MENJADI KRT harus jaga imej. Kalau RT, bolehlah nakal-nakal sedikit, mungkin begitu perkiraan Pak RT Samingan, 36, dari Situbondo (Jatim). Pergoki muda-mudi pacaran, langsung dimanfaatkan. Kasusnya akan dipeti-eskan, asal mau melayani kebutuhan biologis. Habis dinodai korban pun lapur polisi.
Quote:
Jadi KRT (Kanjeng Raden Tumenggung), adalah jabatan dari Kraton yang sangat terhormart, sehingga kadang banyak pejabat berani bayar mahal asal memperoleh gelar itu. Beda dengan RT, setiap ada pemilihan banyak yang tak hadir karena takut terpilih jadi Ketua RT. Maklumlah, RT itu tugasnya merukunkan warga, tapi tak menerima gaji dari pemerintah. Padahal sebagai ujung tombak pemerintah, Pak RT ini sering jadi tumpuan kekesalan rakyat.
Tapi RT Samingan dari Kecamatan Mlandingan Kabupaten Situbondo, ini lain. Dia justru sangat menikmati jabatan itu. Baginya, posisi RT bukanlah beban. Sebab bila pandai-pandai memanfaatkan, justru banyak peluang yang bisa diperoleh. Peluang dapat uang? Bukan! Lewat kekuasaan sebagai RT, Samingan mampu menekan seseorang untuk tunduk dan patuh terhadapnya, sampai-sampai rela bertekuk lutut dan berbuka paha untuk Pak RT ini.
Dalam usia kepala tiga sudah jadi RT, sungguh merupakan prestasi tersendiri. Tapi karena jadi RT muda tersebut, Samingan tak bisa lagi mengendalikan nafsu birahinya. Ketika i kampunya ada dua muda-mudi pacaran sampai larut malam, langsung saja digerebeknya. Hasil penyelidikan, mereka sebetulnya ngobrol-ngobrol saja, tak sampai berbuat hil-hil yang mustahal.
Tapi melihat kecantikan Rina, 17, Pak RT mendadak otaknya jadi ngeres. Para pemuda yang menangkap dua sejoli itu diminta pulang ke rumah masing-masing. Urusan selanjutnya akan ditekel dan dihandel oleh Pak RT selaku pemegang kekuasaan kampung. “Silakan kalian pulang, urusan selanjutnya biar saya selesaikan sendiri.”
Rina dan doinya bisa pacaran melebihi batas waktu, karena orangtuanya pas ta di rumah. Kebetulan pula, Pak RT di rumah juga sendirian, karena Bu RT kebetulan sedang pulang ke rumah orangtuanya. Dengan demikian situasinya sangat kondusif, setidaknya ini menurut pendapat Pak RT.
Bila tadi Pak RT ganya mengusir para pemuda, kini cowoknya Rina yang dari luar kampung, juga diminta pulang. Lagi-lagi, urusan selanjutnya akan diback up Pak RT. Padahal aslinya, RT Samingan justru menakut-nakuti gadis tetangga sendiri tersebut. Katanya, jika kasus ini sampai terekspos keluar, masuk koran Jawa Pos atau Surya, bisa berabe. Karenanya jika mau aman, harus ada saling pengertian. “Kamu aman, aku juga tidak sia-sia menolong kamu.” Kata Pak RT mulai menjurus.
Apa maksud kalimat “tak sia-sia” itu? Ternyata tanpa malu-malu Samingan minta dilayani hubungan bak suami istri, begitu. Tentu saja Rina terkaget-kaget. Dengan kekasihnya saja tak pernah seperti itu, kok ini Pak RT malah memaksanya untuk berhubungan intim. Ingin dia menolak, tetapi? Kalau sampai masuk koran, bisa sekolahnya di SMA jadi kaco, karena salah-salah akan dikeluarkan.
Maka dengan sangat terpaksa Rina lalu melayani keinginan Pak RT, sesuatu yang selama ini belum pernah dilakukannya. Pak RT prengas-prenges, tapi sigadis pringas-pringis kesakitan. Meski sakitnya tak terhingga, dia mencona diam saja setibanya di rumah. Cuma ibunya jadi curiga ketika melihat cara jalan putrinya tidak normal. Saat didesak, barulah dia mengaku bla bla….. Wah, orangtua Rina tentu saja marah, dan Pak RT pun dilaporkan ke Polres Situbondo.