer ketangguhanku dengan kekerasan
cambukan dan amukan
mereka akan mengerti
satu kata dua nada
satu nada dua jiwa

haruskah kita menggelar sebuah akad pernikahan
harus, jawabmu lantang dengan bola mata yang membesar
nafas yang berserakan, aku tertawa
hanya tertawa memandangimu yang penuh semangat
sedikit lelucon aku ingin 4 anak darimu!

Dua diantaranya akan ku beri nama Alex dan Wahyu
dua lagi ku beri nama Nurbista dan Lukmana
keempatnya pria, mereka akan besar dengan ajaran yang kita berikan
pendidikan, budaya, motivasi, hobi, dan bakat yang tentunya berbeda
kita yang memberi, mereka yang menentukan
kita yang memberi, mereka yang memilih
untuk hidup seperti apa nantinya!


Alex Wahyu 08 September 2014
Uk-Kes


"07-07-2014"

Dan bagaimana keinginanku untuk memelukmu?
mengambil tempat pada satu titik yang sama
menyamai hasrat dengan saling menjamah
ketika kuasa yang telah datang bertubi
ketika nuansa menemani malam yang akan beranjak pagi

dan bagaimana keinginanku untuk memelukmu?
suara terdengar lembut, rintihan seolah tanda untuk berperang
bayangan menghitung berapa kali aku memanggil namamu
"sungguh, ketika disatukan akan bertemu saat nanti kita dilahirkan"
permainan ayah bunda yang siap berkorban dalam cinta tertinggal
terlupakan dalam luka yang akan menjadi duka bagi kami yang telah dilahirkan

apa nanti hanya sebatas mie rebus, saat pertemuan didalam cerita?
atau segelas jeruk nipis dan sebatang rokok bagiku
lalu bagaimana keinginanku untuk memelukmu?
apa akan menjadi hutang nantinya?
saat semua lelap dalam lelah dan kembali pada kata maaf?
berucap selamat tinggal dan kita akan bertemu lagi.
jika itu pertanyataannya, ini bukanlah hal menarik untuk difikirkan!

"di batas kota, sejuta pertanyaan tercipta mengenai pertemuan"

sesudahnya, dengan apa hati membayang pada malam.
cahaya yang hilang, bisahkah ia kembali dengan cinta?
menangis kasih hingga rambut memutih,
menjauh dan menjauh
menjauh hingga menjauh

mungkin hanya keinginan
mungkin hanya sebuah perumpaan kata
jika dalam warna ini telah hilang seperdua dari martabat
jika dalam masa ini telah hilang sejuta peradaban
namun, seutuhnya kesejukan oleh harta adalah nol
seutuhnya hidup dalam santun bertanda seratus.

kemana harus runtuh?
kemana harus kukuh
syahdu yang bernyanyi
mata dajjal yang selalu tampak di berbagai penjuru
apa ini benar, dan yang mana salah?
teka-teki ini sama sulitnya dengan keinginanku, sayang.

aku menampakimu hingga jauh,
selaras dengan angkasa yang menggambarkan dunia
sepertinya aku berusaha menahan laju rindu
membuka sebuah cerita membabu pembantu
berbalik kabarmu aku merasakan dunia kecil dulu
memanjat pohon dan melukis pegunungan
sungguh ini hal yang ingin aku limpahkan padamu.

aku hanya menetapkan kau milikku
suratan lahirku mengetahui misteri tentang AKU
bagaimana aku, dan mengapa aku
kenapa aku, dan kemana aku beranjak dewasa
mencari filsafat tentang pertumbuhan
menganalisis sejarah tentang pernikahan

dan mungkin hujan kembali turun malam ini,
tepat disaat aku menikmati waktu istirahatku
tidur yang nyenyak dan khayal yang begitu mengagungkan
dengan daun yang menyentuh sekujur rasa
lalu memanggilnya dengan sebutan sayang
begitulah hujan hari ini, aku tertawa gersang!

ku-tetapkan niat dalam api yang membakar rumahmu
menyisakan dan hanya puing berkarat
hitam, menyesatkan keranjang untukmu tertidur
kembaliah kau, keinginanku
berupaya bertemu pada dermaga tua dalam certaku
lonceng berbunyi, ayat berkumandang merdu
selisih hati akan bertemu,
"ESOK KEINGINANKU UNTUK MEMELUKMU"


Alex Wahyu, 07-07-2014
UK-KES, Sajak Terikat


"Semenit waktu sembilan puluh hari"

Aku telah terjaga ayah,
dari sembilan puluh hari mendekap pada lembayu
sembilan puluh hari mencari celah untuk keluar dari rasa sepi
sembilan puluh hari terakhir kali aku merasakan pelukan
putih dan suci, janji manis pada malam bagai mimpi buruk, berakhir!

haruskah sampai disini
pada dunia yang serasa mati ini
aku teramat sayang pada idolaku
hingga bolehkah aku berharap
kembalikan aku pada semenit waktu sebelum ia pergi!

terdiam beku dengan imajinasiku yang kosong
fikirku putus pada shinigami yang menghampiriku pagi ini
semenit saja, permintaanku padanya
kembalikan aku, sebelum melepas tawanya
dekatkan tatapannya padaku hingga aku bisa berkata
"selamat tinggal untuk kehidupanmu ayah"

disini kau dan aku
membuka pintu dalam semua waktu
terima kasih untuk cintamu
untuk semua mata dan sebait kata
seorang anak kecil yang kau lihat dengan pertahan kuat
dalam hidupnya dengan sandangan untuk bekal
aku menyukai pintumu, semua yang diberikan tuhan
"Thank you for loving me"

aku harap namaku masih menancap di hatimu
sebelum aku tertidur, aku ingin menyentuhmu lagi
hingga batas yang tak terarah, akan ku ungkap tabir ini
ruang kecil pada sudut seperempat meter
dengan lukisan masa mudamu, gelora tanpa fana

aku akan menangis ayah
dalam sembilan puluh hari pada bayangmu
musik yang kau ajarkan, lihatlah hariku
sajak yang kau berikan, pengaruhi diamku
tari yang kau pertontonkan, aku jalani
kuingin petualanaganku akan dikenang untuk masa depan

bersama daun yang membawa lirih
merasakan haru dengan maut yang akan datang
memujimu, memanggil syahdu dari angkasa
nyawaku bertukar menelanjangi bunga
rintihan ini yang aku inginkan dalam hidup!

untuk kita, hargai kami
menjaga keresahan lanjutkan tawa
hingga pedih akan hilang, lelah akan terbakar
kerelaan yang tak beraarah, biarkan waktu yang bertanya
hati yang indah, akan berubah bersama nyanyian
hati yang indah, akan bertukar bersama sajak cerita ini
hingga dalam "selamat tinggal"

kemarin dengan semua masalah
tetap disini rangkul dan pertahankan
awan yang melekat di atas kepala tidak akan menjadi masalah
permainan cinta bersembunyi di balik tirai kemarin
aku berkata saat terakhir semenit waktu

hanya rapuh desak nafas
kenangan dulu tersimpan rapat
tak terucap maaf dan tak kembali
aku pergi dengan ayahku untuk sebuah nama
aku pergi dengan ayahku untuk satu tetes air mata
aku pergi dengan ayahku untuk ucapan masa depan
"semenit waktu sembilan puluh hari"

Alex Wahyu 28/06/2014
Sajak terikat


"Diatas Kuburmu Awal Ceritaku"

Keihklasan membakar hasratku bersama hujan
nafsuku berlimpah dengan petir yang menghilangkan kedamaian
aku memberi judul, "memakan beranda ditengah iklan"
mungkin sedikit berlebihan, namun tataplah lurus pada jarum kematian !

akan penuh rahasia, kebenaran yang lama tenggelam.
menjadi tahu tentang apa yang dinamakan cinta
tak perlu satu, bahkan melebihi kuota kesanggupanmu
ini kisahmu, awal dari ceritaku.

aku bercanda jika itu yang aku inginkan
aku meraih setengah dari seribu cara yang kau mainkan
aku bercanda?
aku akan melumat candaku, menelan mentah permainanmu.

memang kehilangan dan menghilangkan itu berbeda.
tapi mereka hanya akan bergerak dengan keinginan penguasanya.
apa yang ingin mereka hilangkan, dalam detik akan merasakan duka.
dan mereka yang merasakan kehilangan, dalam detik akan menjadi bencana.

bagaimana?
apa kau mampu berfikir?
apa kau mampu mengontrolnya?
apa kau mampu menanggungnya sampai waktu yang tak terbatas?

itu terbalas,
hingga buta menelanmu,
hingga bisu meraihmu,
dan, dan lupa menyempurnakan kelumpuhanmu.

aku selalu tersenyum diam-diam
setiap empat mangkuk beras
miso dan beberapa sayuran untuk dimakan
untuk segalanya , tanpa harus aku meninggalkannya.

Sembari itu, untaian dendang meyerapi pendengaran
Dasar pita, mendayu indah mencapai puncak seriosa
Mengulum microfon melengkingkan piano pengiring kehausan
One, two, and three all jerked and then silence.

lagi, berkata dua
empat-satu dibagi tiga-tiga
menyuluh, kepuasan senja
persen sembilah pada tanah di seberang sana.

sudikah kau?
merengkuh semua sendiri?
walau aku akan tau semua,
namun aku akan diam
diam dalam duka dunia.

diam, diam, dan diam
ber-imajinasi parasku lima tahun mendatang

ingat aku

diatas nisanmu aku berbicara
diatas kuburmu aku berdoa
diatas kuburmu, mawar tampak subur untukku
dan di atas kuburmu, kubaringkan ceritaku.


21 april 2014
Alex Wahyu N.L
UK-KES



Follow juga ya agan/wati
Twitter : @AW_NL
Instagram : ALEXWAHYU_
FB : alexwahyu49
Invite juga pin ane ya agan/wati : 75DED44E
0
1.2K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan