Kaskus

News

bakaolaAvatar border
TS
bakaola
Semoga N219 Tidak Diklaim Jokowi

RMOL. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) tengah memproduksi pesawat N219. Rencananya tahun depan N219 mulai mengudara. Tidak banyak negara sanggup bikin pesawat terbang. Karena itu ne­tizen menyambut baik kehadiran pesawat karya anak bangsa itu. Netizen berharap prestasi ini tidak dipolitisasi.

Netizen menyampaikan selamat dan harapan melalui jejaring sosial Twitter dan Kaskus.

Di antaranya, akun @Nadiyahummah meyakini pesawat itu akan digunakan banyak maskapai penerbangan nasional, "Kereen. Pasti sukses!"

Akun @Anyer_Fury bersyukur PTDI kembali memproduksi pesa­wat terbang.

"Akhirnya ada berita gembira. Negara ini sudah lama vakum buat pesawat," kicaunya.

Akun @KamiRelawan menyebut tahun 2016 merupakan tonggak kebangkitan industri penerbangan Indonesia.

"Bangkitnya industri penerbangan Indonesia," cuitnya.

Netizen berharap PTDI konsisten mengembangkan industri kedirgantaraan nasional. "Teruslah berkarya!" ujar @ahsanul_minan.

@GianGolwa mengingatkan Pemerintahan Jokowi untuk tidak klaim prestasi PDTI membuat pesawat N219 sebagai prestasi pemerintahannya. Karena pemban­gunan pesawat itu dilakukan sejak 9 tahun lalu.

"Bakal diklaim lagi oleh pemer­intah sekarang? Dua tahun ini ting­gal penyelesaian akhir doang pak Jokowi," katanya.

@HendraSPramana berharap kehadiran pesawat N219 mampu membangkitkan kebanggaan bang­sa. "Fly high! Make us proud!" kicaunya.

Pemerintahan Jokowi diminta memberi dukungan nyata, bukan se­mata dukungan kata-kata. "Semoga tidak ada kepentingan dan kebijakan lain yang bisa menghalangi kema­juan teknologi bangsa ini," harap akun @ titanium19.

Pengguna jejaring sosial Kaskus juga ramai mengomentari pesawat N219. Akun uloemz optimistis, pesawat N219 akan menjadi tulang punggung penerbangan perintis dalam negeri.

"Pesawat ini bakal terbang di langit Nusantara mengikuti N-250. Semoga ke depan bisa membuat pesawat untuk ratusan penumpang," harapnya.

Pengguna akun Anida mengaku penasaran menyaksikan langsung N219. Dia berharap Indonesia mampu memproduksi pesawat berbadan lebar.

"Wow keren, nggak sabar lihat penampakannya jika sudah selesai, semoga akan muncul jenis-jenis lain produksi negeri sendiri," katanya.

Ada juga yang menyarankan PTDI berkonsentrasi membangun pesawat-pesawat berbadan sedang dan kecil saja.

"Good job. Fokus ke pesawat ke­cil, nggak usah ke mana-mana lagi. Nanti kalau sudah mumpuni, bisa jadi produksi yang lain. Teruskan bapak-bapak semua. Indonesia bisa," ujarnya.

Akun MaaCH berharap pesawat-pesawat buatan dalam negeri dapat menguasai bisnis penerbangan na­sional.

"Walaupun masih jauh di bawah Boeing dan Airbus, pasti nanti ada momentum untuk menyamainya. Bangga menjadi Indonesia," aku­nya.

Ada juga yang ragu pesawat N219 laku di pasaran. Karena maskapai-maskapai dalam negeri sepertinya lebih percaya menggunakan pesa­wat produksi Amerika Serikat dan Eropa.

"Aneh cape-cape buat pesawat, semua penerbangan sipil dan militer belinya dari luar," keluhnya.

Akun pedege_jkt menyayangkan PTDI masih memproduksi pesawat propeller. Padahal menurut dia, sudah saatnya Indonesia membuat pesawat berteknologi lebih canggih. "Kenapa Indonesia nggak mau ke­luarin pesawat pakai mesin jet sih? Propeller terus," cuitnya.

Pada Rabu (28/10) , PTDI mem­perlihatkan prototipe pesawat N219 dihanggar line assembly N219 di Bandung. Rencananya, prototipe ini akan ditampilkan di hadapan publik pada November 2015.

Chief Engineer N219 Palmana Bhanandi menjelaskan, pada Desember 2015 hingga Februari 2016 akan dilakukan pemasangan sistem pesawat.

Lalu pada Februari, lanjutnya, pesawat akan menjalani ground test, termasuk test proses sertifikasi yang menyatakan bahwa sistem sudah terpasang dan pesawat siap terbang. "Setelah mengantongi sertifikasi, Kementerian Perhubungan akan memberi izin terbang. Rencananya first flight N219 dilakukan pada Mei 2016," imbuhnya.

Palmana mengungkapkan, proses pembuatan pesawat N219 dimulai sejak tahun 2005-2006. Di tahun itu, pihaknya melakukan survei ke Papua. Dalam survei, mereka melihat landasan di Papua sangat pendek sekitar 500 meter dan belum beraspal.

Dari sisi penumpang, karakteristik pesawat perintis di Papua cukup unik. Berbeda dengan pesawat kom­ersil pada umumnya, tipe penump­ang dibagi tiga, yakni orang, barang dan ternak.

Berdasarkan hasil survei, pihaknya memutuskan untuk memenuhi kebu­tuhan transportasi udara di Indonesia timur. Yang dibutuhkan adalah pesa­wat kecil sehingga dibuatlah desain N219. Namun, pihaknya tidak bisa langsung membuat karena terken­dala dana.

"Saat ide ini tercetus, kondisi PTDI sedang tidak bagus akibat dampak krisis 1998. Tapi kami terus melakukan pendekatan hingga akhirnya tahun 2014, pemerintah mendukung dan menyatakan ini program nasional di bawah Lapan dan PTDI," ungkapnya. ***

http://m.rmol.co/news.php?id=222917

Sialan, gak ada kutipan dari debate enthusiast keren ini lagi emoticon-Mad:
Diubah oleh bakaola 01-11-2015 03:58
0
1.7K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan