- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengulas kinerja Rupiah dan Ringgit Malaysia jadi terburuk sejagat


TS
widya poetra
Mengulas kinerja Rupiah dan Ringgit Malaysia jadi terburuk sejagat

Merdeka.com - Pergerakan nilai tukar Rupiah dan Ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika (USD) dinobatkan sebagai yang terburuk sedunia. Nilai tukar kedua mata uang ini jatuh ke titik terendah sejak 1998 silam, atau krisis keuangan melanda Asia.
Anjloknya nilai tukar Rupiah dan Ringgit Malaysia dipicu kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika atau The Fed akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir. Hal ini kemudian memicu aliran dana keluar atau capital outflow secara besar-besaran dari pasar negara berkembang, termasuk Asia.
Namun demikian, pertemuan The Fed pada 16 dan 17 September lalu mengejutkan pasar dan The Fed ternyata tidak mengubah suku bunga acuan mereka. Banyak analis memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed akan dilakukan pada tahun depan.
Apakah keputusan The Fed ini membantu Rupiah dan Ringgit keluar dari keterpurukan?
Dilansir dari CNBC, nilai tukar Ringgit Malaysia anjlok 28 persen dari awal tahun hingga September. Setelah keputusan The Fed, Ringgit kembali membaik dan naik 7 persen hingga saat ini. Tak jauh berbeda dari Ringgit, Rupiah juga anjlok hingga 19 persen periode Januari hingga September. Namun, setelah ada keputusan The Fed, Rupiah juga kembali membaik 8,5 persen hingga saat ini.
Meski demikian, belum jelas apakah Rupiah dan Ringgit akan sama sama membaik.
"Rupiah kemungkinan sulit untuk kembali ke posisi awal tahun. Rupiah berada dalam tren menurun, sementara kebijakan moneter Amerika akan cenderung kembali normal, dan kami melihat arus modal keluar atau capital outflow akan meningkat seiring dengan cadangan devisa Indonesia yang rendah. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi paling rentan di Asia," ucap ekonom Moody's Analystics, Faraz Syed seperti dilansir dari CNBC, Kamis (15/10).
Nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap USD juga diragukan akan kembali menguat. Pasalnya, ekonomi negara tersebut didorong oleh komoditas, termasuk minyak mentah dan minyak sawit. Harga komoditas telah jatuh selama satu dekade terakhir.
"Anjloknya harga minyak dunia, dan utang luar negeri jangka pendek di Malaysia yang tinggi serta meningkatnya risiko politik menjadi sentimen negatif di Malaysia dalam setahun terakhir," ucap ekonom Capital Economics, Krystal Tan.
Tan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Malaysia sekitar 4,5 persen untuk beberapa tahun ke depan. Angka ini melambat dari rata-rata 10 tahun terakhir yang mencapai 5 persen.
Untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan menghadapi terpaan yang kencang. Pelemahan RUpiah memicu tingginya inflasi. DBS pernah mengatakan bahwa rata-rata kandungan impor untuk produksi barang di Indonesia mencapai 70 persen. Hal ini tentu saja sangat memberatkan.
[idr]
berita terjemahan dari sini
- - - - - -
Masih bakalan gonjang-ganjing paling tidak sampai tahun depan,
mudah-mudahan pemerintah punya jurus jitu mencegah aliran dana keluar negeri.
Silakan kedua kubukan pasukan nasi untuk bertempur kembali di bawah ini.

0
1.7K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan