- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
RI Importir Kapas Terbesar, Gudangnya Ada di Malaysia


TS
ketek..basah
RI Importir Kapas Terbesar, Gudangnya Ada di Malaysia
Jakarta -Indonesia merupakan salah satu importir kapas terbesar di dunia, setelah China dan Turki yang merupakan produsen tekstil. Sayangnya stok bahan baku kapas harus 'mampir' dahulu di Port Klang, Malaysia.
Hal ini karena Indonesia belum menganut ketentuan untuk membolehkan sistem gudang internasional atau logistik internasional. Artinya selama ini barang impor yang masuk harus berasal dari importir, belum mengantur dibolehkannya trader (bukan importir) yang memiliki stok bahan baku untuk memasukan barang ke dalam negeri, dan bebas bea masuk impo.
Sedangkan di Malaysia justru sebaliknya sudah diizinkan trader memasukan barang bebas bea masuk bukan untuk keperluan impor namun hanya sebagai gudang internasional. Di sana sudah punya infrastruktur gudang yang baik dan lengkap. Di Indonesia, ketentuan barang bebas masuk impor baru bisa diterapkan di perusahaan/importir yang berada di kawasan berikat, yang produknya harus berorientasi ekspor atau tak dijual ke dalam negeri.
Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, impor kapas pada tahun 2014 mencapai US$ 1,4 miliar dan nilainya tidak jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution sangat menyayangkan bahwa gudang berikat kapas impor yang akan masuk ke Indonesia ada di Port Klang, Malaysia. Seharusnya tidak, karena pasar terbesarnya ada di Indonesia.
"Kita impor banyak setiap tahun ke AS, tapi barangnya itu ada di KL (Kuala Lumpur), dia punya logistik berikat di sana, dan bukan orang Malaysia tapi AS-nya. Jadi kita impor ke sana, orangnya di KL. Kenapa kita nggak bikin di sini, supaya nggak ngimpor lagi?" jelas Darmin akhir pekan.
Menurut Darmin Indonesia tidak punya alasan tidak memiliki pusat logistik berikat bertaraf besar. Sekarang memang ada dengan jumlah 275 gudang. Namun itu kapasitas kecil dan tidak memiliki pelonggaran aturan.
"Itu dampaknya banyak, tanah begini luas, masa di negara lain disimpan. Dan ini peminatnya banyak. Saya kira yang salah satu menyatakan minatnya adalah logistik berikat, untuk minyak. Asalkan aturannya sama dengan Malaysia," ungkapnya.
Darmin menegaskan nantinya yang aka berinvestasi adalah pihak swasta. Selain perusahaan minyak, ada beberapa perusahaan lain yang tertarik untuk membangun pusat logistik berikat. Di antaranya kapas, susu, minyak, pipa dan rig, dan bahan peledak.
"Di Cikarang-Jabar untuk kapas dan susu, di Tanjung Batu, Kaltim itu migas (pipa dan rig). Storage nanti ada di Banten. Sumut ada bahan peledak. Storage ini nggak perlu dibiayai Pertamina, karena punya orang lain. Itu juga nggak akan dibawa jauh-jauh. Pasti tunggu gilirannya di beli. Apalagi nanti tersebar di berbagai pulau. Ini kelihatannya tidak terlalu konkret, padahal konkret sekali," terang Darmin.
sumur
Hal ini karena Indonesia belum menganut ketentuan untuk membolehkan sistem gudang internasional atau logistik internasional. Artinya selama ini barang impor yang masuk harus berasal dari importir, belum mengantur dibolehkannya trader (bukan importir) yang memiliki stok bahan baku untuk memasukan barang ke dalam negeri, dan bebas bea masuk impo.
Sedangkan di Malaysia justru sebaliknya sudah diizinkan trader memasukan barang bebas bea masuk bukan untuk keperluan impor namun hanya sebagai gudang internasional. Di sana sudah punya infrastruktur gudang yang baik dan lengkap. Di Indonesia, ketentuan barang bebas masuk impor baru bisa diterapkan di perusahaan/importir yang berada di kawasan berikat, yang produknya harus berorientasi ekspor atau tak dijual ke dalam negeri.
Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, impor kapas pada tahun 2014 mencapai US$ 1,4 miliar dan nilainya tidak jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Menko Perekonomian Darmin Nasution sangat menyayangkan bahwa gudang berikat kapas impor yang akan masuk ke Indonesia ada di Port Klang, Malaysia. Seharusnya tidak, karena pasar terbesarnya ada di Indonesia.
"Kita impor banyak setiap tahun ke AS, tapi barangnya itu ada di KL (Kuala Lumpur), dia punya logistik berikat di sana, dan bukan orang Malaysia tapi AS-nya. Jadi kita impor ke sana, orangnya di KL. Kenapa kita nggak bikin di sini, supaya nggak ngimpor lagi?" jelas Darmin akhir pekan.
Menurut Darmin Indonesia tidak punya alasan tidak memiliki pusat logistik berikat bertaraf besar. Sekarang memang ada dengan jumlah 275 gudang. Namun itu kapasitas kecil dan tidak memiliki pelonggaran aturan.
"Itu dampaknya banyak, tanah begini luas, masa di negara lain disimpan. Dan ini peminatnya banyak. Saya kira yang salah satu menyatakan minatnya adalah logistik berikat, untuk minyak. Asalkan aturannya sama dengan Malaysia," ungkapnya.
Darmin menegaskan nantinya yang aka berinvestasi adalah pihak swasta. Selain perusahaan minyak, ada beberapa perusahaan lain yang tertarik untuk membangun pusat logistik berikat. Di antaranya kapas, susu, minyak, pipa dan rig, dan bahan peledak.
"Di Cikarang-Jabar untuk kapas dan susu, di Tanjung Batu, Kaltim itu migas (pipa dan rig). Storage nanti ada di Banten. Sumut ada bahan peledak. Storage ini nggak perlu dibiayai Pertamina, karena punya orang lain. Itu juga nggak akan dibawa jauh-jauh. Pasti tunggu gilirannya di beli. Apalagi nanti tersebar di berbagai pulau. Ini kelihatannya tidak terlalu konkret, padahal konkret sekali," terang Darmin.
sumur
0
1.2K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan