- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT] Sebuah Surat Kecil Untukmu :)


TS
kingenzo
[KOMBAT] Sebuah Surat Kecil Untukmu :)
![[KOMBAT] Sebuah Surat Kecil Untukmu :)](https://s.kaskus.id/images/2015/10/18/5138580_20151018011744.jpg)
Quote:
![[KOMBAT] Sebuah Surat Kecil Untukmu :)](https://s.kaskus.id/images/2015/10/18/5138580_20151018012556.jpeg)
Quote:
Malam ini terasa dingin, sama seperti malam ketika aku pertama kali bertemu denganmu. Entah kenapa, rasanya ingin sekali aku mengingat masa-masa indah saat bersamamu dulu. Canda, tawa, bahkan tangisanmu pun masih tetap setia berada di dalam memoriku. Kini, jemari tanganku sedang melayang di atas tuts keyboard, siap untuk menuliskan sebuah surat kecil untukmu. Surat ini aku persembahkan untuk kamu, yang pernah mengisi hariku dengan sejuta warna.
Happy reading!
Happy reading!

Quote:
Boleh banget baca sambil dengerin ini 


Quote:
Teruntuk: Rena
Hei, kamu lagi apa sekarang? Baik-baik aja, kan?
Masih inget nggak waktu kita tabrakan di supermarket?
Aku masih inget betul wajahmu saat itu. Marah, kesal, dan jengkel, semua bercampur menjadi satu. Nggak cuma kamu aja yang sebel, aku pun juga begitu. Apalagi setelah kamu ngetawain aku yang jatuh terpeleset. Ah, semua perasaan campur aduk pokoknya.
Lalu...
Masih inget nggak ketika kita dipertemukan untuk yang kedua kalinya di penginapan itu?
Jujur aja, aku nggak nyangka kita bisa dipertemukan dengan cara seperti itu. Waktu itu, aku baru mau ke toilet dan nggak sengaja berpapasan sama kamu. Aku bener-bener mau marah sebenernya. Tapi niat itu sirna ketika aku melihat kedua matamu yang sembab. Aku tau kamu baru aja menangis, dan aku nggak akan setega itu menyakiti hati seorang perempuan. Sampai akhirnya, kamu menceritakan segalanya ke aku. Aku juga inget kamu minta maaf karena udah marah-marah di supermarket. Dari situlah kita jadi semakin deket, bahkan sampai main gitar berdua pula. Sampai akhirnya, aku pulang dan kamu menitipkan secarik kertas yang ternyata berisi nomer handphone-mu.
Hari demi hari pun berlalu dengan saling menukar pesan satu sama lain. Sampai suatu saat, kamu kukenalkan dengan kedua sahabatku. Aku senang melihatmu bahagia dengan mereka, begitu pula sebaliknya. Canda dan tawa tak henti-hentinya menghiasi suasana saat kita berkumpul bersama. Awalnya, tujuanku mengenalkanmu kepada sahabatku supaya kamu bisa melupakan masalah yang sedang kamu alami walaupun hanya sejenak. Namun, seiring berjalannya waktu, aku merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Perasaan ini muncul begitu saja tanpa meminta persetujuan dari pemiliknya. Sampai akhirnya, aku menyadari bahwa inilah yang dinamakan dengan cinta.
Waktu terus berjalan, hingga tak terasa sudah lebih dari dua bulan aku mengenalmu. Aku ingat, malam itu aku berada di rumahmu. Di malam itu juga, setelah kupikirkan dengan matang-matang, akhirnya aku menyampaikan isi hatiku kepadamu. Kamu tersenyum, yang berikutnya disusul sebuah senyuman dariku. Tak lama kemudian, kamu mengucapkan sepatah kata yang mengatakan bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama kepadaku. Aku sungguh bahagia. Tak bisa kugambarkan betapa bahagianya aku saat itu. Pada malam yang sama, kita pun resmi menjadi sepasang kekasih
Namun, semua perasaan bahagia itu seketika berubah menjadi kesedihan di hari berikutnya...
Pagi itu, di saat rumah dalam kondisi sepi, aku mendengar suara dering telepon dari ruang tamu. Aku terkejut ketika mengetahui ternyata kamulah yang menghubungiku. Belum sempat kamu menjelaskan alasan mengapa menghubungiku, tiba-tiba meledaklah suara tangismu. Aku bingung. Aku benar-benar bingung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat itu. Kemudian, kamu mengatakan kalau kamu akan pergi meninggalkanku sendirian. Aku juga masih ingat mendengar suara tamparan yang sangat keras. Saat itu, aku yakin keluargamu sedang dalam masalah. Berikutnya, aku mendengar suara pintu yang dibanting dengan sangat keras pula. Aku hanya diam, tak percaya dengan apa yang aku dengar. Lalu, kamu berteriak memanggil orang tuamu untuk tidak bertengkar lagi. Itulah suara terakhirmu yang bisa kudengar. Tak lama, hanya sekejap, terdengar teriakan dari sang ayah yang kemudian disusul nada telpon yang mati. Ya, telponnya mati. Ingin rasanya aku menelpon balik, tapi apa daya, aku tidak mengetahui nomer rumahmu. Ingin menghubungimu lewat handphone pun juga tidak mungkin. Handphone beserta sim cardku rusak ketika bermain di pantai bersamamu. Aku menangis. Tak kusangka aku mengalami kejadian mengerikan seperti ini.
Sekarang, sudah empat tahun sejak kejadian itu, dan aku masih belum bisa menemukanmu. Aku kehilangan arah, tak tahu harus melangkahkan kaki ke mana. Aku hanya berharap, kamu hidup bahagia sekarang. Tak masalah jika aku tidak berada di sampingmu, asalkan kamu bersama orang yang bisa membahagiakanmu. Semoga kita bisa bertemu di lain hari, entah kapan waktunya
Hei, kamu lagi apa sekarang? Baik-baik aja, kan?
Masih inget nggak waktu kita tabrakan di supermarket?
Aku masih inget betul wajahmu saat itu. Marah, kesal, dan jengkel, semua bercampur menjadi satu. Nggak cuma kamu aja yang sebel, aku pun juga begitu. Apalagi setelah kamu ngetawain aku yang jatuh terpeleset. Ah, semua perasaan campur aduk pokoknya.
Lalu...
Masih inget nggak ketika kita dipertemukan untuk yang kedua kalinya di penginapan itu?
Jujur aja, aku nggak nyangka kita bisa dipertemukan dengan cara seperti itu. Waktu itu, aku baru mau ke toilet dan nggak sengaja berpapasan sama kamu. Aku bener-bener mau marah sebenernya. Tapi niat itu sirna ketika aku melihat kedua matamu yang sembab. Aku tau kamu baru aja menangis, dan aku nggak akan setega itu menyakiti hati seorang perempuan. Sampai akhirnya, kamu menceritakan segalanya ke aku. Aku juga inget kamu minta maaf karena udah marah-marah di supermarket. Dari situlah kita jadi semakin deket, bahkan sampai main gitar berdua pula. Sampai akhirnya, aku pulang dan kamu menitipkan secarik kertas yang ternyata berisi nomer handphone-mu.
Hari demi hari pun berlalu dengan saling menukar pesan satu sama lain. Sampai suatu saat, kamu kukenalkan dengan kedua sahabatku. Aku senang melihatmu bahagia dengan mereka, begitu pula sebaliknya. Canda dan tawa tak henti-hentinya menghiasi suasana saat kita berkumpul bersama. Awalnya, tujuanku mengenalkanmu kepada sahabatku supaya kamu bisa melupakan masalah yang sedang kamu alami walaupun hanya sejenak. Namun, seiring berjalannya waktu, aku merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Perasaan ini muncul begitu saja tanpa meminta persetujuan dari pemiliknya. Sampai akhirnya, aku menyadari bahwa inilah yang dinamakan dengan cinta.
Waktu terus berjalan, hingga tak terasa sudah lebih dari dua bulan aku mengenalmu. Aku ingat, malam itu aku berada di rumahmu. Di malam itu juga, setelah kupikirkan dengan matang-matang, akhirnya aku menyampaikan isi hatiku kepadamu. Kamu tersenyum, yang berikutnya disusul sebuah senyuman dariku. Tak lama kemudian, kamu mengucapkan sepatah kata yang mengatakan bahwa kamu juga memiliki perasaan yang sama kepadaku. Aku sungguh bahagia. Tak bisa kugambarkan betapa bahagianya aku saat itu. Pada malam yang sama, kita pun resmi menjadi sepasang kekasih

Namun, semua perasaan bahagia itu seketika berubah menjadi kesedihan di hari berikutnya...
Pagi itu, di saat rumah dalam kondisi sepi, aku mendengar suara dering telepon dari ruang tamu. Aku terkejut ketika mengetahui ternyata kamulah yang menghubungiku. Belum sempat kamu menjelaskan alasan mengapa menghubungiku, tiba-tiba meledaklah suara tangismu. Aku bingung. Aku benar-benar bingung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan saat itu. Kemudian, kamu mengatakan kalau kamu akan pergi meninggalkanku sendirian. Aku juga masih ingat mendengar suara tamparan yang sangat keras. Saat itu, aku yakin keluargamu sedang dalam masalah. Berikutnya, aku mendengar suara pintu yang dibanting dengan sangat keras pula. Aku hanya diam, tak percaya dengan apa yang aku dengar. Lalu, kamu berteriak memanggil orang tuamu untuk tidak bertengkar lagi. Itulah suara terakhirmu yang bisa kudengar. Tak lama, hanya sekejap, terdengar teriakan dari sang ayah yang kemudian disusul nada telpon yang mati. Ya, telponnya mati. Ingin rasanya aku menelpon balik, tapi apa daya, aku tidak mengetahui nomer rumahmu. Ingin menghubungimu lewat handphone pun juga tidak mungkin. Handphone beserta sim cardku rusak ketika bermain di pantai bersamamu. Aku menangis. Tak kusangka aku mengalami kejadian mengerikan seperti ini.
Sekarang, sudah empat tahun sejak kejadian itu, dan aku masih belum bisa menemukanmu. Aku kehilangan arah, tak tahu harus melangkahkan kaki ke mana. Aku hanya berharap, kamu hidup bahagia sekarang. Tak masalah jika aku tidak berada di sampingmu, asalkan kamu bersama orang yang bisa membahagiakanmu. Semoga kita bisa bertemu di lain hari, entah kapan waktunya

Salam hangat,
Cinta pertamamu
Cinta pertamamu

Quote:
Semoga suatu saat, ketika sedang membuka Kaskus, kamu bisa membaca surat ini yang hanya kupersembahkan untuk dirimu 

Quote:
Original Posted By kingenzo►Oiya, lupa bilang. Doi dulu pernah main kaskus, yang ngenalin juga ane. Tapi masalahnya, semenjak pisah, ane gak tau dia punya ID kaskus atau nggak. Ini nih tujuan ane bikin ini thread. Semoga aja dia baca 

Diubah oleh kingenzo 23-10-2015 23:20
0
2K
Kutip
31
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan