Quote:
Jakarta - Depresiasi atau pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak bisa dibendung. Pada Januari-14 September 2015, rupiah sudah merosot hingga 15,87%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan depresiasi di periode yang sama tahun lalu, yang hanya 1,8%.
Demikian dikatakan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XI DPR, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Selasa (15/9/2015).
"Rupiah, sepanjang 2015 sudah turun 15,87%, terdepresiasi ke angka Rp 14.348 per dolar AS pada 14 September. Lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2014 sebesar 1,8%," jelas dia.
Meski begitu, Agus menyebutkan, dibanding Brasil, Turki, dan Afrika Selatan, depresiasi rupiah terhadap dolar AS tidak lebih tinggi, ini disebabkan kuatnya apresiasi dolar AS terhadap mata uang dunia, karena rencana bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menaikkan tingkat suku bunga acuannya.
"Dari sisi domestik, tekanan rupiah terjadi karena permintaan valas untuk bayar utang luar negeri yang cukup tinggi," katanya.
Selain itu, kata Agus, tekanan rupiah juga disumbang oleh devaluasi mata uang China yaitu yuan, sehingga mata uang dunia depresiasi, rupiah turun cukup dalam.
"Maka BI akan terus berada di pasar, memperhatikan kondisi pasar dan kecukupan devisa," tandasnya.
sumur