- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Satelit Lapan A2/Orari Satelit Buatan Indonesia Berhasil Diluncurkan.


TS
dsturridge15
Satelit Lapan A2/Orari Satelit Buatan Indonesia Berhasil Diluncurkan.
SELAMAT DATANG DI THERED BARU-KU
SEBELUMNYA TERIMAKASIH BAGI PENGUNJUNG
SEBELUMNYA TERIMAKASIH BAGI PENGUNJUNG
Quote:
Satelit LAPAN-A2 Orari (kiri) menjalani persiapan akhir di Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Rancabungur, Bogor, Senin (31/8/2015). Mikro satelit dengan berat 78 kilogram itu akan diluncurkan pada 27 September 2015 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India.
Spoiler for Foto:
Quote:

Quote:

Quote:
Quote:

LAPAN-A2 adalah satelit terbaru buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Satelit ini merupakan suksesor dari satelit buatan LAPAN sebelumnya, yaitu: satelit LAPAN-TUBSAT yang dibuat di Jerman. Untuk satelit LAPAN-A2 ini sepenuhnya dibuat di Indonesia, namun tetap menggunakan konsultan dari Jerman. Tujuan penggunaan utama dari satelit LAPAN-A2 adalah sebagai mitigasi bencana. Satelit LAPAN-A2 sering juga disebut dengan nama satelit LAPAN-ORARI. Rencananya satelit LAPAN-A2 akan diluncurkan pada pertengahan 2013 dari Sriharikota, India.
Quote:
Original Posted By Pengembangan
Sejumlah tim ahli saat mengamati satelit ekuatorial pertama Indonesia, LAPAN A2, di Pusat Teknologi Satelit Lapan, Bogor.
Penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Berbeda dengan satelit LAPAN-TUBSAT yang pembuatannya dilakukan di Technische Universitat Berlin, Jerman.
Quote:

Penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit Lapan di Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Berbeda dengan satelit LAPAN-TUBSAT yang pembuatannya dilakukan di Technische Universitat Berlin, Jerman.
Quote:
Original Posted By MisiSatelit LAPAN-A2 didesain untuk tiga misi yaitu pengamatan bumi, pemantauan kapal dan komunikasi radio amatir. Dengan berat sekitar 78 kg, satelit LAPAN-A2 diantarnya membawa muatan Automatic Identification System (AIS). Dengan teknologi ini, LAPAN-A2 dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan Lapan A2. Selain itu untuk misi pengamatan Bumi akan menggunakan kamera digital observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 km x 12 km.
Roket PSLV-C30, milik India, yang membawa satelit Lapan A2. Bersamanya juga ada satelit negara lain termasuk Astrosat India. (IndiaNewsToday)
Satelit LAPAN-A2 juga akan dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Untuk hal ini, LAPAN bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Hal memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubungung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.
Quote:

Satelit LAPAN-A2 juga akan dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Untuk hal ini, LAPAN bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Hal memungkinkan LAPAN-A2 sebagai penghubungung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.
Quote:
Original Posted By Cara KerjaSatelit dengan bobot 78 kilogram ini akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya. Pada orbitnya sensor AIS (Automatic Identification System), Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.
Lapan-A2 yang akan mengorbit secara ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial.
Lapan-A2 yang akan mengorbit secara ekuatorial nantinya akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial.
Quote:
Original Posted By KarakterSatelit LAPAN A2/Orari adalah satelit mikro berdimensi 50 x 47 x 38 sentimeter dan berbobot 78 kilogram. Meski kecil, tak berarti kemampuannya kecil.
Kepala Pusat Teknologi Satelit LAPAN Suhermanto mengatakan, sejak satelit LAPAN A1 diluncurkan pada 2007, sejumlah negara seperti Tiongkok dan Singapura ikut membuat satelit mikro. Proses pembuatan yang lebih sederhana, cepat, murah dan peluncurannya lebih mudah jadi alasannya. "Pembangunan satelit yang lebih kompak sedang tren," katanya.
Sama dengan A1, LAPAN A2 adalah satelit eksperimental, bukan operasional. Namun, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, pertengahan Agustus lalu, mengatakan, penguasaan satelit mikro sangat penting sebagai penahapan menguasai teknologi satelit komunikasi yang teknologinya lebih rumit.
Orbit A2 berada pada ketinggian 650 kilometer (km) dari muka Bumi, lebih tinggi 20 km dari A1. Bedanya, A2 satelit ekuatorial atau mengelilingi bagian khatulistiwa Bumi, bukan satelit polar yang mengelilingi kutub Bumi seperti satelit A1. Keunggulannya, satelit ekuatorial akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali sehari, sedangkan satelit polar hanya 4 kali sehari.
Satelit A2 dilengkapi sejumlah instrumen yang lebih baik daripada A1, seperti kamera digital dan kamera video analog untuk memotret muka Bumi beresolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 km. Resolusi kamera A1 hanya 6 m dan lebar sapuannya 3,5 km. Kamera itu bisa untuk memantau perubahan tata guna lahan.
Instrumen lain adalah Automatic Identification System (AIS) untuk memantau pergerakan kapal laut, eksplorasi sumber daya laut dan perikanan, serta operasi keamanan laut.
Selain itu, satelit juga dilengkapi voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS) untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir. APRS bisa digunakan untuk penjejakan obyek bergerak, seperti memantau banjir dan perubahan tinggi muka air laut dan pergerakan manusia sehari-hari.
"APRS bisa juga menandai obyek tetap, seperti pulau-pulau terluar Indonesia," kata Djoko M Susilo dari Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari).
Kepala Pusat Teknologi Satelit LAPAN Suhermanto mengatakan, sejak satelit LAPAN A1 diluncurkan pada 2007, sejumlah negara seperti Tiongkok dan Singapura ikut membuat satelit mikro. Proses pembuatan yang lebih sederhana, cepat, murah dan peluncurannya lebih mudah jadi alasannya. "Pembangunan satelit yang lebih kompak sedang tren," katanya.
Sama dengan A1, LAPAN A2 adalah satelit eksperimental, bukan operasional. Namun, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, pertengahan Agustus lalu, mengatakan, penguasaan satelit mikro sangat penting sebagai penahapan menguasai teknologi satelit komunikasi yang teknologinya lebih rumit.
Orbit A2 berada pada ketinggian 650 kilometer (km) dari muka Bumi, lebih tinggi 20 km dari A1. Bedanya, A2 satelit ekuatorial atau mengelilingi bagian khatulistiwa Bumi, bukan satelit polar yang mengelilingi kutub Bumi seperti satelit A1. Keunggulannya, satelit ekuatorial akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali sehari, sedangkan satelit polar hanya 4 kali sehari.
Satelit A2 dilengkapi sejumlah instrumen yang lebih baik daripada A1, seperti kamera digital dan kamera video analog untuk memotret muka Bumi beresolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 km. Resolusi kamera A1 hanya 6 m dan lebar sapuannya 3,5 km. Kamera itu bisa untuk memantau perubahan tata guna lahan.
Instrumen lain adalah Automatic Identification System (AIS) untuk memantau pergerakan kapal laut, eksplorasi sumber daya laut dan perikanan, serta operasi keamanan laut.
Selain itu, satelit juga dilengkapi voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS) untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir. APRS bisa digunakan untuk penjejakan obyek bergerak, seperti memantau banjir dan perubahan tinggi muka air laut dan pergerakan manusia sehari-hari.
"APRS bisa juga menandai obyek tetap, seperti pulau-pulau terluar Indonesia," kata Djoko M Susilo dari Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari).
Quote:
Original Posted By Pengendalian
Satelit pertama buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Dok: Lapan.go.id)
Meski nantinya Lapan A2/Orari berhasil ditempatkan di orbit, bukan berarti misi satelit selesai. Pemantauan kondisi kesehatan satelit harus dilakukan setiap hari agar seluruh instrumen bekerja optimal, meminimalkan potensi gangguan, dan memanjangkan usia hidup.
"Tanpa pemantauan kesehatan satelit yang baik, Lapan A1 tak mungkin bertahan hingga 7 tahun. Padahal, usia satelit hanya direncanakan tiga tahun," kata Kepala Bidang Ruas Bumi LAPAN, Chusnul Tri Judianto.
Kemampuan mengendalikan satelit juga penting dikuasai untuk menjaga keselamatan satelit. Di luar angkasa, satelit tak bebas dari ancaman. Sejak 2010, LAPAN A1 setidaknya 14 kali bersimpangan dengan obyek luar angkasa lain dengan jarak 300 meter hingga beberapa kilometer.
Dengan kemampuan para perekayasa saat ini dan proses regenerasi perekayasan yang berjalan, Suhermanto yakin Indonesia mampu menguasai teknologi satelit secara mandiri dalam segala aspek, baik produksi maupun pengoperasiannya. Namun, itu butuh dukungan negara dan lembaga lain. Teknologi satelit tak mudah, tak murah, dan tak bisa instan.
Tantangan yang harus segera dijawab adalah menguasai teknologi roket yang bisa untuk meluncurkan satelit. Teknologi roket memang tertutup, tak ada negara yang mau membagikan karena bisa untuk perlombaan senjata. Karena itu, Indonesia harus merebutnya.
Quote:

Meski nantinya Lapan A2/Orari berhasil ditempatkan di orbit, bukan berarti misi satelit selesai. Pemantauan kondisi kesehatan satelit harus dilakukan setiap hari agar seluruh instrumen bekerja optimal, meminimalkan potensi gangguan, dan memanjangkan usia hidup.
"Tanpa pemantauan kesehatan satelit yang baik, Lapan A1 tak mungkin bertahan hingga 7 tahun. Padahal, usia satelit hanya direncanakan tiga tahun," kata Kepala Bidang Ruas Bumi LAPAN, Chusnul Tri Judianto.
Kemampuan mengendalikan satelit juga penting dikuasai untuk menjaga keselamatan satelit. Di luar angkasa, satelit tak bebas dari ancaman. Sejak 2010, LAPAN A1 setidaknya 14 kali bersimpangan dengan obyek luar angkasa lain dengan jarak 300 meter hingga beberapa kilometer.
Dengan kemampuan para perekayasa saat ini dan proses regenerasi perekayasan yang berjalan, Suhermanto yakin Indonesia mampu menguasai teknologi satelit secara mandiri dalam segala aspek, baik produksi maupun pengoperasiannya. Namun, itu butuh dukungan negara dan lembaga lain. Teknologi satelit tak mudah, tak murah, dan tak bisa instan.
Tantangan yang harus segera dijawab adalah menguasai teknologi roket yang bisa untuk meluncurkan satelit. Teknologi roket memang tertutup, tak ada negara yang mau membagikan karena bisa untuk perlombaan senjata. Karena itu, Indonesia harus merebutnya.
Quote:
Original Posted By 100% Buatan Indonesia
Cita-cita Indonesia untuk menguasai teknologi satelit secara mandiri mulai berjalan. Jika tak ada perubahan, satelit buatan para perekayasa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, LAPAN A2/Orari, akan diluncurkan dari India, 27 September 2015. Inilah satelit pertama yang seluruh prosesnya dikerjakan di Indonesia.
Beberapa perekayasa muda, Senin (31/8/2015), sibuk melakukan uji akhir beberapa fungsi satelit LAPAN A2/Orari di clean room Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Mereka saling berdiskusi dan berkoordinasi dengan perekayasa lain di ruang kendali.
Uji untuk memastikan semua fungsi satelit berjalan baik. Satelit yang selesai dibangun pada 2012 itu akan dikirim ke India, Jumat (4/9/2015), dan diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, akhir September. LAPAN A2 akan ditumpangkan pada roket India bermuatan utama satelit astronomi Astrosat.
Para perekayasa satelit LAPAN itu berumur 30-40 tahun, sebagian juga terlibat membuat satelit LAPAN A1/TUBSat, yang diproduksi dan dibantu ahli Jerman, dan satelit Telkom 3. Menurut Ketua Tim Perekayasa LAPAN A2/Orari M Mukhayadi, para perekayasa itu berasal dari berbagai bidang ilmu: teknik mesin, fisika, penerbangan, elektronika, komputer, dan pemrograman.
Mereka perancang, pendesain, dan memproduksi LAPAN A2/Orari di fasilitas produksi Lapan. Proses uji memanfaatkan fasilitas lembaga penelitian lain. Uji getar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan uji kompatibilitas elektromagnetik menggunakan peralatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Quote:

Cita-cita Indonesia untuk menguasai teknologi satelit secara mandiri mulai berjalan. Jika tak ada perubahan, satelit buatan para perekayasa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, LAPAN A2/Orari, akan diluncurkan dari India, 27 September 2015. Inilah satelit pertama yang seluruh prosesnya dikerjakan di Indonesia.
Beberapa perekayasa muda, Senin (31/8/2015), sibuk melakukan uji akhir beberapa fungsi satelit LAPAN A2/Orari di clean room Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Mereka saling berdiskusi dan berkoordinasi dengan perekayasa lain di ruang kendali.
Uji untuk memastikan semua fungsi satelit berjalan baik. Satelit yang selesai dibangun pada 2012 itu akan dikirim ke India, Jumat (4/9/2015), dan diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, akhir September. LAPAN A2 akan ditumpangkan pada roket India bermuatan utama satelit astronomi Astrosat.
Para perekayasa satelit LAPAN itu berumur 30-40 tahun, sebagian juga terlibat membuat satelit LAPAN A1/TUBSat, yang diproduksi dan dibantu ahli Jerman, dan satelit Telkom 3. Menurut Ketua Tim Perekayasa LAPAN A2/Orari M Mukhayadi, para perekayasa itu berasal dari berbagai bidang ilmu: teknik mesin, fisika, penerbangan, elektronika, komputer, dan pemrograman.
Mereka perancang, pendesain, dan memproduksi LAPAN A2/Orari di fasilitas produksi Lapan. Proses uji memanfaatkan fasilitas lembaga penelitian lain. Uji getar di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan uji kompatibilitas elektromagnetik menggunakan peralatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Spoiler for Akhirnya Berhasil Diluncurkan:
Quote:
Quote:

Peluncuran satelit LAPAN A2/ORARI dipantau dari Kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional di Jakarta, Senin (28/9/2015) oleh Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin (tengah) beserta pejabat lain dan undangan.
KOMPAS.com — Satelit Lapan A2/Orari berhasil diluncurkan ke antariksa. Menunggang roket milik India, Lapan A2/Orari kini siap memulai misi menjaga kedaulatan Nusantara.
Satelit berhasil diluncurkan pada pukul 11.30 WIB. Pada 21 menit 56 detik setelah peluncuran dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, roket PSLV C30 beserta 7 satelit, termasuk Lapan A2/Orari berhasil mencapai orbitnya pada ketinggian 650 kilometer dari permukaan Bumi.
Dari kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Jakarta, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handaka, dan sejumlah tamu undangan menyaksikan peluncuran.
Peluncuran satelit ini bersejarah bagi Indonesia karena, untuk kali pertama, Indonesia berhasil meluncurkan satelit yang 100 persen dibuat di Indonesia. Lapan A2/Orari dirancang, diuji, dan akan dipantau oleh perekayasa Indonesia.
Thomas mengatakan, "Peluncuran satelit ini adalah lompatan besar pengembangan teknologi satelit. Bagi Lapan, peluncuran ini memupuk kepercayaan diri para perekayasa. Bagi Indonesia, ini adalah tahapan menuju kemandirian satelit."
Sebelum mencapai orbit, roket PSLV C30 dan satelit yang dibawanya melewati sejumlah tahap kritis. Roket pertama lepas pada 1 menit 52 detik setelah peluncuran. Roket kedua lepas pada 4 menit 23 detik. Sementara itu, roket ketiga lepas pada 9 menit 48 detik.
Roket keempat menyertai satelit hingga ketinggian orbitnya. Saat mencapai orbit, roket langsung mati dan memisahkan diri dari satelit.
Muatan utama roket, satelit Astrosat milik India, berhasil dilepaskan pada ketinggian 650,17 kilometer pada 22 menit 33 detik setelah peluncuran. Sementara itu, satelit Lapan A2/Orari lepas 23 menit 3 detik setelah peluncuran pada ketinggian 650,16 kilometer. Satelit lain lepas dengan rentang waktu 30 detik kemudian.
Thomas mengungkapkan, Lapan telah menyiapkan tim untuk mendeteksi satelit. Tim akan ditempatkan di Rancabungur, Bogor, dan Biak. Deteksi satelit akan berlangsung maksimal 7 hari.
Setelahnya, satelit perlu diposisikan menghadap Bumi sehingga bisa mengirimkan data dan memotret. Sejumlah sensor juga perlu dites. "Ini akan memakan waktu sekitar 1 bulan," kata Thomas.
Quote:
Terima Kasih Sudah Membaca Thered ane ini......
Usahakan Untuk
Rate 5







Usahakan Untuk
Rate 5































Quote:
SUMBER: Foto :Kompas, Liputan 6; Artikel : Wikipedia, Kompas.
Diubah oleh dsturridge15 10-11-2015 06:42
0
6.6K
Kutip
58
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan