TS
wawansetyoo
pembegal kejujuran
Seandainya aku seorang pemahat, kan kupahatkan kau sebuah dampar kencana pinatik nawa retna dengan sinaran beribu bulan
Seandainya pula aku seorang penulis, akan ku rangkaikan kau sebuah cerita berbahasa cinta melebihi puisi rahwana yang selalu diberikan kepada shinta
Adai pula aku seorang pelukis, akan ku lukis gurat tangismu berubah senyum abadi tanpa retak berupa luka
Apaboleh buat, aku sekedar seorang pendamba nan fakir bahasa
Sekedar menorehkan senyum padamu saja aku tak sewasis dagelan punakawan
Kekasih, walaupun banyak hal yang tak aku bisa, aku mau kau tau betapa kau ku damba tanpa rasa menghamba.
Mendamba
Tak ada jejak di Beranda
Tak ada juga lukisan ungu warna bunga
Di halaman depan buku
Tertinggal goresan bernama rindu
dan kelopak menunggu.
Jika beranda yang kau tanya
Tolong jangan hapus dulu airmataku
agar tuntas segala rindu
Sebab embun tak sesejuk pagi dan subuh pun engkau tak ingat lagi
Jendela yang kutatap hanyalah kekosongan
Tak ada kehadiran yang diharapkan
Tolong jangan kau seka dulu airmataku
Agar retas segala pilu
Kau masih saja memijar di gulitanya hati yang sering memadam
Masih saja kau lentera perapian hangat saat aku mulai padam
Kau pula yang menjadi wangi kantil di ruang kehampaan
Tetap saja kau yang selama ini menjadi oase di kian mengeringnya aku
Manamungkin! aku meredupkan kau yang senantiasa memberi pijar di redupnya aku
Manalah mungkin! Aku menadamkan kau yang menjadi perapian di dinginnya aku
Mana mungkin! Aku membabad busuk kau yang setia memberi wewangian magis padaku!
Mana mungkin aku sanggup! Menguras kau oase yang senantiasa aku angsu setiap saat tanpa kekeringan!
Aku tak mampu!
Aku tak sanggup!
Aku tak kuasa! Meninggalkan semua kesedianmu menjadi pelengkap kesemua kurangku!
Kau malaikat Tuhan yang disandingkan padaku
Seandainya pula aku seorang penulis, akan ku rangkaikan kau sebuah cerita berbahasa cinta melebihi puisi rahwana yang selalu diberikan kepada shinta
Adai pula aku seorang pelukis, akan ku lukis gurat tangismu berubah senyum abadi tanpa retak berupa luka
Apaboleh buat, aku sekedar seorang pendamba nan fakir bahasa
Sekedar menorehkan senyum padamu saja aku tak sewasis dagelan punakawan
Kekasih, walaupun banyak hal yang tak aku bisa, aku mau kau tau betapa kau ku damba tanpa rasa menghamba.
Mendamba
Tak ada jejak di Beranda
Tak ada juga lukisan ungu warna bunga
Di halaman depan buku
Tertinggal goresan bernama rindu
dan kelopak menunggu.
Jika beranda yang kau tanya
Tolong jangan hapus dulu airmataku
agar tuntas segala rindu
Sebab embun tak sesejuk pagi dan subuh pun engkau tak ingat lagi
Jendela yang kutatap hanyalah kekosongan
Tak ada kehadiran yang diharapkan
Tolong jangan kau seka dulu airmataku
Agar retas segala pilu
Kau masih saja memijar di gulitanya hati yang sering memadam
Masih saja kau lentera perapian hangat saat aku mulai padam
Kau pula yang menjadi wangi kantil di ruang kehampaan
Tetap saja kau yang selama ini menjadi oase di kian mengeringnya aku
Manamungkin! aku meredupkan kau yang senantiasa memberi pijar di redupnya aku
Manalah mungkin! Aku menadamkan kau yang menjadi perapian di dinginnya aku
Mana mungkin! Aku membabad busuk kau yang setia memberi wewangian magis padaku!
Mana mungkin aku sanggup! Menguras kau oase yang senantiasa aku angsu setiap saat tanpa kekeringan!
Aku tak mampu!
Aku tak sanggup!
Aku tak kuasa! Meninggalkan semua kesedianmu menjadi pelengkap kesemua kurangku!
Kau malaikat Tuhan yang disandingkan padaku
Diubah oleh wawansetyoo 06-11-2015 17:15
0
561
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan