- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sampah Jadi Berkah, Bisa untuk Listrik Hingga Jadi Gas


TS
namimi
Sampah Jadi Berkah, Bisa untuk Listrik Hingga Jadi Gas
Quote:

Jakarta -Pengusaha Sandiaga S. Uno angkat suara dan mencoba memberikan solusi soal pengelolaan sampah di Indonesia. Belakangan ini isu sampah menjadi pembicaraan hangat.
Sandiaga mengutip data worldenergy di tahun 2012 setiap orang memproduksi sampah rata-rata +/- 1,2 liter per harinya. Artinya ada sekitar 240 juta liter sampah baru yang ada di Indonesia setiap harinya.
"Jika ingin menjadi bangsa yang maju dalam manajemen sampah, maka kita harus memulai strategi dan pemikiran baru untuk mengelola sampah. Tidak hanya untuk di Jakarta, namun juga ditempat-tempat lainnya," kata pria yang biasa dipanggil Sandi ini yang juga menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerinda dalam tulisannya dikutip, Minggu (8/11/2015)
Menurutnya tanpa manajemen sampah yang komprehensif, kita hanya akan berkutat pada masalah-masalah yang sama setiap tahunnya: daya tampung TPA (tempat pembuangan akhir) yang tidak sebanding dengan laju naiknya kuantitas sampah, alat angkut sampah, kesehatan serta demonstrasi warga sekitar TPA, dan bermacam lainnya.
Ia mengatakan sampah yang dikelola dengan baik dapat menjadi sumber berkah. Karena sekalipun barang yang sudah tidak terpakai lagi, masih bisa jadi sumber energi alternatif. Sampah yang telah diolah juga bisa menghasilkan uang.
Sandi mengungkapkan ada beberapa inovasi teknologi yang dapat dipakai untuk manajemen sampah, antara lain:
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Menurut data ISWA (International Solid Waste Association) negara yang sudah banyak memakai teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) untuk energi adalah Eropa dan Amerika. Setidaknya ada 431 unit PLTSa di Eropa pada tahun 2005 dan 89 unit PLTSa di Amerika pada tahun 2004. PLTSa yang terbesar bernama ‘Ironbridge’ berkapasitas 740 MW, terletak dikota Seven Gorge, Inggris.
Nilai investasi yang diperlukan untuk membangun PLTSa dengan skala yang besar antara US$ 1-1,5 miliar. Nilai yang sangat besar, namun untuk investasi jangka panjang sangat mungkin dilakukan jika bisa mendapatkan PPA (Price Purchase Agreement) yang tepat dengan PLN.
Pemanfaatan Gas Metana dari Sampah
Sandi yang pernah menjadi anggota dewan juri Penghargaan Energi 2015 awal tahun ini, salah satu peserta yang menarik perhatiannya adalah Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Menurut Sandi Kendari jadi contoh bagus dalam hal manajemen sampah.
"Mereka punya TPA Puuwatu yang mengelola gas metana hasil sampah yang dipakai juga untuk menghasilkan listrik dan juga gas untuk bahan bakar," katanya.
Ia mengatakan anggaran yang dialokasikan oleh Pemkot Kendari boleh dibilang sangat kecil, di bawah Rp 300 juta pertahunnya. Kebijakan ini, lanjut Sandi, sebagai langkah inovatif ini harus mampu direplikasi oleh pemkot-pemkot dan pemda-pemda lainnya.
Unit-Unit Pengolahan Sampah Mandiri
Unit pengolahan sampah mandiri ini skalanya lebih kecil. Untuk digunakan oleh pribadi maupun komunitas. Biaya pembelian perangkat utamanya relatif sangat murah, mulai dari Rp 800 ribuan01 jutaan per unitnya.
Hasil residu sampah yang ada bisa dimanfaat lagi untuk dijual menjadi pupuk ataupun dikembalikan langsung ketanah karena sudah terurai unsur-unsurnya.
"Ada satu inovasi yang tengah dikembangkan oleh Pak Puji Heru Sulistiyono dari Bantul yang bahkan mampu ‘menyilang’ jenis cacing sehingga dapat mengurai sampah plastik," katanya.
(hen/hen)
http://finance.detik.com/read/2015/1...ingga-jadi-gas
bang uno.. asap jg bisa jd berkah ya kan.. berkah buat perusahaan sawit tentunya..

0
599
Kutip
2
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan